Entri Populer

Minggu, 13 Oktober 2013

laporan uji sterilisasi ruangan



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
   Kesehatan kita tergantung pada kemampuan kita mengendalikan mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dikendalikan yaitu dengan dibasmi, dihambat atau juga ditiadakan dari lingkungan dengan proses yang dinamakan sterilisasi. Sterilisasi adalah suatu usaha atau proses untuk mematikan semua mikoorganisme yang hidup.
   Sterilisasi terhadap ruangan dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ruangan tertentu sehingga ruangan tersebut dapat dinyatakan steril dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain untuk operasi, untuk produksi sediaan obat steril dan pengemasan obat steril.                 
   Dalam percobaan ini dilakukan uji sterilisasi dengan menggunakan Enkas, sinar UV, dan Laminary Air Flow (LAF). Di mana ketiga metode diatas memiliki mekanisme tersendiri dalam meminimalkan atau membunuh mikroorganisme.           
            Ruang steril sangat penting dalam bidang kesehatan, contoh ruang steril antara lain ruang bedah, ruang pasca operasi, termasuk dalam industri farmasi, khususnya sediaan steril (injeksi dan lain-lain). Ruang-ruang tersebut dibutuhkan adanya pengujian sterilisasi yang baku. Untuk pengujian tersebut dibutuhkan adanya kesterilannya sebab diharapkan tidak adanya kontak bakteri dengan bahan atau alat yang digunakan yang pada akhirnya akan merugikan bagi manusia. 
  1. Rumusan Masalah
                 Bagaimana tingkat sterilisasi dari ruangan LAF (Laminator Air Flow), enkas dan lampu UV?
  1. Maksud Praktikum
Untuk melakukan uji sterilitas dan LAF, lampu UV, dan enkas
D. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan sterilitas ruangan lampu UV, Laminary Air Flow (LAF), dan enkas.
  1. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui cara pengujian ruang steril dan menentukan tingkat sterilitas dari ruangan seperti UV, LAF(Laminary Air Flow), dan enkas.


F. Kerangka Pikir
Ruang steril
Steril
Sterilitas
Memenuhi syarat atau tidak
 



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Teori Umum
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (in situ) oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia, oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga daapat disingkirkansecara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tingggi atau oleh filtrasi (Irianto, 2006).
Sterilisasi dan densifektan sering digunakan di rumah sakit dan laboratorium berbatas atau mengontrol pertumbuhan dari mikroorganisme yang berpotensi pathogen untuk perlindungan dari pasien dan staf. Dua prosedur ini tidak terhindarkan dan sebaiknya tidak dihindari (Steven, 2003):
Sterilisasi digunakan ketika inaktivasi dari semua mikrooorganisme yang bersifat absolute. Sterilisasi dimaksudkan aktif secara fisika, kimia mekanik. Umumnya metode pengeringan dan pemanasan digunakan dirumah sakit dan laboratorium (Steven, 2003).
Untuk bekerja dalam ruang lingkup kecil disarankan menggunakan kamar steril (books steril, kapel steril). Ukuran dan konstruksinya sanagt bervariasi. Lemari yang terbuat dari logam ringan atau bahan sintesis yang dilengkapi dengan dinding gelas atau pleksigelas lebar ini menjamin kondisi yang kedap udara, sehingga tidak ada mikroorganisme dan ruang  kerja yang dapat masuk kedalam kamar. Dibagian depannya, mereka memiliki dua lubang, yang dipasangi manset atau sarung tangan karet kedap kuman secara permanen. Dengan bantuan sarung tangan tersebut bagian dalam boks dapat diraih sehingga kerja aseptik yang diperlukan dapat dilakukan. Melalui bagian sisi atau atas yang dapat dibuka, alat-alat yang akan digunakan bekerja dan telah disterilkan sebelumnya (timbangan, mortir, corong, sendok dan lain-lain) serta obat dan bahan pembantu yang akan diracik, dimasukkan kedalam boks. Setelah ruangan disemprot dengan bahan desinfeksi. Ruang bagian dalam dapat  dipasangi lampu UV yang sinarnya mampu mendukung  pembebasan kuman-kuman. Juga modifikasi boks yang digunakan pada pekerjaan yang melibatkan radioaktif, kontruksi serupa dapat dimanfaatkan (Pelczar, 2005).
Ruang steril merupakan suatu keadaan ruang yang bebas dari semua bentuk kehidupan mikroba yang patogen maupun yang non-patogen termasuk sporanya. Ruang steril sangat penting dalam bidang kesehatan. Seperti pada ruang steril antara lain ruang bedah, ruang pascaoperasi termasuk dalam bidang industri farmasi, yang terkhusus pada sediaan steril contohnya injeksi. Ruang-ruang tersebut dibutuhkan pengujian sterilisasi yang baku (Djide, 2003).
Bahan ataupun peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Artinya pada bahan tersebut tidak didapatkan mikroba lain yang tidak diharapkan, baik yang akan menggangggu/merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang berlangsung (Suriawiria, 2005).
Dalam kegiatan sehari – hari terutama yang berhubungan dengan industri dikenal istilah sterilisasi komersian yaitu suatu proses untuk membunuh semua mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan atau pembusukan produk seperti pada industri makanan atau produk – produk farmasi antara lain obat – obatan (Djide, 2003 ).
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganismenya, yaitu tergantung dari asam nukleat, protein, atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Sylvia,2006).
Steril akan didapatkan melalui sterilisasi, sedang cara sterilisasi yang umum dilakukan adalah (Suriawiria, 2005):
1. Sterilisasi secara fisik
2.    Sterilisasi secara kimia
3.    Sterilisasi secara mekanik
             Sterilisasi dapat dibagi 2 yaitu : (Irianto, 2002)
1.        Sterilisasi kering,  cara sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a.      Pemijaran, pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip (spatula) logam.
b.      Jilatan api (Flaming), diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen tanpa membiarkannya memijar.
c.       Tanur Uap Panas (Hot-Air Oven), sebagian besar sterilisasi kering dilakukan dengan alat ini. Biasanya digunakan suhu 160-165ºC selama 1 jam. Cara ini baik dilakukan terhadap alat-alat kering terbuat dari kaca dan terhadap bahan-bahan kering dalam tempat-tempat tertutup
2.      Sterilisasi Panas, cara sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a.      Penggodogan dalam air, cara ini hanya cukup untuk mematikan mikroorganisme yang tidak berspora. Penggodokan dalam air tidak menjamin sterilitas, tetapi dianggap cukup memuaskan untuk tujuan tertentu, dimana sterilitas mutlak tidak esensial dan cara-cara lain tidak mungkin dilakukan.
b.      Uap Mengalir, Uap mengalir bebas digunakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat menahan uap itu tanpa tekanan. Cara ini adalah suatu proses sterilisasi dengan menggunakan ua pada suhu 100ºC, yang dialirkan pada benda yang akan disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali (3 sampai 4 kali) dengan selang waktu 24 jam.
c.       Uap dalam Tekanan, pensterilan dengan uap dalam tekanan dilakukan dalam autoklaf. Dalam autoklaf ini uap berada dalam keadaan jenuh, dan peningkatan tekanan mengakibatkan suhu yang tercapai menjadi lebih tinggi, yaitu di bawah takanan 15 ib (2 atmosfer).
Metode pengendalian adalah suatu metode untuk mematikan mikroorganisme dan ditunjukan terhadap pemusnahan sepenuhnya mikrooganisme dari daerah manapun yang kemungkinannya terjadi infeksi. Metode tersebut dikenal dengan nama desinfeksi. Tujuan desinfeksi adalah memusnahkan agen – agen penyakit, sedangkan istilah sterilisasi adalah istilah mutlak yang artinya mematikan semua jenis mikroorganisme (Djide, 2003 ).





B.    Uraian Bahan
1.       Agar (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi         :  Agar
Nama lain            :  Agar-agar
Pemerian             : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan berlekatan, atau berbentuk keeping, serpih atau butiran; jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat atau tidak berwarna; tidak berbau atau berbau lemah; rasa berlendir; jika lembab liat; jika kering rapuh.
Kelarutan             : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam air mendidih.
Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan             :  Sebagai bahan pembuat medium
2.      Air suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi         :  Aqua destillata
Nama lain            :  Air suling
RM/BM                :  H2O / 18,02
Rumus bangun    :  H-O-H
Pemerian             : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup baik.
Keguaan               :  Sebagai pelarut
3.      Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi         :  Aethanolum
Nama lain            : Alkohol, etanol
RM/BM             : C2H6O / 46,07
Rumus bangun :  CH3-CH2-OH
Pemerian             : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan             :  Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk dan jauh dari nyala api.
Kegunaan             :  Sebagai antiseptik
4.      Ekstrak Beef (Dirjen POM, 1979)
    Nama resmi         :  Beef ekstrak
Sinonim               :  Kaldu nabati, kaldu hewani
Pemerian             : Massa berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, berbau dan berasa.
Kelarutan             :  Mudah larut dalam air
Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
Kegunaan             :  Sebagai bahan pembuat medium
5.      Fenol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi         :  Phenolum
Nama lain            :  Fenol
BM/RM                :  94,11 / C6H5OH
Pemerian             :  Hablur bentuk jarum atau massa hablur; tidak berwarna atau merah jambu; bau khas; kaustik.
Kelarutan             :  Larut dalam 12 bagian air; mudah larut dalam etanol P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam gliserol P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Kegunaan             :  sebagai antiseptik
6.     Pepton (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi         :  Pepton daging
Sinonim               :  Pepton daging, pepton kering
Pemerian             :  Serbuk ringan coklat kekuningan, atau granul mirip daging, tidak berbau busuk.
Kelarutan             :  Bebas larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform dan eter.
Penyimpanan      :  Dalam wadah tertutup baik dan kedap udara.
Kegunaan             :  Sebagai bahan pembuat medium
C. Prosedur Praktikum
A. Menyiapkan Media (Rusli, 2012)
1.   Disiapkan medium NA sebanyak yang dibutuhkan, kemudian disterilkan pada suhu 121ºC selama 15 menit.
2.  Medium yang telah steril dituang ke dalam cawan petri steril sebanyak yang dibutuhkan sejumlah 15-20 ml/cawan petri. Kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam suhu 37ºC.
3.  Dilakukan pengamatan, media yang tidak ditumbuhi mikroba disiapkan sebagai media uji.
B. Pengujian Sterilisasi Ruangan (LAF, Enkas, dan Lampu UV) (Rusli, 2011)
1.   Pengujian Awal Ruangan
a.      Disiapkan ruangan yang akan diuji kesterilannya tanpa penyemprotan desinfektansia terlebih dahulu.
b.      Diletakkan masing-masing satu cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut ruangan uji, kemudian dibuka 1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15 menit.
c.       Selanjutnya cawan petri ditutup, kemudian diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
d.      Dilakukan pengamatan ada tidaknya kontaminasi mikroba di ruangan uji.
2.  Pengujian Akhir Ruangan
a.      Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu ruangan uji disemprot dengan desinfektansia, dibiarkan selama 15 menit.
b.      Diletakkan masing-masing satu cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut ruangan uji, kemudian dibuka 1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15 menit.
c.       Selanjutnya cawan petri ditutup, kemudian diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
d.      Dilakukan pengamatan ada tidaknya kontaminasi mikroba di ruangan uji.






BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.    Alat yang Dipakai
Adapun alat yang dipakai pada praktikum ini yaitu autoklaf, cawan petri, enkas, inkubator, LAF (Laminator Air Flow), lampu UV dan spoit.
B.    Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alkohol 70%, kertas label, medium PDA (potato Dextrose Agar) , medium NA (Nutrient Agar) dan tissu.
C.    Cara Kerja
a.             Pembuatan Medium
1. Nutrient Agar (NA)
Disiapkan alat dan abahan yang akan digunakan.Ditimbang masing-masing bahan   daging sebanyak 0,75 gram dan pepton 1,25 gram. Bahan-bahan tersebut di atas kemudian dilarutkan dengan menggunakan air suling sebanyak 250 mL ke dalam Erlenmeyer dan diaduk sampai homogen. Dipanaskan dan ditambahkan agar sebanyak 3,75 gram sambil diaduk selama 15 menit. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan menggunakan kapas. Disterilkan dengan menggunakan auoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
2.    Potato Dextrose Agar (PDA)
Disiapkan alat dan abahan yang akan digunakan. Ditimbang  PDA sintetik sebanyak 9,75 gram.Dilarutkan dengan menggunakan air suling sebanyak 250 ml ke dalam Erlenmeyer dan diaduk sampai homogen. Dipanaskan sambil diaduk selama 15 menit. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan menggunakan kapas. Disterilkan dengan menggunakan auoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
b. Penyiapan Ruang Sterilisasi
1.   Lampu Ultraviolet
Disiapkan alat dan bahan. Disemprotkan alkohol 70% pada ruangan UV dan dipaparkan selama 30 menit dengan penyalaan lampu UV
3.    Laminary Air Flow (LAF)
Disiapkan alat dan bahan. Disemprotkan alkohol 70% pada perangkat Laminary Air Flow (LAF) dan di On-kan dan dibiarkan selama 30 menit .
4.  Enkas
Disiapkan alat dan bahan. Disemprotkan alkohol 70% pada enkas dan dibiarkan selama 30 menit.


c. Uji Sterilitas Ruangan
Disiapkan alat dan bahan. Diamasukkan 10 ml NA dan 10 ml PDA pada masing-masing 3 cawan petri steril. Dibiarkan memadat. Dimasukkan cawan petri berisi medium NA dan PDA tersebut pada 3 ruangan yakni enkas, LAF dan lampu UV. Dibuka tutup cawan petri hingga 1/3 bagian selama 15 menit pada ketiga ruangn tersebut  yang sudah terlebih dahulu disemprot dengan alkohol. Diinkubasikan selama 1 x 24 jam dengan  suhu 37°C untuk cawan petri yang berisi medium NA dan 3 x 24 jam dengan suhu 27°C untuk cawan petri yang berisi medium PDA. . Diamati ada tidaknya koloni mikroba







BAB IV
  KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A.    Hasil Praktikum
1.       Gambar Pengamatan
1). Kelompok 1
a.     Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : PDA



Cawan petri
    Medium PDA
     Koloni jamur








b.   Medium PDA Lampu-UV    
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
  
Medium : PDA



            Cawan petri
            Medium PDA
            Koloni  Jamur






c.       Medium PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : PDA





 Cawan petri
    Koloni jamur  
   
 Medium PDA









d.      Medium NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : NA







Cawan petri
 Koloni bakteri 
 Medium NA





e.      Medium NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : NA






Cawan petri
 Koloni bakteri
 Medium NA






f.       Medium NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Metode    : NA





           

Cawan petri
             Koloni bakteri
             
Medium NA


2). Kelompok 2
a.     Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : PDA


b.   Medium PDA Lampu-UV    
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
  
Medium : PDA






            Cawan petri
            Medium PDA
            Koloni  Jamur





c.       Medium PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : PDA


d.      Medium NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

 
Medium       : NA







Cawan petri
 Koloni bakteri 
 Medium NA





e.      Medium NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Cawan petri
 Koloni bakteri
 Medium NA

Medium : NA
 













f.       Medium NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
  
Medium    : NA





           

            Cawan petri
             Koloni bakteri
             Medium NA






3).. Kelompok 3
a.        Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : PDA



Cawan petri
    Medium PDA
      Koloni jamur






b.      Medium PDA Lampu-UV   
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PDA



            Cawan petri
            Medium PDA
            Koloni  Jamur
c.       Medium PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : PDA






Cawan petri

    Koloni jamur     

 Medium PDA








d. Medium NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : NA







Cawan petri
 Koloni bakteri 
 Medium NA




d.      Medium NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : NA






Cawan petri
 Koloni bakteri
 Medium NA









e.     Medium NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Metode    : NA





            Cawan petri
             Koloni bakteri
             Medium NA




4). Kelompok 4
a.     Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : PDA



Cawan petri
    Medium PDA
      Koloni jamur





b.   Medium PDA Lampu-UV    
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PDA



            Cawan petri
            Medium PDA
            Koloni  Jamur








c.       Medium PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : PDA





 Cawan petri
    Koloni jamur     
 Medium PDA










d.      Medium NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : NA







Cawan petri
 Koloni bakteri 
 Medium NA




e.      Medium NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium       : NA






Cawan petri
 Koloni bakteri
 Medium NA










f.       Medium NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Metode    : NA





            Cawan petri
             Koloni bakteri
             Medium NA




5). Kelompok 5
a.     Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : PDA



Cawan petri
    Medium PDA
      Koloni jamur





b.  
Cawan petri
Medium PDA
Koloni  Jamur

Medium PDA Lampu-UV    
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
 
Medium : PDA












c.       Medium PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : PDA





 Cawan petri
  
 Koloni jamur     

 Medium PDA







d.      Medium NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : NA







Cawan petri
 Koloni bakteri 
 Medium NA




e.      Medium NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium       : NA






Cawan petri
 Koloni bakteri
 Medium NA








f.       Medium NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

 
Metode    : NA





           

Cawan petri
             Koloni bakteri
             Medium NA



2.      Tabel Pengamatan
a. Sterilitas ruangan pada medium NA
KELOMPOK
JUMLAH KOLONI BAKTERI
LAF
SINAR UV
ENKAS
I
37
20
30
II
102
28
33
III
74
20
22
IV
44
13
27
V
66
31
18

b. Sterilitas ruangan pada medium PDA
KELOMPOK
JUMLAH KOLONI JAMUR
LAF
SINAR UV
ENKAS
I
4
7
11
II
22
19
15
III
2
1
-
IV
16
12
15
V
8
8
9

B. Pembahasan
Uji sterilitas ruangan adalah salah satu percobaan dimana dilakukan uji mikroba dalam suatu ruangan untuk melihat tingkat sterilitas dari ruangan , ruangan yang mana yang memiliki tingkat kesterilan yang paling tinggi (palin sedikit terdapat mikroba atau tidak sama sekali). Dari hasil uji yang dilakukan maka suatu ruangan dapat dikelompokkan dalam kelas – kelas tertentu sesuai dengan tingkat kontaminasi dari ruangan tersebut.
Pada percobaan ini digunakan lampu UV, Laminary Air Flow (LAF), dan enkas  sebagai media sterilisator. Pada ruangan engkas disemprotkan terlebih dahulu alkohol 70%. Karena pada konsentrasi tersebut alkohol memiliki daya bakterisid dan fungisid, sehingga mikroba yang terdapat dalam ruangan tersebut dapat dimatikan (terutama bakteri dan jamur).
Dan pada percobaan ini, cawan petri yang telah berisi medium NA dan PDA dimasukkan ke dalam 3 ruangan yang ingin diuji tingkat sterilitasnya,  kemudian dibuka 1/3 bagian dari cawan petri. Maksud dari perlakuan ini yakni untuk memberikan kesempatan pada mikroba untuk masuk ke dalam cawan petri sehingga dapat diamati, yang mana apabila cawan petri dibuka sepenuhnya dikhawatirkan mikroba akan masuk terlalu banyak sehingga menyebabkan kesulitan dalam mengamatinya.
Umumnya cahaya mempunyai daya merusak sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Sedangkan cahaya dengan panjang gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad hidup. Sinar dengan gelombang panjang juga mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Jika energi radiasi di absorbsi oleh sel mikroba akan dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan kematian perubahan genetik atau dapat pula menghambat pertumbuhan. Perubahan genetik di sini oleh radiasi ultraviolet  dapat menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel-sel yang masih hidup. Bagian ultraviolet pada spectrum meliputi semua radiasi dari 15 sampai 390 nm. Panjang gelombang sekitar 265 nm memiliki efisiensi bakterisidal tertinggi.
            Laminary Air Flow (LAF) adalah alat yang mengatur pergerakan udara di mana udara yang berisi mikroba akan di tarik keluar dengan arah tekanan horizontal, sehingga setiap mikroba yang berada dalam ruang tersebut tidak dapat bertahan lama karena akan terus di tarik keluar. LAF ini dilengkapi saringan sehingga mikroba yang telah keluar tidak akan dapat kembali lagi.
Enkas, Alat ini merupakan ruang tempat inokulasi dimana tempat ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontak dengan udara luar pada saat membuat penamaan mikroba. Dilakukan dalam ruang karena kemungkinan udara luar mengandung mikroba akan masuk kedalam medium sehingga muncul mikroba yang tidak diinginkan.
      Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa untuk bakteri, pada sinar UV yaitu pada kelompok 1 PDA sebanyak 13, dan NA sebanyak 23. Pada enkas PDA sebanyak 21 dan NA sebanyak 36. Pada LAF PDA sebanyak 3 dab NA sebanyak 8. Pada kelompok 2 dimana pada UV PDA sebanyak 21 dan NA 52, pada enkas PDA sebanyak 20 dan NA sebanyak 18, pada LAF PDA sebanyak 1 dan pada NA sebanyak 1. Pada kelompok 3 pada UV sebanyak 17 dan NA sebanyak 28, pada enkas PDA sebanyak 23 dan NA sebanyak 61, pada LAF PDA sebanyak 4 dan NA sebanyak 12. Pada kelompok 4 UV pada PDA sebanyak 21 dan NA sebanyak 19, pada enkasa PDA sebanyak 11 dan NA sebanyak 14 dan pada LAF PDA sebanyak 2 dan NA sebanyak 8.
Dari hasil tersebut dapat dinyatakan  bahwa yang paling bagus untuk sterilisasi ruangan berturut-turut ruangan lampu LAF, UV,  dan Enkas.






 Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah sinar LAF karena jumlah koloninya paling sedikit. Kelompok 3 , pada LAF sebanyak 66 koloni, sinar UV 31 koloni dan enkas 18 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah sinar enkas karena jumlah koloninya paling sedikit. Dari 5 kelompok yang telah melakukan uji sterilitas maka dapat dikatakan bahwa ruangan sinar UV memiliki tingkat sterilitas yang paling baik terhadap bakteri.
Pada medium PDA atau jumlah koloni jamur yang telah diamati Untuk kelompok I yakni pada LAF sebanyak 4 koloni, sinar UV 7 koloni dan enkas 11 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah LAF karena jumlah koloninya paling sedikit. Kelompok II, pada LAF sebanyak 22 koloni, sinar UV 19 koloni dan enkas 15 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah enkas karena jumlah koloninya paling sedikit. Kelompok III, pada LAF sebanyak 2 koloni, sinar UV 1 koloni dan enkas 0 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah enkas karena tidak ada koloni yang terdapat. Kelompok IV, pada LAF sebanyak 16 koloni, sinar UV 12 koloni dan enkas 15 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah sinar UV karena jumlah koloninya paling sedikit. Kelompok V, pada LAF sebanyak 8 koloni, sinar UV 8 koloni dan enkas 9 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah sinar enkas karena jumlah koloninya paling sedikit. Dari 5 kelompok yang telah melakukan uji sterilitas maka dapat dikatakan bahwa ruangan sinar UV memiliki tingkat sterilitas yang paling baik terhadap jamur.
            Dari hasil tersebut dapat dinyatakan  bahwa yang paling bagus untuk sterilisasi ruangan berturut-turut ruangan lampu UV, enkas,  dan LAF.











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa cara sterilisasi ruangan yang paling efektif berturut-turut adalah dengan Laminary Air Flow (LAF ), lampu UV, dan  enkas
B.    Saran
Diharapkan selain penggunaan alkohol 70% atau fenol 5% sebaiknya digunakan larutan yang lain juga tetapi konsistensinya hampir sama dengan larutan tersebut agar praktikan juga mengetahui tingkat mematikan sebagai bakterisid dan fungisid serta disarankan penggunaan ruangan yang lain selain tiga ruangan yang telah di ujikan untuk mengetahui juga seberapa besar tingkat kesterilannya juga.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. “Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Dasar”. Fakultas Farmasi. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Djidje, M.N., Sartini., (2003).Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, F. MIPA, UNHAs, Makassar, 50

Irianto, Koes. 2002.Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yramata Widya. Jakarta.

Irianto, Koes. 2006.Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yramata Widya. Jakarta.

Pratiwi, Sylvia. 2006. ” Mikrobiologi Farmasi”. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta

Suriawaria, unus.2005 .MikrobiologiDasar .Papas SinarSinanti : Jakarta









LAMPIRAN
I.    Skema Kerja
1. Sterilisasi Ruangan
   Medium Steril
 




Enkas
LampuUV
LAF
                                                                
(Sebelum & setelah disterilkan)

(Sebelum & setelah disterilkan)
(Sebelum & setelah disterilkan)

                                                                                                         
                                                     
 



                                                                         
Biarkan 15 menit
 



Letakkan medium steril
Buka 1/2 bagian
 



Biarkan 15 menit
Tutup cawan
 



Inkubasi terbalik
1 x 24 jam, 37ºC (untuk medium NA)
3 x 24 jam, suhu kamar (untuk medium PDA)
 



Pengamatan
Lampiran

 Komposisi Medium
1.  Medium  NA (Nutrien Agar)
Peptone                              5,0 g
Ekstrak beef                       3,0 g
Agar                                    15  g
     Aquadest                   1000 ml
2.  Medium PDA (potato dextrose agar)
D- glukosa                           20 g
Agar                                      15 g
Aquadest                             1000 ml
Pembuatan : Larutkan 39 g/liter, otoklaf



1 komentar:

  1. Hotels Near Harrah's Casino & Spa - Mapyro
    Hotels 1 - 12 of 전라북도 출장샵 67 — Looking 나주 출장안마 for hotels near Harrah's Casino 삼척 출장샵 & Spa? At Mapyro, we have the option to book your stay 충청북도 출장마사지 early or in-midday to find hotels near the casino and 용인 출장샵

    BalasHapus