BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan
memakai tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan
masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan
kesehatan formal dengan obat obatan mobern menyentuh masyarakat. Pengetahuan
tentang merupakan warisan budaya bangsa turun temurun.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu
begitu saja menghilangkan arti pengobatan tradisional, apalagi keadaan
perekonomian Indonesia saat ini yang mengakibatkan harga obat obatan modern
menjadi mahal. Oleh karena itu salah satu pengobatan alternative yang dilakukan
adalah meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan masyarakat
agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat di
tingkatkan, perlu dilakukan upaya pengenalan , penelitian , pengujian dan
pengembangan khasiat dan keamanan suatu tumbuhan obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak atsiri akhir akhir ini menarik perhatian dunia, hal ini
disebabkan minyak atsiri dari beberapa tumbuhan bersifat aktif biologis sebagai
anti bakteri dan anti jamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet
pada makanan dan sebagai antibiotic alami (Aureli 1992).
Salah satu tumbuhan yang telah lama dipergunakan oleh
masyrakat Indonesia sebagai bahan dari obat obatan adalah lengkuas (Alpinia galangal). Tumbuhan lengkuas
sering di pergunakan sebagai obat penyakit perut, kudis, panu, dan
menghilangkan bau mulut (Atjung 1990; Itokawa, 1993). Tumbuhan lengkuas juga
dipergunakan sebagai bumbu masak untuk menambah aroma dan citarasa pada
makanan.
Dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan,
ditemukan bahwa tumbuhan lengkudas mengandung golongan senyawa flavanoid, fenol
dan terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahan
dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid asetoksicavikol
asetat, merupakan senyawa yang bersifat anti tumor dari lengkuas (Itikawa, 1993).
Senyawa artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia annua (compositae). Senyawa
ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid (Colegate 1993),
senyawa fenolik curcumin yang berasal dari kunyit (curcuma longa) bersifat antiinflamasi dan antioksidan. Dalam rangka
usaha pengembangan dan pemanfaatan obat trdisional yang telah digunakan secara
luas oleh masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian untuk pendayagunaan
potensi sumber daya alam. Oleh karena itu untuk mengetahui aktivitas biologis
dari senyawa terpenoid, fenolik, flavanoid dan minyak atsiri tumbuhan lengkuas,
dalam penelitian ini akan diuji aktivitas antimikroba terhadap beberapa mikroba
bakteri gram negative, gram positif dan jamur (Masuda, 1994).
BAB
III
METODE
KERJA
Rimpang lengkuas yang masih segar diperoleh dipasar kodim kodya pekanbaru. Rimpang di bersihkan dan
dipotong-potong setebal 1 sampai dengan 2 mm kemudian minyak atsirinya diisolan
dengan alat distilasi Clevenger. Minyak atsiri yang diperoleh dibebaskan dari
tapak tapak air dengan menggunakan Na2SO4 anhidrat. Minyak atsiri lengkuas yang
diperoleh disimpan dalam botol gelap pada suhu 5 derajat sebelum dipergunakan
untuk uji aktivitas antimikroba.
Rimpang lengkuas dibersihkan dan dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan. Setelah
kering dihaluskan sampai menjadi bubuk. Bubuk ini direndam dengan pelarut
methanol. Beberpa kali sampai diperoleh ekstrak metanol . ekstrak methanol ini
diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental
methanol yang selanjutnya difraksinasi dengan kromatografi kolom.
Ekstrak total methanol dilakukan dengan menggunakan
kromatografi kolom. Elusi pertama menggunakan pelarut heksana , kemudian
kepolaran eluen ditingkatkan dengan etilasetat dan methanol. Hasil elusi ditampung dalam botol kecil
(vial) yang telah diberi nomor urut. Kemudian pada hasil fraksinasi ini dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT).
Vial yang mempunyai harga RF sama digabung menjadi satu fraksi lalu pada
fraksi-fraksi yang diperoleh dilakukan uji aktivitas antimikroba.
Bakteri untuk uji aktivitas antibaktery adalah Escherichia coli (gram negatif ).
Staphylococcus ruseus dan Bacillus
subtitus (gram positif). Jamur yang dipergunakan adalah Rhizopus sp. Penicillum sp dan Neurospora
sp.
Pelaksanaan uji aktivitas antimikroba dilakukan secara aseptic
dengan metode difusi agar. Untuk uji aktivitas antibakteri. Biakan bakteri yang
telah berumur antara 18 dan 24 jam dalam
nutrient broth (NB) dituangkan ke cawan petri dan ditambah dengan 15 ml
nutrient agar (NA) pada 45 derajat celcius. Pada uji aktivitas anti jamur ,
spora jamur disuspensikan dalam media
water pepton dan sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam Petridis kemudian ditambahkan
media potato dextrose agar (PDA) pada 45 drajat celcius. Setelah agar membeku,
dimasukkan kertas cakram (diameter 6 mm) yang telah dibasahi minyak atsiri
dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% dalam etanol absolute. Sebagai
control pada masing-masing cawan petri dimasukkan kertas cakram yang telah
dibasahi etanol. Absolute cawan petri ini diinkubasi dengan cara terbalik selama 24 jam pada suhu
35-37 derajat celcius. Daerah bening di sekitar kertas cakram menunjukkan uji
positif, diameter daerah bening yang diperoleh diukur dan dibandingkan dengan
senyawa standar ampisilin dan tetrasiklin.
Pada masing-masing fraksi hasil kromatografi kolom dilakukan
ui aktivitas antimikroba sama seperti terhadap minyak atsiri. Setiap fraksi
dari ekstrak methanol dibuat dengan konsentrasi 10% dalam etanol absolute. Sebagai control
digunakan kertas cakram yang dibasahi etanol absolute tanpa sampel. Daerah
bening yang terbentuk diukur dan dibandingkan dengan antibiotic ampisilin dan
tetrasiklin.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. daerah hambatan (mm) pertumbuhan bakteri oleh
minyak atsiri lengkuas dengan berbagai konsentrasi.
Spesies bakteri
|
|||
konsentrasi
|
Bacillus subtilis
|
Escherichia coli
|
Staphylococus aureus
|
2 %
|
-
|
-
|
-
|
4 %
|
-
|
-
|
-
|
6 %
|
9
|
-
|
-
|
8 %
|
10
|
-
|
7
|
10 %
|
11
|
-
|
10
|
Catatan : (-) tidak ada
daerah hambatan
Tabel 2. daerah hambatan (mm) pertumbuhan bakteri oleh
minyak atsiri lengkuas dengan berbagai konsentrasi.
Spesies jamur
|
|||
Konsentrasi
|
Rhizopus sp
|
Penicillium sp
|
Neurospora sp
|
2 %
|
-
|
-
|
-
|
4 %
|
-
|
-
|
-
|
6 %
|
-
|
-
|
-
|
8 %
|
-
|
7
|
9
|
10 %
|
-
|
8
|
10
|
Catatan : (-) tidak ada
daerah hambatan
Tabel 3.diameter daerah hambatan (mm) pertumbuhan bakteri oleh
fraksi-fraksi ekstrak methanol lengkuas dengan konsentrasi 10 %
Spesies bakteri
|
diameter daerah hambatan (mm)
|
|||||||
F1
|
F2
|
F3
|
F4
|
F5
|
F6
|
F7
|
F8
|
|
Bacillus subtilis
|
11
|
10
|
11
|
12
|
12
|
8
|
7
|
-
|
Staphylococcus aureus
|
8
|
10
|
11
|
11
|
9
|
7
|
10
|
-
|
Escherichia coli
|
7
|
8
|
10
|
13
|
8
|
8
|
-
|
Catata; tidak ada daerah
hambatan
Tabel 4.diameter daerah hambatan (mm) pertumbuhan jamur oleh
fraksi-fraksi ekstrak methanol lengkuas dengan konsentrasi 10 %
Spesies bakteri
|
diameter daerah hambatan (mm)
|
|||||||
F1
|
F2
|
F3
|
F4
|
F5
|
F6
|
F7
|
F8
|
|
Rhizopus sp
|
15
|
19
|
17
|
17
|
-
|
9
|
-
|
-
|
Neurospora sp
|
8
|
-
|
-
|
8
|
8
|
8
|
18
|
-
|
Penicillium sp
|
-
|
-
|
-
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Catata; tidak ada daerah
hambatan
Tabel 5. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan (mm) pertumbuhan
bakteri oleh antibiotik.
Spesies bakteri
|
|||
Antibiotik
|
Bacillus subtilis
|
Escherichia coli
|
Staphylococus aureus
|
Ampisilin 30 ug
|
13
|
21
|
14
|
Tetrasiklin 30 ug
|
22
|
21
|
16
|
BAB
5
PEMBAHASAN
Minyak atsiri berwarna bening dengan aroma lengkuas yang khas
diperoleh dari hasil destilasi uap rimpang lengkuas. Hasil uji aktivitas
antibakteri dan antijamur minyak atsiri dengan konsentrasi (% v/v) 2, 4, 6, 8
dan 10% dalam etanol absolute dapat dilihat pada table 1 dan table 2. Table 1
menunjukkan bahwa minyak atsiri pada konsentrasi 2 sampai 4% belum dapat
menghambat pertumbuhan bakteri yang diuji. Pada konsentrasi 6 % hanya dapat
menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dengan
diameter daerah hambatan (DDH) 9 mm. pada konsentrasi 8% dapat menghambat pertumbuhan Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus
dengan DDH masing masing 10 mm dan 7 mm. dari
hasil uji aktivitas ini sampai konsentrasi minyak atsiri 10% dapat
menghambat pertumbuhan E coli, diduga
bahwa minyak atsiri lengkuas tidak aktif terhadap E coli.
Hasil uji aktivitas minyak atsiri lengkuas terhadap jamur
memperlihatkan bahwa minyak atsiri ini pada konsentrasi 8% sudah dapat
menghambat pertumbuhan jamur Penicillum
sp dan Neurospora sp dengan DDH
masing-masing 7 mm dan 9 mm. namun sampai konsentrasi 10% masih tidak aktif
terhadap jamur Rhizopus sp (table 2).
Ekstrak kental methanol sebanyak 54 g didapat dari hasil
perkolasi rimpang lengkuas sebanyak 10 kg dengan pelarut methanol. fraksinasi
pelarut methanol dengan kromatografi kolom didapatkan sebanyak 8 fraksi. Hasil
uji aktivitas antibakteri dan antijamur. Kedelapan fraksi ini dengan
konsentrasi 10% dalam etanol absolute dapat dilihat pada table 3 dan table 4.
Aktivitas antimikroba fraksi-fraksi ekstrak methanol terhadap
bakteri uji cukup tinggi. Aktivitas tertinggi pada fraksi F4 dengan DDH
masing-masing 13 mm untuk E coli, 11
mm untuk S aureus dan 12 mm untuk B subtilis. Fraksi F8 tidak menunjukkan
aktivitas terhadap bakteri yang di uji.
Fraksi F4 dan F5 menunjukkan aktivitas terbesar terhadap B subtilis dengan DDH masing-masing 12 mm (table 3).
Hasil uji aktivitas anti jamur ternyata fraksi F1, F2, F3 dan
F4 sangat aktif terhadap jamur Rhizoma sp. Dengan DDH berturut-turut 15 mm, 19
mm, 17 mm dan 17 mm. fraksi F4 , F5 dan F6 memperlihatkan aktivitas kecil
terhadap jamur Neurospora sp. Kecuali
fraksi F7 (table 4). Hamper semua fraksi tidak aktif terhadap jamur Penicillum
sp kecuali fraksi f4, aktivitasnya rendah dengan DDH 9 mm. bila dibandingkan
dengan senyawa standar (antibiotic) seperti ampisilin dan tetrasiklin (table
5). Terlihat bahwa minyak atsiri menunjukkan aktivitas yang lebih rendah . hal
ini disebababkan banyaknya komponen senyawa yang kurang aktif pada minyak
atsiri lengkuas. Minyak atsiri bukanlah senyawa tunggal tetapi gabungan dari
beberapa senyawa dengan gugus fungsinya yang berbeda-beda. Pada umumnya minyak
atsiri yang aktif mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan
keton.fraksi-fraksi ekstrak methanol dengan
konsentran 10% menunjukkan aktivitas yang lebih rendah daripada
ampisilin dan tetrasiklin, disebabkan masing-masing fraksi yang diuji belum
murni. Fraksi F4 terhadap B subtilis aktivitasnya hamper menyamai aktivitas
ampisilin.
BAB
VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Minyak atsiri lengkuas sampai konsentrasi 10%
tidak aktif terhadap E coli dan jamur
Rhizopus sp. Namun pada konsentrasi 6
sampai dengan 8 % minyak atsiri lengkuas sudah dapat menghambat pertumbuhan B subtilis dan S aureus serta jamur Neurospora
sp dan Penicillum sp.
Fraksi F4 dan ekstrak methanol
memilikiaktivitas antibakteri tertinggi dengan DDH 13 mm untuk E. coli, 11 mm utnuk S. aureus dan 12 mm untuk B. subtilis. Fraksi f4 dan F5 mempunyai
aktivitas tertinggi terhadap B. subtilis denga
DDH sebesar 12 mm.
Fraksi F1, F2, F3, dan F4 ekstrak methanol
sangat aktif terhadap jamur Rhizoma sp,
sedangkan fraksi F4, F5, F6 dan F7 aktif terhadap jamur Neurospora sp. Fraksi F8 dari ekstrak methanol tidak aktif sama
sekali terhadap spesies bakteri dan jamur yang diuji.
LABORATORIUM
BIOFARMASI
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
Jurnal/
Laporan
ANTIMIKROBA
Murdianto Usi
RL
1502010170
Kelas L1 (A)
Kelompok III
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar