Entri Populer

Minggu, 13 Oktober 2013

laporan uji mic dan koefisien fenol



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain.
Suatu mikroba memerlukan keadaaan sekitar yang sesuai dan jika tidak sesuai maka akan mempengaruhi sifat-sifat morfologi dan fisiologi dari jasad tersebut karena aktifitas suatu jasad renik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia sebagai penyebab terjadinya infeksi dan menimbulkan berbagai masalah penyakit maka penting artinya untuk melihat keefektifan dari suatu desinfektan yang beredar di masyarakat.
Dewasa ini dimasyarakat beredar berbagai macam produk sediaan yang bertujuan untuk membunuh kuman atau mikroorganisme. Produk tersebut ada yang digunakan pada lingkungan yang sering disebut desinfektan dan ada juga yang digunakan untuk makhluk hidup yang sering disebut antiseptik.
Untuk mengetahui daya hambat suatu antiseptik atau desinfetan terhadap pertumbuhan mikroba yaitu dengan uji MIC (Minimum Inhibitory Concentration) selain itu juga dapat dilakukan uji koefisien fenol. Uji koefisien fenol adalah uji daya hambat suatu antiseptik atau desinfektan yang dibandingkan dengan daya hambat dari fenol.
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai sejauh mana tingkat kemampuan sediaan desinfektan dan antiseptik dalam membunuh kuman sehingga masyarakat dapat benar-benar memilih produk sediaan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan nilai  Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dari sampel Lifeboy® ?.
C. Maksud Praktikum
Mengetahui dan memahami cara-cara penentuan nilai MIC dan koefisien fenol pada Lifeboy®  dari suatu bahan abtiseptik.
D. Tujuan Praktikum
Menentukan nilai Minimal Inhibitory Concentration (MIC) dan koefisien fenol dari sampel Lifeboy®  dengan berbagai macam kosentrasi melalui pengenceran dengan menggunakan mikroba uji Salmonella thyposa.



E. Manfaat Praktikum
1. Mengetahui cara-cara penentuan nilai MIC dan koefiien fenol dari suatu antiseptik dan desinfektan.
2. Mengetahui apakah desinfektan yang beredar dimasyarakat memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
F. Kerangka Pikir


 

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Mikroorganisme terdapat di mana-mana di sekitar kita; mereka menghuni tanah, air, dan atmosfer planet kita. Adanya mikroorganisme di planet lain di luar bumi kita telah diselidiki, namun sejauh ini kuar angkasa-dalam (deep-spece probes) belum menampakkan adanya mikroorganisme luar bumi. Studi tentang mikroorganisme dilingkungan alamiahnya di sebut juga ekologi mikroba. Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya. Penghuni suatu lingkungan tertentu dipandang sebagai bagian suatu system ekologi atau ekosistem. Ekosistem yang paling besar ialah planet Bumi atau atau disebut juga biosfer (Hadjoetomo, 1988). 
Kisaran suhu untuk aktivitas enzim menentukan sifat pertumbuhan mikroorganisme. Suhu tertinggi di mana mokrooganisme masih dapat tumbuh disebut suhu maksimum, sedangkan minimum adalah suhu terendah di mana mikroorganisme  masih dapat tumbuh. Kisaran suhu tidak saja mempengaruhi aktivitas enzim, namun mempengaruhi sifat fisik membran sel. Permeabilitas membran sel tergantung pada kandungan dan jenis lipida. Peningkatan 50–100C di atas suhu optimum dapat menyebabkan proses lisis dan kematian sel mikroorganisme (Bibiana, 1994).
Baik secara langsung maupun tak langsung, bahan buangan dari manusia dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuh-tumbuhan, dibuang atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lma, bahan-bahan tersebut berubah menjadi komponen organik dan beberapa kumpulan anorganik tanah. Perubahan-perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme yaitu perubahan bahan organik menjadi substansi yung menyediakan nutrient bagi dunia tumbuhan. Tanpa aktifitas mikrobe maka segala kehidupan di bumi ini lambat laun akan terhambat (Hadjoetomo, 1988). 
Mikroorganisme dapat dipilahkan berdasarkan suhu optimum pertumbuhan. Mikroorganisme yang mempunyai suhu optimum di antara 00–200C disebut psikrofiI. Mikroorganisme yang tumbuh cepat pada kisaran suhu 200 – 500  C disebut misofil, sedangkan mikroorganisme yang tumbuh pada kisaran suhu 500–1000C theamofil. Beberapa mikroorganisme dapat bertahan pada suhu tinggi meskipun pada suhu tersebut tidak dapat tumbuh; kelompok ini disebut thermodurik (Bibiana, 1994).
Pada saat telah banyak ditawarkan berbagai macam disenfektansia kepada konsumen. Disenfektansia secara umum diartikan sebagai pembasmi mikroorganisme terutama ditujukan kepada benda mati. Pada penandaannya yang memenuhi persyaratan telah dicantumkan cara penggunaan produk yang sesuai sebagai bahan desinfeksi. Namun demikian banyak pula bahan-bahan disenfektansia yang memuat cara-cara penggunaannya pada komposisinya (Djide, 2003).
Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau mencegah keadaan sepsis. Antiseptik ialah zat yang digunakan unutk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme, biasanya digunakan pada jaringan hidup. Disenfektan ialah zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan  mematikan mikroba misalnya, sterilisasi alat kedokteran. Sterilisasi ditujukan untuk membunuh semua mikroorganisme  (Ganiswara, 1995).
Disenfektan dan antiseptic berbeda dari anti jasad renik yang aktif secara sistemik, karena zat-zat ini tidak memiliki toksisitas  selektif. Daya kerja anti jasad renik disenfektan ditentukan oleh konsentrasi, waktu dan suhu dan penilaian efeknya mungkin rumit. (Ernest, 1991).










B.   Uraian Bakteri Uji
1.  Salmonella thyposa (Suriawirya, 1986)
a.  Klasifikasi :
Domain                  :   Bacteria
Phylum                  :   Firmicutes
Class                      :   Bacillis
Ordo                        :   Bacillales
Famili                     :   Staphylococcaceae
Genus                    :   Staphylococcus
Spesies                  :   Staphylococcus aureus
b.  Morfologi Mikroba
                           Staphylococcus aureus  adalah bakteri Gram positif, Sel-sel berbentuk bola, berdiameter 0,5 sampai 1,5 µm terdapat tunggal dan berpasangan, dan secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang tidak teratur. Non motil. Tidak diketahui adanya stadium istirahat. Gram positif. Dinding sel mengandung dua komponen utama : peptidoglikan serta asam tekoat yang berkaitan dengannya. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi dan fermentatif. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerobik. Suhu optimum 35 – 400C. Terutama berasosiasi dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas. Pertumbuhan pada medium agar abundant, dan koloninya buram dan tidak tembus cahaya, smooth, dan berkilauan dalam penampakannya. Beberapa Staphylococcus bentuk lipochrome pigmen yang memberikan koloni kuning emas atau kuning lemon dimana yang lainnya tidak dan putih.




















  1. Prosedur Kerja
A.   Uji MIC (Anonim, 20012)
  1. Sediakan 10 buah tabung steril, dan isi 9,5 ml medium NB steril kedalam tabung pertama dan 5 ml kedalam tabung lainnya.
  2. Tambahkan ke dalam tabung pertama 0,5 ml anti mikroba yang akan di uji , sehingga di peroleh pengenceran 1:20.
  3. Diambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung pertama dan masukkan ke dalam tabung ke dua, campurkan sampa homogen.
  4. Kemudian di ambil lagi 5 ml dari tabung kedua ini dan di masukkan ke dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai pada tabung kesepuluh , setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir dan dibuang. Sebaiknya untuk pemindahan cairan dari tabung ke tabung digunakan pipet tersendiri.
  5. Ditanam kedalam tiap-tiap tabung 0,02 ml suspensi biakan yang telah berumur 24 jam.
  6. Diinkubasikan semua tabung pada suhu 370 C dan diperiksa pertumbuhan bakteri setelah 24-72 jam.
  7. Untuk memastikan bahwa bakteri yang tu,buh adalah bakteri yang diinokulokasikan, maka adanya pertumbuhan di periksa dengan penanam kembali dalam medium pembenihan. Konsentrasi tertinggi yang masih memperlihatkan penghambatan pertumbuhan mikroba adalah nilai MIC-nya.

BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A. Alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu autoklaf, botol pengencer, batang pengaduk, cawan petri, erlenmeyer, inkubator, korek api, lampu spiritus, ose bulat, oven, rak tabung, spoit, sendok tabung, stopwatch, tabung reaksi, dan wadah penampung es.
B. Bahan yang Digunakan
         Bahan-bahan yang digunakan yaitu air suling, alkohol 70%, aluminium foil, biakan  bakteri Salmonella thyposa, Sampel WPC®, Lifeboy®, Domestosnomos®, Pepsodent® ,  Es Batu, Fenol 5 %, medium Nutrien Broth (NB), dan tissue.
C. Cara Kerja
1.  Penyiapan Bahan Praktikum
Pembuatan larutan uji Lifeboy® dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1 : 20, 1 : 40, 1 : 80, 1 : 160, 1 : 320, 1 : 640, 1 : 1280, 1:2560, 1 : 5120, dan 1 : 10240.
2.  Penyiapan Bakteri Uji
a.  Disiapkan alat dan bahan.
b.  Diambil mikroba dari biakan murni dengan menggunakan ose.
c.   Digoreskan pada medium agar miring yang telah disiapkan.
d.  Ditutupi medium tersebut dengan kapas dan dibiarkan dalam lemari pendingin.
3.  Pembuatan Medium
a.  Disiapkan semua alat dan bahan
b.  Ditimbang ekstrak beef sebanyak 0,75 gram, pepton 1,25 gram.
c.   Ekstrak beef dan pepton dilarutkan dengan sedikit air
d.  Dimasukkan dalam erlenmeyer dan dicukupkan volumenya dengan aquadest sampai 250 ml kemudian erlenmeyer ditutup dengan kapas.
e.  Disterilkan medium yang telah dibuat diautoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit.
4.  Pengenceran sampel Lifeboy® 
a.  Disiapkan 10 buah tabung reaksi dimana telah berisi medium NB 5 ml dan satu tabung yang lain berisi 9,5 ml.
b.  Tabung yang berisi 9,5 ml medium dimasukkan sampel densol sebanyak 0,5 ml dan dihomegenkan yang dikenal sebagai pengenceran 1 : 20. Kemudian 5 ml perbandingan 1 : 20 dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung yang lain yang berisi 5 ml medium NB dan dihomogenkan (pengenceran 1 : 40) dan begitu seterusnya hingga didapatkan pengenceran 1 : 10240 untuk memudahkan pengamatan maka dibuat satu pengenceran lagi sebagai kontrol.
5. Pengujian Mikrobiologis
a.  Disiapkan tabung reaksi yang telah berisi pengenceran sampel dan medium NB.
b.  Sebanyak 0,02 ml suspensi biakan bakteri Salmonella thyposa dipipet dan dimasukkan ke dalam tiap-tiap pengenceran dan dihomogenkan.
c.   Setelah itu diinkubasikan pada inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC.
d.  Diamati pertumbuhan mikroba yang ditandai dengan keruhnya larutan dalam tabung reaksi.
6.  Pengujian Sampel
Penentuan Nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration)
a.  Disiapkan alat dan bahan
b.  Dilakukan pengerjaannya secara aseptis
c.   Diisi 9 tabung reaksi masing-masing dengan medium LB
d.  Dipipet 5 ml dari pengenceran 1 : 20, dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua yang telah diisi 5 ml medium NB (Nutrient Broth).
e.  Dipipet 5 ml dari pengenceran 1 : 40 (tabung ke dua), dimasukkan ke dalam tabung reaksi ketiga yang telah diisi 5 ml medium NB, dicampur dengan homogen (penenceran 1 : 80).
f.    Dilakukan hal yang sama seperti di atas hingga diperoleh pengenceran 1 : 10240.
g.  Dari tabung 1 : 10240 dipipet 5 ml kemudian dibuang.
h.  Dibuat kontrol dengan cara sampel dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi 5 ml medium NB, lalu dicampur hingga homogen.
i.    Ditambahkan 0,02 ml suspensi bakteri Salmonella thyposa ke dalam tia-tiap tabung pengenceran kecuali untuk tabung kontrol
j.    Diinkubasi semua tabung pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam dalam inkubator.
k.   Diamati perubahan pada tiap tabung pengenceran.
B. Uji Koefisien Fenol (Rusli, 2008)
1)    Ditentukan dahulu nilai MIC desinfektan yang akan di uji.
a.  Sediakan 10 buah tabung steril dan isi 9,5 ml medium NB steril ke dalam tabung I dan 5 ml ke dalam tabung lainnya.
b.  Tambahkan ke dalam tabung I 0,5 ml anti mikroba yang akan di uji, sehingga diperoleh pengenceran 1:20
c.   Diambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung I dan masukkan ke dalam tabung ke dua, campurkan sampai homogen
d.  Proses c dilakukan sampai tabung ke 10.
e.  Ditanam ke dalam tiap tabung 0,02 ml biakan yang berumur 24 jam
f.    Di inkubasi semua tabung pada suhu 37 C dan diamati setelah 24-72 jam, kemudian diamati.
2)    Buatlah 5 pengenceran desinfektansia yang akan di uji, dengan perbedaan konsentrasi masing-masing 1 : 100
3)    Tempatkan MIC pada pengenceran ke II, misalnya nilai MIC hasil uji sebelumnya adalah 1:500, maka deret pengenceran itu akan menjdadi 1:400, 1:500, 1:600, 1:700, 1:800.
4)    Buatlah larutan murni fenol dengan konsentrasi 5% dan buat dari larutan ini 3 pengenceran yaitu 1:80, 1:90, 1:100.
5)    Sediakan 4 deret tabung builon, masing-masing deret sebanyak 5 tabung
6)    Di depan deret tabung buylon itu diletakkan desinfektansia dari 5 pengenceran tersebut di atas sebanyak 5 ml per tabung. Tabung tabung ini sebaiknya direndam dalam air dingin dengan suhu 5-10 oC.
7)    Selang tiap 30 detik masukkan 0,2 ml biakan 24 jam bakteri uji ke dalam masing-masing tabung desinfektansia, dimulai dari pengenceran terendah sampai tertinggi.
8)    Penanaman ini memerlukan waktu 2 menit, sehingga waktu kontak untuk tiap-tiap tabung adalah 2 menit.
9)    Pada menit ke 5 detik ke nol, pindahkan 1 ose bulat dari tabung pengenceran pertama deret pertama, ke tabung deret buylon ke 2
10) 30 detik kemudian dipindahkan 1 ose bulat dari pengenceran ke 2 deret buylon pertama ke dalam tabung ke dua dan deret buylon ke dua
11) 30 detik kemudian tanam dengan cara yang sama pada tabung ke tiga. Demikian seterusnya sampai deret buylon tertanam dengan masing-masing pengenceran desinfektansia.
12) Ulangi perlakuan ini pada tabung buylon deret buylon ke tiga masing-masing selang 30 detik, tetapi setelah bakteri berada 10 menit dalam tiap-tiap pengenceran desinfektansia.
13) Ulangi dengan cara yang sama perlakuan pada deret buylon ke empat setelah waktu kontak bakteri uji dengan desinfektansia 15 menit.
14) Lakukan dengan cara yang sama pada larutan pembanding fenol 5 %
15) Tabung di inkubasi 37 C selama 48 jam
16) Amati hasil percobaan, catat dan hitung koefisien fenol desinfektan tersebut.









BAB IV
HASIL
A.  Data Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
1. Uji MIC
NO
Pengenceran
Deret
I
II
III
1.
2.
3.
4.
5.
1 : 10
1 : 20
1 : 30
1 : 40
1 : 50
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

2. Uji Koefisien Fenol
NO
Pengenceran
Deret
I
II
III
1.
2.
3.
1 : 50
1 : 90
1 : 100
-
-
-
-
-
-
-
-
-


2. Gambar Pengamatan
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
80 SMPL
Medium       : NB

       
                                                                                     Keterangan :
           Kapas
            Tabung reaksi
            Rak tabung
            Medium


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
70 Smpl
Medium       : PDA


   Keterangan :
Kapas
   Tabung reaksi
   Rak tabung
   Medium


  1. Pembahasan
Antiseptik merupakan bahan atau zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang digunakan pada makhluk hidup sedangkan desinfektan merupakan bahan atau zat yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang digunakan pada lingkungan.
MIC (Minimal Inhibitory Concentration) yaitu daya hambat minimum, artinya konsentrasi terkecil suatu desinfektan atau antiseptik untuk menghambat atatu membunuh pertumbuhan suatu mikroba sedangkan pada MKC dimaksudkan agar dalam pemilihan obat tradisional yang berkhasiat antibiotik tepat pada sasarannya, serta merupakan dasar untuk mensintesis obat antibiotic dari bahan alam yang baru.
Penentuan koefisien fenol dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kekuatan daya mematikan dari suatu desinfektan apakah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sebagai desinfektan yang baik atau tidak. Dalam penentuan nilai koefisien fenol ini yang digunakan sebagai sampel adalah desinfektan Lifeboy® yang sebelumnya telah ditentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC)nya.. Penentuan nilai koefisien fenol ini dilakukan dengan membandingkan daya mematikan desinfektan Lifeboy®  dengan daya mematikan terhadap larutan baku fenol 5 % dengan menggunakan mikroba uji Salmonella thyposa.
Fenol telah lama digunakan untuk standar pembanding bagi desinfektan lain untuk mengevalasi aktivitas bakterisidal. Fenol 5 % juga merupakan konsentrasi standard yang di tetapkan oleh badan POM setelah melalui pengujian mikrobiologi. Mekanisme kerja fenol yaitu berdasarkan kemampuannya mendenaturasi protein-potein sel bakteri sehingga mengubah struktur sel bakteri dan sifat khasnya hilang. Namun sifat mendenaturasi proteinnya juga berlaku untuk jarinan manusia, fenol jarang digunakan lagi sebagai antiseptikum kulit. Dalam kadar 0,01 – 1%, fenol bersifat bakteriostatik. Larutan 1,3% bersifat fungisid, berguna untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Konsentrasi yang efektif sebagai bakterisisd adalah 1–5%, sehingga pada percobaan ini digunakan    larutan baku fenol 5%, karena fenol 5% dianggap telah mampu membunuh bakteri dengan konsentrasi tersebut tetapi tidak cukup toksik bagi pemakaianya (manusia) .
Koefisien fenol adalah pengenceran tertinggi desinfektan ataupun antiseptik yang mematikan di mana dapat membunuh mikroba dalam waktu 10 menit tetapi tidak dalam masa kontak 5 menit per larutan fenol pada kondisi yang sama. Suatu desinfektansia atau antiseptik yang baik adalah mempunyai daya mematikan atau merusak mikroba. Dan untuk mengetahui daya mematikan tersebut biasanya distandarkan dengan larutan baku fenol.
Secara umum waktu yang diperlukan oleh bakteri untuk dapat mengadakan kontak dengan desinfektan (lama kontak) adalah 5–10 menit, karena suatu desinfektan yang memiliki koefisien fenol memiliki aktivitas kerja yang optimal pada lama kontak tersebut sehingga pengukuran koefisien dilakukan dengan melihat hasil positif pada setiap pengenceran dalam waktu 5 menit.
Indikasi yang digunakan untuk mengetahui apakah antiseptik atau desinfektan yang digunakan bekerja adalah dengan melihat kekeruhan dari medium NB yang digunakan atau dengan melihat endapan yang terbentuk.
Pada uji MIC, diisi 9 tabung reaksi dengan medium NB dan kemudian dipipet 5 ml dari pengenceran 1 : 20, dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua yang telah berisi 5 ml medium NB. Dipipet 5 ml dari pengenceran 1 : 40 (tabung kedua), dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang ketiga yang telah diisi 5 ml medium NB, dan dicampur dengan homogen (pengenceran 1 : 80), in dilakukan hal yang sama seperti di atas hingga diperoleh pengenceran 1 : 10240. Dibuat kontrol dengan cara sampel dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 5 ml medium NB, kemudian ditambahkan 0,02 ml suspensi bakteri Salmonella thyposa ke dalam tiap-tiap tabung pengenceraan kecuali untuk tabung kontrol. Setelah itu diinkubasi dan diamati perubahan pada tiap pengenceran. 
Setelah dilakukan pengujian MIC maka di dapatkan data dari masing-masing pengenceran, mulai dari pengenceran terendah sampai ke pengenceran tertinggi. Dari data tersebut dapat dilihat adanya perbedaan hasil pada tiap-tiap tingkat pengenceran, pada tingat pengenceran terendah yang dimulai dari 1 : 20, tidak terlihat adanya pertumbuhan mikroba pada medium, hal ini pun terjadi pada pengenceran 1 : 40, dan 1 : 80.  Namun   tidak  demikian  halnya  pada  pengenceran  1 : 60, 1 : 320, 1 : 640, 1 : 1280, 1:2560, 1 : 5120, dan 1 : 10240 karena terlihat adanya pertumbuhan mikroba pada medium.
Hasil pengamatan menggambarkan bahwa, semakin rendah tingkat pengenceran, maka daya septiknya akan semakin kuat, begitupula pula sebaliknya semakin tinggi tingkat pengenceran, maka daya aseptiknya pun akan semakin rendah/lemah..













BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa  Nilai MIC yang diperoleh pada percobaan ini dngan menggunakan antiseptik Lifeboy®  adalah 1 : 20.

B. Saran
1.  Asisten agar selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan laporan mikrobiologi ini.
2.  Agar alat-alat yang ada di dalam laboratorium Mikrobiologi dilengkapi lagi.











                                              DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Terapan, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Hal 1 dan 3.
Bibiana, 1994, Analisis Mikroba di laboratorium, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 134.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta, Hal 43.
Ditjen POM, 1997, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta, Hal 96.
Djidje, 2003, Mikrobiologi Farmasi Terapan, Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi. UNHAS, Makassar, Hal 73.
Ernest, 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 81.
Ganiswara, 1995, Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 46.
Hadjoetomo, 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi 2, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 54.
Pelczar, 2005, Dasar–Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 54.









LAMPIRAN
1.     SKEMA KERJA
UJI MIC
                         Antiseptik                   Biakan bakteri Salmonella thyphosa
                                                                                      
                                                                                       0,02 ml
              0,5 ml

        5ml        5ml      5ml      5ml       5ml      5ml       5ml       5ml       5ml
































































 



9,5ml     5ml       5ml      5ml      5ml       5ml        5ml      5ml      5ml      5ml
NB          NB      NB        NB       NB        NB        NB       NB        NB       NB




Inkubasi 1x24 jam suhu 37O C

Pengamatan/penentuan nilai MIC

 Uji Lanjutan



Komposisi Medium
1. Nutrient Broth (NB)
- Pepton                            5,0 g
- Ekstrak daging sapi      3,0 g
- Aquadest                                    1000 ml















                                



Perhitungan
Untuk konsentrasi 1/10
 x  =
x =  , X = 5 ml
Untuk konsentrasi 1/20
 x  =
x =  , X = 2,5 ml
Untuk konsentrasi 1/30
 x  =
x =  , X = 1,67 ml
Untuk konsentrasi 1/40
 x  =
x =  , X = 1,25 ml
Untuk konsentrasi 1/140
 x  =
x =  , X = 1 ml

                                                    



LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN
UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL







DI SUSUN OLEH :
                            NAMA                      : LA ODE AKBAR RASYDY
STAMBUK              :150 2010 229
KELOMPOK         : IV
KELAS                   : L.2
ASISTEN               : MAIZUN RAHMATULLAH

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar