FLAVANOID
Flavanoid
terdapat secara universal pada tanaman sebagai kelompok tunggal senyawa cincin
oksigen yang terbesar. Tidak ada benda yang begitu mencolok seperti flavanoid
yang memberikan konstribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan
di alam.
Kegunaan Flavanoid
Flavanoid
secara luas digunakan oleh tumbuhan dalam banyak fungsi termasuk menghasilkan
pigmen kuning atau merah/biru pada bunga dan melindungi dari serangan mikroba
dan serangga. Distribusi yang meluas dari flavanoid, variasi dan toksisitasnya
relative rendah dibandingkan komponen tumbuhan yang lain (untuk alkaloid).
Flavanoid menunjukkan aktivitas anti alergi, antiinflamasi, anti mikroba dan
anti kanker. Sebagai tambahan, flavanoid juga menunjukkan aktivitas yang kuat
sebagai anti oksidan, melindungi dari oksidasi dan kerusakan radikal bebas.
Konsumen
dan pabrik makanan telah tertarik pada flavanoid karena sifat
pengobatan/medikasinya, khususnya flavanoid potensial dalam mencegah kanker dan
penyakit kardiovaskuler. Juga digunakan sebagai nutrient dan vitamin.
Struktur Dasar
Flavanoid
Senyawa
flavanoid adalah senyawa yang mengandung cis terdiri atas dua inti fenolat yang
dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki karateristik bentuk
hidroksilasi phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B, biasanya 4-,3,4-
atau 3,4,5-terhedroksilasi.
C – C - C
Kerangka dasar
flavanoid
C6(A) – C3
OH
Struktur dasar
flavanoid
Stereokimia
Senyawa Flavanoid
Flavon
dan khalkon tidak memiliki atom karbon asimetri hingga tidak ada masalah
stereokimia. Flavanon mengandung satu pusat asimetri dan dapat berada dalam
bentuk (+) dan (-). Kebanyakan flavanon alam adalah putar kiri dan memiliki
konfigurasi –S. Stereokimia flavanon dan 3-hidroksiflavanon (dihidroflavanol)
telah ditentukan dengan metoda dalam mana stereokimia katekhin terlibat. (+)
–Katekhin dan (-) –epikatekhin adalah diastereomer berbeda dalam kedudukan
gugus 2–aril dan 3-hidroksil.
Struktur
katekhin telah ditentukan dengan metoda konvensional : (a) peleburan alkali
menghasilkan phloroglusinol dan asam 3,4-dihidrobenzoat (asam protokatekuat);
dan (b) reduksi katekhin tetrametil eter, diikuti dengan metilasi fenol yang
dihasilkan, diperoleh 1-(2,4,6-trimetoksifenil) -3-(3,4-dimetoksifenil)
propane. Meskipun pengamatan tersebut dapat dibantu oleh tiga struktur namun
struktur flavan epikatekhin dibuktikan berdasarkan pembuatannya (sebagai bentuk
(±) secara reduksi katalitik sianidin klorida).
Mekanisme dasar
biosintesis senyawa Flavanoid
Tahapan
dasar yaitu tiga unit asetat yang tergabung pada cincin A dan fragmen
P-koumaril –CoA yang akan berkondensasi dengan tiga unit malonil Ko-A sehingga
menghasilkan khalkon yang merupakan zat antara pertama yang teridentifikasi.
Khalkon akan mengalami hidroksilasi dengan gugus-gugus hidroksi yang
dikonversikan ke 5,7-dihidroksi flavanoid (flavanon) dengan bantuan enzim
khalkon isomerase. Flavanon akan mengalami hidroksilasi pada C3 dan
menghasilkan dihidrokaempferol secara stereospesifik yang dikatalisis oleh
suatu oksigenasi yang spesifik. Dihidrokaempferol merupakan prekusor yang
sangat bagus dan berperan penting dalam pembentukan metabolit-metabolit lainnya
seperti katekhin, sianidin dan kuersitin.
Tahapan Biosintesa
Flavanoid
Fenilalanin
OH
OH SCOA
CH2 II
Asam sinimat
HO2C COSCOA
O
COA.S II
Malonil-CoA O OH
II
O OH HO OH
P-KUMARIL-CoA HO O H2O 4 2
2 3
HO
O
3
I II
A i II
H khalkon
iso merase 5 OH O
OH O H
Flavon OH
5 II II
OH
O
O-Glukose CH OH O
apiose
O
I
II OH
OH O
I II
OH O
Apiin
dihidrokalemferd erol
OH
HO HO O 2
HO
O OH
OH
I I
OH
OH
Taksifolin
OH
OH OH HO O
HO O HO O
OH OH
OH
OH I II
OH I
OH O OH
Koteklin Kuesitin
Sianidin
Senyawa Khalkon
Polihidroksi
khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di alam tidak
lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerisasi menjadi flavanon
dalam satuan keseimbangan,
3
2 4
3 5
4
2 6
C
5
6 O
merein : 2’, 3,4’, 3,4 –penta OH (4’-glukosida)
koreopsin : 2’,4,3,4-tetra OH (4’-glukosida)
Stillopsin : 2,4, ‘5’, 3,4-penta OH (?-glukosida)
Lanseolin : 2’, 4’, 3,4 –tetra OH-3’-OMe (?-lukosida)
Bila khalkon 2’,6 –dihidroksilasi, isomer flavanon
mengikat 5-gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen
4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavanon condong
ke arah flavanon. Hingga, khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus
2,4’-hidroksil atau gugus 2’-hidroksi-6’-glikosilokasi.
Pada
gambar di atas menunjukkan beberapa khalkon yang terdapat dalam tanaman,
terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, dalam kebanyakan terdapat
dalam tanaman Heliantheaetribe,
Coreopsidinae subtribe dan famili Compositae.
Dalam
bisiklis khalkon dan hidrokhalkon gugus hidroksil tetap terikat pada cincin-A.
A - COCH2CH2 – B
Hidrokhalkon
A – COCH2CHOH – B
Flavanon , Khalkon
A - COCH2CO
– B Flavon
A – COCOCH2 – B
Auron
A – CH2COCO – B
Antosianin
A – COCHCHOH – B 3 –
hidroksi flavanon
OH
A – COCOCH – B
Flavanol
OH
Senyawa
Dihidrokhalkon
Meskipun
dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang penting yaitu
phlorizin merupakan konstituen umum famili Rosaceae
juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia
memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.
Phlorizin
merupakan β-D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat
menjadi phloroglusinol dan asam p-hidroksihidrosinamat (asam phloretrat). Jika
glukosida phlorizin dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata
sisa glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.
Akhirnya, kedudukan sisa glukosa yang dibentuk oleh reaksi ditunjukkan dalam
persamaan 1 ; interaksi gugus asetoksil dengan satuan –COCH2CH2Ar
menunjukkan bahwa satuan glukosa harus terikat pada kedudukan -2’ dalam
phlorizin. Glikosilasi gugus hidroksil ortho
terhadap gugus karbonil di alam adalah tidak umum, hal ini terutama karena
ikatan hydrogen yang efektif antara –OH dan O=C. Adanya gugus-gugus hidroksil
pada kedudukan -2,6 relatif terhadap gugus karbonil mengakibatkan satu dari
padanya reaktif dan dapat terjadi glikolisasi.
Florizin
Floretin + D-glukosa
â
N2OH
OH OH
+ OH CH2CH2COOH
OH
asam floretat
OH O
OH
OH
tri-o-metil florizin
Florizin
adalah
OH OH
OH
COCH2CH2
O – C6H11O5D
– glukosida
Senyawa Flavanon
Flavanon
(biasanya sebagai glikosida) terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat
dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari
tanaman genus Prunus (fam. Rosaceae)
dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperetin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
Penentuan
struktur flavanon cepat dilakukan berdasarkan metoda klasik.
Polihidroksiflavanon mudah dikenal dengan terbentuknya warna merah, lembayung,
bila flavanon direduksi dengan magnesium dalam asam klorida dalam larutan
etanol. Persoalan dasar dalam menentukan struktur flavanon adalah (a) posisi
ikatan sisa gula, jika senyawa merupakan glikosada; dan (b) posisi gugus inti
hidroksil dan metoksi cincin –A dan –B.
Flavanon
dan khalkon dipecah oleh hidrolisis alkalis menjai turunan asam benzoate yang
terdiri cincin –B dan tergantung pada kondisi, fenol yang terdapat pada cincin
–A (missal phloroglusinol) atau menjadi asetofenon yang sesuai.
OH HO
OH OH
O +
HO 50% KOH COCH3
COOH
O
Liquiritigenin
OH HO
OH
O CH3=CHCOOH +
HO OCH3
30% CH3O
NaOH
OH
OH O
Homoeridiktiol
asam
ferurat
Cara
lain yang berguna untuk menentukan struktur flavanon adalah melibatkan
dehidrogenasi ikatan -2,3, yang memberikan flavon. Karena flavanon sering sukar
disintesis sedangkan tidak ada masalah untuk flavon, maka prosedur ini sangat
berharga.
OH
OH CH3O O OCH3
O
CH3O OCH3 I2
NaOAc OH O
OH
O
Liquiritigenin
Metoda
klasik (yaitu, degradasi, interkonversi, sintesis) untuk menentukan struktur
flavanoid sekarang telah digantikan dengan prosedur diagnosa fisika, dalam hal
ini resonansi magnetic inti. Proton pada posisi -2 dan -3 menunjukkan
pergeseran kimia yang karateristik dan bentuk penggabungan yang dapat
membedakan struktur flavanon dengan flavon khalkon, dan sebagainya. Bentuk
aromatic tersubstitusi biasanya dapat dikenal dengan pergeseran kimia dan
bentuk penggabungan (penggabungan 0-, m atau p) proton-proton cincin A dan –B.
Senyawa Flavon
Metilasi (dengan metil sulfat dan kalsium karbonat
dalam aston) terhadap resin kotor dari X presisi menghasilkan sejumlah senyawa
flavanoid. Salah satu dari padanya adalah
4’,5,7 – trimetoksi flavon. Reduksi flavon dengan natrium dan etanol dalam cairan amonia dan metilasi fenol yang diperoleh menghasilkan senyawa yang dikenal 1-p-metoksifenil-3-(2,4,6-trimetoksifenil)-propana.
Flavon Khristin
Apigenin
Luteolin
Senyawa Flavanol (3-hidrosiflavon)
Flavanol lazim sebagai
konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk
terhidroksilasi. Flavanol alami yang paling sederhana adalah galangin
3,5,7-tri-hidroksiflavon.
3,5,7 –OH
3,5,7,4’ -OH
Galangin
Kaempfenol
(Flavanol alam)
Senyawa
Antosianidin dan proantosianidin
Senyawa flavanoid alam yang
paling menyolok adalah antosianin, yang merupakan pembentuk dasar pigmen warna
merah, ungu, dan biru pada tanaman. Antosianin adalah glikosida antosianidin,
yaitu garam polihidroksiflavilium (2-arilbenzopirilium). Sebagaian besar
antosianin alam adalah glikosida
3’=R, 5’=R’ R = H, R’ =
OH , sianidin
R –
R’ = OH , delpenidin
R =
H, R’ = OCH3 , peonidin
R =
R’ = )CH3 , maluidin
(Antosianidin alam)
Antosianidin juga dibentuk bila
flavon -3,4-diol dipanaskan pada kondisi asam kuat. Reaksi sangat kompleks dan
hasil yang diperoleh berupa garam flavilium rendah, dan perlu dicatat bahwa
reaksi meliputi oksidasi. Untuk dehidrasi sederhana flavanandiol, diperoleh
3-flavon-3-ol bukan antosianidin.
Leukosianidin
hidrat
Leukosianidin
3,4,5,7,4’5’-OH 3,5,7,4’,5’ -OH
3,5,7,4’,5’ -OH
Sianidin
(Katiro)
Molecular structure of the flavone backbone (2-phenyl-1,4-benzopyrone)
The
term flavonoid refers to a class of plant
secondary metabolites.
According to the IUPAC nomenclature, they can be classified into:
- flavonoids, derived from the 2-phenylchromone (2-phenyl-1,4-benzopyrone) structure
- isoflavonoids, derived from the 3-phenylchromone (3-phenyl-1,4-benzopyrone) structure
- neoflavonoids, derived from the 4-phenylcoumarine (4-phenyl-1,2-benzopyrone) structure.
Flavonoids
are most commonly known for their antioxidant activity. Flavonoids are also
commonly referred to as bioflavonoids in the media – these terms are
equivalent and nterchangeable, since all flavonoids are biological in origin.
Biosynthesis
Flavonoids
are synthesized by the phenylpropanoid pathway in which the amino acid phenylalanine is used to produce 4-coumaryl-CoA. This can be combined with malonyl-CoA to yield the true backbone of
flavonoids, a group of compounds called chalcones. Ring-closure of these compounds
results in the familiar form of flavonoids, a three-ringed structure (polyphenols). The metabolic pathway continues
through a series of enzymatic modifications to yield flavanones → dihydroflavonols
→ anthocyanins. Along this pathway many products
can be formed, including the flavonols, flavan-3-ols, proanthocyanidins
(tannins) and a host of other polyphenolics.
[edit] Biological effects
Flavonoids
are widely distributed in plants fulfilling many functions including producing
yellow or red/blue pigmentation in flowers
and protection from attack by microbes and insects. The widespread distribution of
flavonoids, their variety and their relatively low toxicity compared to other active plant compounds (for instance alkaloids) mean that many animals, including
humans, ingest significant quantities in their diet. Flavonoids have been found
in high concentrations in butterflies and moths sequestered from dietary intake
at the larval stage and then stored in adult tissues.
Flavonoids
have been referred to as "nature's biological response modifiers"
because of strong experimental evidence of their inherent ability to modify the
body's reaction to allergens, viruses,
and carcinogens. They show anti-allergic, anti-inflammatory[1] , anti-microbial and
anti-cancer activity. In addition, flavonoids act as
powerful antioxidants, protecting against oxidative and free radical damage.
Consumers
and food manufacturers have become interested in flavonoids for their medicinal
properties, especially their potential role in the prevention of cancers and cardiovascular disease.
The beneficial effects of fruit, vegetables, and tea or even red wine have been
attributed to flavonoid compounds rather than to known nutrients and vitamins.
[edit] Important flavonoids
[edit] Quercetin
Quercetin is a flavonoid and more specifically a
flavonol (see below), that constitutes the aglycone of the glycoside rutin.
In studies, quercetin is found to be the most active of the flavonoids, and
many medicinal plants owe much of their activity to their high quercetin
content. Quercetin has demonstrated significant anti-inflammatory activity
because of direct inhibition of several initial processes of inflammation. For example, it inhibits both the
production and release of histamine and other
allergic/inflammatory mediators. In addition, it
exerts potent antioxidant activity and vitamin C-sparing action.
[edit] Epicatechin
Epicatechin improves blood flow and thus seems
good for cardiac health. Cocoa,
the major ingredient of dark chocolate, contains
relatively high amounts of epicatechin and has been found to have nearly twice
the antioxidant content of red wine and up to three
times that of green tea.[2]
[edit] Oligomeric proanthocyanidins
Proanthocyanidins
extracts demonstrate a wide range of pharmacological activity. Their effects
include increasing intracellular vitamin C levels, decreasing capillary
permeability and fragility, scavenging oxidants and free radicals, and
inhibiting destruction of collagen, the most abundant
protein in the body.
[edit] Important dietary sources
Good
sources of flavonoids include all citrus fruits, berries, onions,
parsley, legumes, green tea, red wine, seabuckthorn, and dark chocolate (that with a cocoa
content of seventy percent or greater).
[edit] Citrus
The
citrus bioflavonoids include hesperidin, quercetin, rutin
(a sugar of quercetin), and tangeritin. In addition
to possessing antioxidant activity and an ability to increase intracellular
levels of vitamin C, rutin and hesperidin exert beneficial effects on capillary permeability and blood flow. They also exhibit some of the
anti-allergy and anti-inflammatory benefits of quercetin. Quercetin can also
inhibit reverse transcriptase,
part of the replication process of retroviruses (Spedding et al. 1989). The
therapeutical relevance of this inhibition has not been established. Hydroxyethylrutosides
(HER) have been used in the treatment of capillary permeability, easy bruising, hemorrhoids, and varicose veins.
[edit] Green Tea
Green tea polyphenols are potent antioxidant
compounds that have demonstrated greater antioxidant protection than vitamins C
and E. Green tea may also increase the activity of
antioxidant enzymes. Green tea polyphenols may inhibit cancer by blocking the
formation of cancer-causing compounds and suppressing the activation of carcinogens. The major polyphenols in green tea
are flavonoids (catechin, epicatechin, epicatechin gallate,
epigallocatechin gallate(EGCG), and proanthocyanidins).
Though
both green tea and black tea are derived
from the same plant (Camellia sinensis),
they possess different antioxidants. In producing black tea the leaves are
allowed to oxidize, during which enzymes present in the tea convert many polyphenols to larger
molecules with different biological effects. However, green tea is produced by
lightly steaming the fresh-cut leaf, which inactivates these
enzymes, and oxidation does not occur.
[edit] Availability through microorganisms
A
number of recent research articles have demonstrated the efficient production
of flavonoid molecules from recombinant microorganisms. Such an approach opens
the possibility of readily producing these compounds using renewable feedstocks
and thus increasing the availability of rare flavonoid molecules for human and
animal feed through dietary supplements. [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7].
[edit] Subgroups
Over
5000 naturally occurring flavonoids have been characterized from various
plants. They have been classified according to their chemical structure, and
are usually subdivided into 6 subgroups[3]:
- Flavones use the 2-phenyl-4H-1-benzopyran-4-one skeleton:
Examples: Luteolin, Apigenin, Tangeritin
- Flavonols use the 3-hydroxy-2-phenyl-4H-1-benzopyran-4-one skeleton:
Examples: Quercetin, Kaempferol, Myricetin, Isorhamnetin, Pachypodol, Rhamnazin
- Flavanones use the 2,3-dihydro-2-phenyl-4H-1-benzopyran-4-one skeleton:
Examples: Hesperetin, Naringenin, Eriodictyol
- Flavan-3-ols use the 2,3-dihydro-3-hydroxy-2-phenyl-benzopyran skeleton:
Examples: Catechins (Catechin (C), Gallocatechin (GC),
Catechin 3-gallate (Cg), Gallocatechin 3-gallate (GCg)), Epicatechins (Epicatechin (EC), Epigallocatechin
(EGC), Epicatechin 3-gallate (ECg), Epigallocatechin 3-gallate (EGCg)),
Theaflavins (Theaflavin, Theaflavin 3-gallate, Theaflavin 3'-gallate,
Theaflavin 3,3'-digallate), Thearubigins
- Isoflavones use the 3-phenyl-4H-1-benzopyran-4-one skeleton:
- Anthocyanidins.
Examples: Cyanidin, Delphinidin, Malvidin, Pelargonidin, Peonidin, Petunidin
FLAVANOID
Flavanoid
terdapat secara universal pada tanaman sebagai kelompok tunggal senyawa cincin
oksigen yang terbesar. Tidak ada benda yang begitu mencolok seperti flavanoid
yang memberikan konstribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan
di alam.
Kegunaan Flavanoid
Flavanoid
secara luas digunakan oleh tumbuhan dalam banyak fungsi termasuk menghasilkan
pigmen kuning atau merah/biru pada bunga dan melindungi dari serangan mikroba
dan serangga. Distribusi yang meluas dari flavanoid, variasi dan toksisitasnya
relative rendah dibandingkan komponen tumbuhan yang lain (untuk alkaloid).
Flavanoid menunjukkan aktivitas anti alergi, antiinflamasi, anti mikroba dan
anti kanker. Sebagai tambahan, flavanoid juga menunjukkan aktivitas yang kuat
sebagai anti oksidan, melindungi dari oksidasi dan kerusakan radikal bebas.
Konsumen
dan pabrik makanan telah tertarik pada flavanoid karena sifat
pengobatan/medikasinya, khususnya flavanoid potensial dalam mencegah kanker dan
penyakit kardiovaskuler. Juga digunakan sebagai nutrient dan vitamin.
Struktur Dasar
Flavanoid
Senyawa
flavanoid adalah senyawa yang mengandung cis terdiri atas dua inti fenolat yang
dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki karateristik bentuk
hidroksilasi phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B, biasanya 4-,3,4-
atau 3,4,5-terhedroksilasi.
C – C - C
Kerangka dasar
flavanoid
C6(A) – C3
OH
Struktur dasar
flavanoid
Stereokimia
Senyawa Flavanoid
Flavon
dan khalkon tidak memiliki atom karbon asimetri hingga tidak ada masalah
stereokimia. Flavanon mengandung satu pusat asimetri dan dapat berada dalam
bentuk (+) dan (-). Kebanyakan flavanon alam adalah putar kiri dan memiliki
konfigurasi –S. Stereokimia flavanon dan 3-hidroksiflavanon (dihidroflavanol)
telah ditentukan dengan metoda dalam mana stereokimia katekhin terlibat. (+)
–Katekhin dan (-) –epikatekhin adalah diastereomer berbeda dalam kedudukan
gugus 2–aril dan 3-hidroksil.
Struktur
katekhin telah ditentukan dengan metoda konvensional : (a) peleburan alkali
menghasilkan phloroglusinol dan asam 3,4-dihidrobenzoat (asam protokatekuat);
dan (b) reduksi katekhin tetrametil eter, diikuti dengan metilasi fenol yang
dihasilkan, diperoleh 1-(2,4,6-trimetoksifenil) -3-(3,4-dimetoksifenil)
propane. Meskipun pengamatan tersebut dapat dibantu oleh tiga struktur namun
struktur flavan epikatekhin dibuktikan berdasarkan pembuatannya (sebagai bentuk
(±) secara reduksi katalitik sianidin klorida).
Mekanisme dasar
biosintesis senyawa Flavanoid
Tahapan
dasar yaitu tiga unit asetat yang tergabung pada cincin A dan fragmen
P-koumaril –CoA yang akan berkondensasi dengan tiga unit malonil Ko-A sehingga
menghasilkan khalkon yang merupakan zat antara pertama yang teridentifikasi.
Khalkon akan mengalami hidroksilasi dengan gugus-gugus hidroksi yang
dikonversikan ke 5,7-dihidroksi flavanoid (flavanon) dengan bantuan enzim
khalkon isomerase. Flavanon akan mengalami hidroksilasi pada C3 dan
menghasilkan dihidrokaempferol secara stereospesifik yang dikatalisis oleh
suatu oksigenasi yang spesifik. Dihidrokaempferol merupakan prekusor yang
sangat bagus dan berperan penting dalam pembentukan metabolit-metabolit lainnya
seperti katekhin, sianidin dan kuersitin.
Tahapan Biosintesa
Flavanoid
Fenilalanin
OH
OH SCOA
CH2 II
Asam sinimat
HO2C COSCOA
O
COA.S II
Malonil-CoA O OH
II
O OH HO OH
P-KUMARIL-CoA HO O H2O 4 2
2 3
HO
O
3
I II
A i II
H khalkon
iso merase 5 OH O
OH O H
Flavon OH
5 II II
OH
O
O-Glukose CH OH O
apiose
O
I
II OH
OH O
I II
OH O
Apiin
dihidrokalemferd erol
OH
HO HO O 2
HO
O OH
OH
I I
OH
OH
Taksifolin
OH
OH OH HO O
HO O HO O
OH OH
OH
OH I II
OH I
OH O OH
Koteklin Kuesitin
Sianidin
Senyawa Khalkon
Polihidroksi
khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di alam tidak
lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerisasi menjadi flavanon
dalam satuan keseimbangan,
3
2 4
3 5
4
2 6
C
5
6 O
merein : 2’, 3,4’, 3,4 –penta OH (4’-glukosida)
koreopsin : 2’,4,3,4-tetra OH (4’-glukosida)
Stillopsin : 2,4, ‘5’, 3,4-penta OH (?-glukosida)
Lanseolin : 2’, 4’, 3,4 –tetra OH-3’-OMe (?-lukosida)
Bila khalkon 2’,6 –dihidroksilasi, isomer flavanon
mengikat 5-gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen
4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavanon condong
ke arah flavanon. Hingga, khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus
2,4’-hidroksil atau gugus 2’-hidroksi-6’-glikosilokasi.
Pada
gambar di atas menunjukkan beberapa khalkon yang terdapat dalam tanaman,
terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, dalam kebanyakan terdapat
dalam tanaman Heliantheaetribe,
Coreopsidinae subtribe dan famili Compositae.
Dalam
bisiklis khalkon dan hidrokhalkon gugus hidroksil tetap terikat pada cincin-A.
A - COCH2CH2 – B
Hidrokhalkon
A – COCH2CHOH – B
Flavanon , Khalkon
A - COCH2CO
– B Flavon
A – COCOCH2 – B
Auron
A – CH2COCO – B
Antosianin
A – COCHCHOH – B 3 –
hidroksi flavanon
OH
A – COCOCH – B
Flavanol
OH
Senyawa
Dihidrokhalkon
Meskipun
dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang penting yaitu
phlorizin merupakan konstituen umum famili Rosaceae
juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia
memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.
Phlorizin
merupakan β-D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat
menjadi phloroglusinol dan asam p-hidroksihidrosinamat (asam phloretrat). Jika
glukosida phlorizin dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata
sisa glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.
Akhirnya, kedudukan sisa glukosa yang dibentuk oleh reaksi ditunjukkan dalam
persamaan 1 ; interaksi gugus asetoksil dengan satuan –COCH2CH2Ar
menunjukkan bahwa satuan glukosa harus terikat pada kedudukan -2’ dalam
phlorizin. Glikosilasi gugus hidroksil ortho
terhadap gugus karbonil di alam adalah tidak umum, hal ini terutama karena
ikatan hydrogen yang efektif antara –OH dan O=C. Adanya gugus-gugus hidroksil
pada kedudukan -2,6 relatif terhadap gugus karbonil mengakibatkan satu dari
padanya reaktif dan dapat terjadi glikolisasi.
Florizin
Floretin + D-glukosa
â
N2OH
OH OH
+ OH CH2CH2COOH
OH
asam floretat
OH O
OH
OH
tri-o-metil florizin
Florizin
adalah
OH OH
OH
COCH2CH2
O – C6H11O5D
– glukosida
Senyawa Flavanon
Flavanon
(biasanya sebagai glikosida) terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat
dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari
tanaman genus Prunus (fam. Rosaceae)
dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperetin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
Penentuan
struktur flavanon cepat dilakukan berdasarkan metoda klasik.
Polihidroksiflavanon mudah dikenal dengan terbentuknya warna merah, lembayung,
bila flavanon direduksi dengan magnesium dalam asam klorida dalam larutan
etanol. Persoalan dasar dalam menentukan struktur flavanon adalah (a) posisi
ikatan sisa gula, jika senyawa merupakan glikosada; dan (b) posisi gugus inti
hidroksil dan metoksi cincin –A dan –B.
Flavanon
dan khalkon dipecah oleh hidrolisis alkalis menjai turunan asam benzoate yang
terdiri cincin –B dan tergantung pada kondisi, fenol yang terdapat pada cincin
–A (missal phloroglusinol) atau menjadi asetofenon yang sesuai.
OH HO
OH OH
O +
HO 50% KOH COCH3
COOH
O
Liquiritigenin
OH HO
OH
O CH3=CHCOOH +
HO OCH3
30% CH3O
NaOH
OH
OH O
Homoeridiktiol
asam
ferurat
Cara
lain yang berguna untuk menentukan struktur flavanon adalah melibatkan
dehidrogenasi ikatan -2,3, yang memberikan flavon. Karena flavanon sering sukar
disintesis sedangkan tidak ada masalah untuk flavon, maka prosedur ini sangat
berharga.
OH
OH CH3O O OCH3
O
CH3O OCH3 I2
NaOAc OH O
OH
O
Liquiritigenin
Metoda
klasik (yaitu, degradasi, interkonversi, sintesis) untuk menentukan struktur
flavanoid sekarang telah digantikan dengan prosedur diagnosa fisika, dalam hal
ini resonansi magnetic inti. Proton pada posisi -2 dan -3 menunjukkan
pergeseran kimia yang karateristik dan bentuk penggabungan yang dapat
membedakan struktur flavanon dengan flavon khalkon, dan sebagainya. Bentuk
aromatic tersubstitusi biasanya dapat dikenal dengan pergeseran kimia dan
bentuk penggabungan (penggabungan 0-, m atau p) proton-proton cincin A dan –B.
Senyawa Flavon
Metilasi (dengan metil sulfat dan kalsium karbonat
dalam aston) terhadap resin kotor dari X presisi menghasilkan sejumlah senyawa
flavanoid. Salah satu dari padanya adalah
4’,5,7 – trimetoksi flavon. Reduksi flavon dengan natrium dan etanol dalam cairan amonia dan metilasi fenol yang diperoleh menghasilkan senyawa yang dikenal 1-p-metoksifenil-3-(2,4,6-trimetoksifenil)-propana.
Flavon Khristin
Apigenin
Luteolin
Senyawa Flavanol (3-hidrosiflavon)
Flavanol lazim sebagai
konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk
terhidroksilasi. Flavanol alami yang paling sederhana adalah galangin
3,5,7-tri-hidroksiflavon.
3,5,7 –OH
3,5,7,4’ -OH
Galangin
Kaempfenol
(Flavanol alam)
Senyawa
Antosianidin dan proantosianidin
Senyawa flavanoid alam yang
paling menyolok adalah antosianin, yang merupakan pembentuk dasar pigmen warna
merah, ungu, dan biru pada tanaman. Antosianin adalah glikosida antosianidin,
yaitu garam polihidroksiflavilium (2-arilbenzopirilium). Sebagaian besar
antosianin alam adalah glikosida
3’=R, 5’=R’ R = H, R’ =
OH , sianidin
R –
R’ = OH , delpenidin
R =
H, R’ = OCH3 , peonidin
R =
R’ = )CH3 , maluidin
(Antosianidin alam)
Antosianidin juga dibentuk bila
flavon -3,4-diol dipanaskan pada kondisi asam kuat. Reaksi sangat kompleks dan
hasil yang diperoleh berupa garam flavilium rendah, dan perlu dicatat bahwa
reaksi meliputi oksidasi. Untuk dehidrasi sederhana flavanandiol, diperoleh
3-flavon-3-ol bukan antosianidin.
Leukosianidin
hidrat
Leukosianidin
3,4,5,7,4’5’-OH 3,5,7,4’,5’ -OH
3,5,7,4’,5’ -OH
Sianidin
(Katiro)
Molecular structure of the flavone backbone (2-phenyl-1,4-benzopyrone)
The
term flavonoid refers to a class of plant
secondary metabolites.
According to the IUPAC nomenclature, they can be classified into:
- flavonoids, derived from the 2-phenylchromone (2-phenyl-1,4-benzopyrone) structure
- isoflavonoids, derived from the 3-phenylchromone (3-phenyl-1,4-benzopyrone) structure
- neoflavonoids, derived from the 4-phenylcoumarine (4-phenyl-1,2-benzopyrone) structure.
Flavonoids
are most commonly known for their antioxidant activity. Flavonoids are also
commonly referred to as bioflavonoids in the media – these terms are
equivalent and nterchangeable, since all flavonoids are biological in origin.
Biosynthesis
Flavonoids
are synthesized by the phenylpropanoid pathway in which the amino acid phenylalanine is used to produce 4-coumaryl-CoA. This can be combined with malonyl-CoA to yield the true backbone of
flavonoids, a group of compounds called chalcones. Ring-closure of these compounds
results in the familiar form of flavonoids, a three-ringed structure (polyphenols). The metabolic pathway continues
through a series of enzymatic modifications to yield flavanones → dihydroflavonols
→ anthocyanins. Along this pathway many products
can be formed, including the flavonols, flavan-3-ols, proanthocyanidins
(tannins) and a host of other polyphenolics.
[edit] Biological effects
Flavonoids
are widely distributed in plants fulfilling many functions including producing
yellow or red/blue pigmentation in flowers
and protection from attack by microbes and insects. The widespread distribution of
flavonoids, their variety and their relatively low toxicity compared to other active plant compounds (for instance alkaloids) mean that many animals, including
humans, ingest significant quantities in their diet. Flavonoids have been found
in high concentrations in butterflies and moths sequestered from dietary intake
at the larval stage and then stored in adult tissues.
Flavonoids
have been referred to as "nature's biological response modifiers"
because of strong experimental evidence of their inherent ability to modify the
body's reaction to allergens, viruses,
and carcinogens. They show anti-allergic, anti-inflammatory[1] , anti-microbial and
anti-cancer activity. In addition, flavonoids act as
powerful antioxidants, protecting against oxidative and free radical damage.
Consumers
and food manufacturers have become interested in flavonoids for their medicinal
properties, especially their potential role in the prevention of cancers and cardiovascular disease.
The beneficial effects of fruit, vegetables, and tea or even red wine have been
attributed to flavonoid compounds rather than to known nutrients and vitamins.
[edit] Important flavonoids
[edit] Quercetin
Quercetin is a flavonoid and more specifically a
flavonol (see below), that constitutes the aglycone of the glycoside rutin.
In studies, quercetin is found to be the most active of the flavonoids, and
many medicinal plants owe much of their activity to their high quercetin
content. Quercetin has demonstrated significant anti-inflammatory activity
because of direct inhibition of several initial processes of inflammation. For example, it inhibits both the
production and release of histamine and other
allergic/inflammatory mediators. In addition, it
exerts potent antioxidant activity and vitamin C-sparing action.
[edit] Epicatechin
Epicatechin improves blood flow and thus seems
good for cardiac health. Cocoa,
the major ingredient of dark chocolate, contains
relatively high amounts of epicatechin and has been found to have nearly twice
the antioxidant content of red wine and up to three
times that of green tea.[2]
[edit] Oligomeric proanthocyanidins
Proanthocyanidins
extracts demonstrate a wide range of pharmacological activity. Their effects
include increasing intracellular vitamin C levels, decreasing capillary
permeability and fragility, scavenging oxidants and free radicals, and
inhibiting destruction of collagen, the most abundant
protein in the body.
[edit] Important dietary sources
Good
sources of flavonoids include all citrus fruits, berries, onions,
parsley, legumes, green tea, red wine, seabuckthorn, and dark chocolate (that with a cocoa
content of seventy percent or greater).
[edit] Citrus
The
citrus bioflavonoids include hesperidin, quercetin, rutin
(a sugar of quercetin), and tangeritin. In addition
to possessing antioxidant activity and an ability to increase intracellular
levels of vitamin C, rutin and hesperidin exert beneficial effects on capillary permeability and blood flow. They also exhibit some of the
anti-allergy and anti-inflammatory benefits of quercetin. Quercetin can also
inhibit reverse transcriptase,
part of the replication process of retroviruses (Spedding et al. 1989). The
therapeutical relevance of this inhibition has not been established. Hydroxyethylrutosides
(HER) have been used in the treatment of capillary permeability, easy bruising, hemorrhoids, and varicose veins.
[edit] Green Tea
Green tea polyphenols are potent antioxidant
compounds that have demonstrated greater antioxidant protection than vitamins C
and E. Green tea may also increase the activity of
antioxidant enzymes. Green tea polyphenols may inhibit cancer by blocking the
formation of cancer-causing compounds and suppressing the activation of carcinogens. The major polyphenols in green tea
are flavonoids (catechin, epicatechin, epicatechin gallate,
epigallocatechin gallate(EGCG), and proanthocyanidins).
Though
both green tea and black tea are derived
from the same plant (Camellia sinensis),
they possess different antioxidants. In producing black tea the leaves are
allowed to oxidize, during which enzymes present in the tea convert many polyphenols to larger
molecules with different biological effects. However, green tea is produced by
lightly steaming the fresh-cut leaf, which inactivates these
enzymes, and oxidation does not occur.
[edit] Availability through microorganisms
A
number of recent research articles have demonstrated the efficient production
of flavonoid molecules from recombinant microorganisms. Such an approach opens
the possibility of readily producing these compounds using renewable feedstocks
and thus increasing the availability of rare flavonoid molecules for human and
animal feed through dietary supplements. [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7].
[edit] Subgroups
Over
5000 naturally occurring flavonoids have been characterized from various
plants. They have been classified according to their chemical structure, and
are usually subdivided into 6 subgroups[3]:
- Flavones use the 2-phenyl-4H-1-benzopyran-4-one skeleton:
Examples: Luteolin, Apigenin, Tangeritin
- Flavonols use the 3-hydroxy-2-phenyl-4H-1-benzopyran-4-one skeleton:
Examples: Quercetin, Kaempferol, Myricetin, Isorhamnetin, Pachypodol, Rhamnazin
- Flavanones use the 2,3-dihydro-2-phenyl-4H-1-benzopyran-4-one skeleton:
Examples: Hesperetin, Naringenin, Eriodictyol
- Flavan-3-ols use the 2,3-dihydro-3-hydroxy-2-phenyl-benzopyran skeleton:
Examples: Catechins (Catechin (C), Gallocatechin (GC),
Catechin 3-gallate (Cg), Gallocatechin 3-gallate (GCg)), Epicatechins (Epicatechin (EC), Epigallocatechin
(EGC), Epicatechin 3-gallate (ECg), Epigallocatechin 3-gallate (EGCg)),
Theaflavins (Theaflavin, Theaflavin 3-gallate, Theaflavin 3'-gallate,
Theaflavin 3,3'-digallate), Thearubigins
- Isoflavones use the 3-phenyl-4H-1-benzopyran-4-one skeleton:
- Anthocyanidins.
Examples: Cyanidin, Delphinidin, Malvidin, Pelargonidin, Peonidin, Petunidin