Entri Populer

Sabtu, 12 Oktober 2013

laporan aktivitas antimikroba



BAB  I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat obatan mobern menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang merupakan warisan budaya bangsa turun temurun.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu begitu saja menghilangkan arti pengobatan tradisional, apalagi keadaan perekonomian Indonesia saat ini yang mengakibatkan harga obat obatan modern menjadi mahal. Oleh karena itu salah satu pengobatan alternative yang dilakukan adalah meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan masyarakat agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat di tingkatkan, perlu dilakukan upaya pengenalan , penelitian , pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu tumbuhan obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak atsiri akhir akhir ini menarik perhatian dunia, hal ini disebabkan minyak atsiri dari beberapa tumbuhan bersifat aktif biologis sebagai anti bakteri dan anti jamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan sebagai antibiotic alami (Aureli 1992).
Salah satu tumbuhan yang telah lama dipergunakan oleh masyrakat Indonesia sebagai bahan dari obat obatan adalah lengkuas (Alpinia galangal). Tumbuhan lengkuas sering di pergunakan sebagai obat penyakit perut, kudis, panu, dan menghilangkan bau mulut (Atjung 1990; Itokawa, 1993). Tumbuhan lengkuas juga dipergunakan sebagai bumbu masak untuk menambah aroma dan citarasa pada makanan.
Dari hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa tumbuhan lengkudas mengandung golongan senyawa flavanoid, fenol dan terpenoid. Golongan senyawa-senyawa ini sering dipergunakan sebagai bahan dasar obat-obatan modern. Sebagai contoh, senyawa terpenoid asetoksicavikol asetat, merupakan senyawa yang bersifat anti tumor  dari lengkuas (Itikawa, 1993).
Senyawa artemisin bersifat antimalaria dari tumbuhan Artemisia annua (compositae). Senyawa ini merupakan jenis seskuiterpen dari golongan terpenoid (Colegate 1993), senyawa fenolik curcumin yang berasal dari kunyit (curcuma longa) bersifat antiinflamasi dan antioksidan. Dalam rangka usaha pengembangan dan pemanfaatan obat trdisional yang telah digunakan secara luas oleh masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian untuk pendayagunaan potensi sumber daya alam. Oleh karena itu untuk mengetahui aktivitas biologis dari senyawa terpenoid, fenolik, flavanoid dan minyak atsiri tumbuhan lengkuas, dalam penelitian ini akan diuji aktivitas antimikroba terhadap beberapa mikroba bakteri gram negative, gram positif dan jamur (Masuda, 1994).





BAB III
METODE KERJA  
Rimpang lengkuas yang masih segar diperoleh dipasar kodim  kodya pekanbaru. Rimpang di bersihkan dan dipotong-potong setebal 1 sampai dengan 2 mm kemudian minyak atsirinya diisolan dengan alat distilasi Clevenger. Minyak atsiri yang diperoleh dibebaskan dari tapak tapak air dengan menggunakan Na2SO4 anhidrat. Minyak atsiri lengkuas yang diperoleh disimpan dalam botol gelap pada suhu 5 derajat sebelum dipergunakan untuk uji aktivitas antimikroba.
Rimpang lengkuas dibersihkan dan dipotong  kecil-kecil kemudian dikeringkan. Setelah kering dihaluskan sampai menjadi bubuk. Bubuk ini direndam dengan pelarut methanol. Beberpa kali sampai diperoleh ekstrak metanol . ekstrak methanol ini diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental methanol yang selanjutnya difraksinasi dengan kromatografi kolom.
Ekstrak total methanol dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom. Elusi pertama menggunakan pelarut heksana , kemudian kepolaran eluen ditingkatkan dengan etilasetat dan methanol.  Hasil elusi ditampung dalam botol kecil (vial) yang telah diberi nomor urut. Kemudian pada hasil fraksinasi ini  dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT). Vial yang mempunyai harga RF sama digabung menjadi satu fraksi lalu pada fraksi-fraksi yang diperoleh dilakukan uji aktivitas antimikroba.
Bakteri untuk uji aktivitas antibaktery adalah Escherichia coli (gram negatif ). Staphylococcus ruseus dan Bacillus subtitus (gram positif). Jamur yang dipergunakan adalah Rhizopus sp. Penicillum sp dan Neurospora sp.
Pelaksanaan uji aktivitas antimikroba dilakukan secara aseptic dengan metode difusi agar. Untuk uji aktivitas antibakteri. Biakan bakteri yang telah berumur  antara 18 dan 24 jam dalam nutrient broth (NB) dituangkan ke cawan petri dan ditambah dengan 15 ml nutrient agar (NA) pada 45 derajat celcius. Pada uji aktivitas anti jamur , spora jamur disuspensikan  dalam media water pepton dan sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam Petridis kemudian ditambahkan media potato dextrose agar (PDA) pada 45 drajat celcius. Setelah agar membeku, dimasukkan kertas cakram (diameter 6 mm) yang telah dibasahi minyak atsiri dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% dalam etanol absolute. Sebagai control pada masing-masing cawan petri dimasukkan kertas cakram yang telah dibasahi etanol. Absolute cawan petri ini diinkubasi  dengan cara terbalik selama 24 jam pada suhu 35-37 derajat celcius. Daerah bening di sekitar kertas cakram menunjukkan uji positif, diameter daerah bening yang diperoleh diukur dan dibandingkan dengan senyawa standar ampisilin dan tetrasiklin.
Pada masing-masing fraksi hasil kromatografi kolom dilakukan ui aktivitas antimikroba sama seperti terhadap minyak atsiri. Setiap fraksi dari ekstrak methanol dibuat dengan konsentrasi 10%  dalam etanol absolute. Sebagai control digunakan kertas cakram yang dibasahi etanol absolute tanpa sampel. Daerah bening yang terbentuk diukur dan dibandingkan dengan antibiotic ampisilin dan tetrasiklin.




BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.  daerah hambatan (mm) pertumbuhan bakteri oleh minyak atsiri lengkuas dengan berbagai konsentrasi.


Spesies bakteri

konsentrasi
Bacillus subtilis
Escherichia coli
Staphylococus aureus
2 %
          -
-
-
4 %
         -
-
-
6 %
         9
-
-
8 %
        10
-
7
10 %
        11
-
10
Catatan : (-) tidak ada daerah hambatan





Tabel 2.  daerah hambatan (mm) pertumbuhan bakteri oleh minyak atsiri lengkuas dengan berbagai konsentrasi.


Spesies jamur

Konsentrasi
Rhizopus sp
Penicillium sp
Neurospora sp
2 %
          -
-
-
4 %
         -
-
-
6 %
-
-
-
8 %
-
7
9
10 %
-
8
10
Catatan : (-) tidak ada daerah hambatan
Tabel 3.diameter  daerah hambatan (mm) pertumbuhan bakteri oleh fraksi-fraksi ekstrak methanol lengkuas dengan konsentrasi 10 %
Spesies bakteri
diameter daerah hambatan (mm)



F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
Bacillus subtilis
11
10
11
12
12
8
7
 -
Staphylococcus aureus
8
10
11
11
9
7
10
 -
Escherichia coli
7
8
10
13

8
8
 -
Catata; tidak ada daerah hambatan
Tabel 4.diameter  daerah hambatan (mm) pertumbuhan jamur oleh fraksi-fraksi ekstrak methanol lengkuas dengan konsentrasi 10 %
Spesies bakteri
diameter daerah hambatan (mm)



F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
Rhizopus sp

15
19
17
17
-
9
-
 -
Neurospora sp
8
-
-
8
8
8
18
 -
Penicillium sp
-
-
-
9
 -
-
-
 -
Catata; tidak ada daerah hambatan
Tabel 5.  Hasil pengukuran  diameter daerah hambatan (mm) pertumbuhan bakteri oleh antibiotik.


Spesies bakteri

Antibiotik
Bacillus subtilis
Escherichia coli
Staphylococus aureus
Ampisilin 30 ug
          13
21
14
Tetrasiklin 30 ug
         22
21
16

BAB 5
PEMBAHASAN
Minyak atsiri berwarna bening dengan aroma lengkuas yang khas diperoleh dari hasil destilasi uap rimpang lengkuas. Hasil uji aktivitas antibakteri dan antijamur minyak atsiri dengan konsentrasi (% v/v) 2, 4, 6, 8 dan 10% dalam etanol absolute dapat dilihat pada table 1 dan table 2. Table 1 menunjukkan bahwa minyak atsiri pada konsentrasi 2 sampai 4% belum dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang diuji. Pada konsentrasi 6 % hanya dapat menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis dengan diameter daerah hambatan (DDH) 9 mm. pada konsentrasi  8% dapat menghambat pertumbuhan  Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus dengan DDH masing masing 10 mm dan 7 mm. dari  hasil uji aktivitas ini sampai konsentrasi minyak atsiri 10% dapat menghambat pertumbuhan E coli, diduga bahwa minyak atsiri lengkuas tidak aktif terhadap E coli.



Hasil uji aktivitas minyak atsiri lengkuas terhadap jamur memperlihatkan bahwa minyak atsiri ini pada konsentrasi 8% sudah dapat menghambat pertumbuhan jamur Penicillum sp dan Neurospora sp dengan DDH masing-masing 7 mm dan 9 mm. namun sampai konsentrasi 10% masih tidak aktif terhadap jamur Rhizopus sp (table 2).
Ekstrak kental methanol sebanyak 54 g didapat dari hasil perkolasi rimpang lengkuas sebanyak 10 kg dengan pelarut methanol. fraksinasi pelarut methanol dengan kromatografi kolom didapatkan sebanyak 8 fraksi. Hasil uji aktivitas antibakteri dan antijamur. Kedelapan fraksi ini dengan konsentrasi 10% dalam etanol absolute dapat dilihat pada table 3 dan table 4.
Aktivitas antimikroba fraksi-fraksi ekstrak methanol terhadap bakteri uji cukup tinggi. Aktivitas tertinggi pada fraksi F4 dengan DDH masing-masing 13 mm untuk E coli, 11 mm untuk S aureus dan 12 mm untuk B subtilis. Fraksi F8 tidak menunjukkan aktivitas terhadap bakteri yang  di uji. Fraksi F4 dan F5 menunjukkan aktivitas terbesar terhadap B subtilis dengan DDH masing-masing 12 mm (table 3).
Hasil uji aktivitas anti jamur ternyata fraksi F1, F2, F3 dan F4 sangat aktif terhadap jamur Rhizoma sp. Dengan DDH berturut-turut 15 mm, 19 mm, 17 mm dan 17 mm. fraksi F4 , F5 dan F6 memperlihatkan aktivitas kecil terhadap  jamur Neurospora sp. Kecuali fraksi F7 (table 4). Hamper semua fraksi tidak aktif terhadap jamur Penicillum sp kecuali fraksi f4, aktivitasnya rendah dengan DDH 9 mm. bila dibandingkan dengan senyawa standar (antibiotic) seperti ampisilin dan tetrasiklin (table 5). Terlihat bahwa minyak atsiri menunjukkan aktivitas yang lebih rendah . hal ini disebababkan banyaknya komponen senyawa yang kurang aktif pada minyak atsiri lengkuas. Minyak atsiri bukanlah senyawa tunggal tetapi gabungan dari beberapa senyawa dengan gugus fungsinya yang berbeda-beda. Pada umumnya minyak atsiri yang aktif mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan keton.fraksi-fraksi ekstrak methanol dengan  konsentran 10% menunjukkan aktivitas yang lebih rendah daripada ampisilin dan tetrasiklin, disebabkan masing-masing fraksi yang diuji belum murni. Fraksi F4 terhadap B subtilis aktivitasnya hamper menyamai aktivitas ampisilin.

BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Minyak atsiri lengkuas sampai konsentrasi 10% tidak aktif terhadap E coli dan jamur Rhizopus sp. Namun pada konsentrasi 6 sampai dengan 8 % minyak atsiri lengkuas sudah dapat menghambat pertumbuhan B subtilis dan S aureus serta jamur Neurospora sp dan Penicillum sp.
Fraksi F4 dan ekstrak methanol memilikiaktivitas antibakteri tertinggi dengan DDH 13 mm untuk E. coli, 11 mm utnuk S. aureus dan 12 mm untuk B. subtilis. Fraksi f4 dan F5 mempunyai aktivitas tertinggi terhadap B. subtilis denga DDH sebesar 12 mm.
Fraksi F1, F2, F3, dan F4 ekstrak methanol sangat aktif terhadap jamur Rhizoma sp, sedangkan fraksi F4, F5, F6 dan F7 aktif terhadap jamur Neurospora sp. Fraksi F8 dari ekstrak methanol tidak aktif sama sekali terhadap spesies bakteri dan jamur yang diuji.
LABORATORIUM BIOFARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Jurnal/ Laporan


Description: I:\LOGO UMI BARU10.JPG

ANTIMIKROBA

Murdianto Usi RL
1502010170
Kelas L1 (A)
Kelompok III

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar