BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam kehidupan kita sehari hari kita tidak pernah
terlepas dari berbagai macam organisme, seperti bakteri, kapang, khamir maupun
mikroorganisme lain.
Didalam
bidang ilmu mikrobiologi untuk dapat menelaah bvakteri khususnya dalam skala
laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam
sebuah biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat bakteri yang kita butuhkan
tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain.
Untuk
dapat memprmudah dalam mempelajari jenis dan sifat dari mikroorganisme tersebut
, ada dua cara yang bisa kita lakukan yaitu isolasi dan inokulasi. Inokulasi
adalah memindahkan suatu mikroorganisme dari satu tempat ke tempat yang lainnya
sedangkan isolasi adalah cara untuk memisahkan
mikroorganisme tertentu dari lingkungan untuk mendapatkan bakteri yang yang
sudah tidak bercampur dengan bakteri lain.
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk memperlihatkan adanya aneka ragam
mikroorganisme pada berbagai bahan di lingkungan sekitar kita dan juga untuk
menunjukkan pentingnya bekerja dengan peralatan steril dalam pekerjaan
mikrobiologi.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara mengisolasi dan melihat
mikroorganisme disekitar kita, serta bagaimana cara menginokulasi
mikroorganisme yang murni dan melihat morfologinya?
C.
Maksud Praktikum
Untuk menumbuhkan mikroba dalam
suatu medium dengan metode isolasi dan inokulasi mikrooganisme.
D. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1.
Mengetahui teknik inokulasi bakteri Staphylococus
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Streptococus mutans, dan E. coli pada
medium agar tegak, agar miring, dan
medium cair.
2.
Mengetahui teknik isolasi mikroba dari lingkungan sekitar
dengan metode gores, substrat cair dengan metode tuang dan substrat padat
dengan metode sebar, dengan menggunakan medium tertentu.
3.
Mengamati pertumbuhan dan bentuk pertumbuhan mikroba dari
masing-masing medium setelah diinkubasikan.
E. Manfaat Praktikum
Manfaat dari percobaan ini agar mahasiswa dapat mengetahui teknik isolasi
dan inokulasi pada mikroorganisme.
F.
Kerangka fikir
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image011.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image011.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image013.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image014.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image016.gif)
![](file:///C:\Users\antho\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image017.gif)
Bentuk koloni,
Struktur dalam, Sudut Elepasi, Tepi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Identifikasi mikroorganisme adalah salah satu tugas yang lazim dilakukan
laboratorium mikroorganisme. Di loboratorium diagnostik penyakit, Isolasi dan
perincian mikroba yang berasal dari penderita penyakit harus dilaksanakan
dilaksanakan dengan cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Perincian
mikroorganisme yag di isolasi dari makanan atau makanan yang terlibat dalam
pencemaran makanan harus dilakukan secepat mungkin agar wadah keracunan akibat
makanan atau minuman yang tercemar dapat dihentikan (Bibiana, 2002).
Beberapa mikroorganisme merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh dimana-mana sehingga secara umum dapat dibagi menjadi
beberapa spesies. Dalam proses pemisahan harus dilakukan dengan tepat dan penuh
ketelitian. Setelah suatu medium telah
berisi mikroba maka kegiatan
identifikasi telah boleh dilakukan (Waluyo, 2008).
Kebutuhan bakteri pada umumnya adalah sebagai berikut (Irianto, 2006) :
1.
Sumber energi yang diperlukan untuk reaksi-reaksi
sintesis yng membutuhkan energi dalam pertumbuhan an restorasi, pemeliharaan
keseimbangan cairan, gerak, dan sebagainya.
2.
Sumber korban
3.
Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein
dan asam-asam nukleat.
4.
Sumber gamar-garam anorganik, khususnya fosfat dan sulfat
sebagai anion, dan patosium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kaion.
5.
Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan faktor-faktor tumbuh
tambahan, disebut juga vitamin bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis metabolik
esensial.
Pertumbuhan pada bekteri didefenisikan sebagai pertumbuhan berat sel.
Karena berat sel relatif sama pada setiap siklus sel, maka pertumbuhan dapat
didefenisikan sebagai pertambahan jumlah sel. Terdapat berbagai metode dalam
mengukur pertumbuhan sel bakteri. Pertumbuhan sel bakteri terdiri atas 2 cara, yaitu pertumbuhan langsung dan tidak
langsung (Purwoko, 2007).
Beberapa
prosedur dan tipe-tipe peralatan digunakan dalam laboratorium untuk melakukan
proses isolasi, penanaman dan perkembang biakan pada mikroorganisme, mengingat
bahwa kultur murni mikroba memerlukan
kemampuan khusus secara biologis dan pengamatan pada aktivitas kimia mikroba
maka prosedur-prosedur yang telah ada dirancang
untuk menghasilkan biakan murni dan bukannya biakan yang telah terpapar
oleh kontaminasi mikroba lain (Waluyo, 2008).
Dalam
teknik biakan murni tidak saja diperlukan
bagaimana memperoleh suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana
memelihara serta mencegah pencemaran
dari luar. Media untuk membiakkan bakteri
haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran dari luar terutama berasal
dari udara yang mengandung banyak
mikroorganisme (Pelczar, 2007).
Mikroorganisme mepelajari tentang makhluk hidup yang kecil yaitu semua
makhluk yang tidak dapat dilihat langsung dengan mata telanjang. Makhluk hidup
yang kecil tersebut dapat berupa hewan atau tumbuhan. karena didalam alam
sesuai dengan konsep biologi pada awalnya hanya dikenal dua kelompok besar
makhluk hidup yaitu golongan tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan dan dikenal
bidang botani yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan (Plantae) dan zoologi
yang mempelajari tentang hewan (Animalia). Perbedaan dari kedua golongan tersebut
dapat dilihat dengan jelas terutama pada hewan tingkat tinggi, tetapi untuk
makhluk yang kecil seperti mikroorganisme perbedaan tersebut sangat sulit. Hal
tersebut disebabkan karena adanya beberapa sifat dari mikroorganisme yng sama
atau berbeda sama sekali dengn sifat tumbuhan dan hewan tersebut diatas tadi
(Djide, 2003).
Setelah diperoleh biakan murni dapat dilakukan serangkaian uji untuk
memperoleh ciri morfologi dan biokimiadari isolasi. Setelah uji dilakukan harus
munggunakan kontrol untuk mengetahui apakah media serta reagens yang digunakan
memenuhi persyaratan. Selain itu kontrol digunakan untuk melihat bahwa tehnik
yang digunakan benardan tepat. Untuk melihat bahwa media yang digunakan bekerja
dengan baik dapat digunakan biakan mikroba yang memberikan hasil positif dan
negatif (Bibiana, 2002).
Untuk menegakkan diognosis bakteriologi sebaiknya bakteri berada dalam
keadaan murni atau tidak tercampur dengan bakteri-bakteri lain. Biakan murni
diperlukan untuk mempelajari ciri-ciri koloni, sifat-sifat biokimia,morfologi,
reaksi pengecatan, reaksi imunologi dan kerentanan bakteri terhadap zat
antibakteri. Pada umumya biakan murni dapat diperoleh dengan cara-cara berikut
(Irianto, 2006) :
1. Cara penggarisan
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat
bentuk lempeng. Bila dilakukan denga baik cara ini adalah yang paling praktis.
Setiap laboratorium memiliki cara atau metode penyariun yang berbeda-beda, tapi
tujuannya adalah sama, yaitu untuk membuat garis sebanyak mungkin pada mermukaan
lempeng medium pmbiakan dengan ose atau jarum bahan pemeriksaan yang terlepas
pada garis-garis tersebut semakin lama semakin sedikit, sehingga pada
garis-garis terakhir koloni-koloni bakteri yang terbentuk akan terpisah agak
jauh. Sebelum dilakukan penanaman harus
diperhatikan agar permukaan lempeng medium pembiakan itu kering, bila masih
dapat tetes embun perlu dikeringkan dahulu dengan cara menyandarkan pinggang
petri terbalik pada tepi tutupnya.
2. Cara tuang
Isolasi bakteri dengan cara tuang ini umumnya dilakukan
untuk menentukan perkiran jumlah bakteri hidup dalam suatu cairan, misalnya
air, susu, kemih atu biakan bulyon. Hasilnya dinyatakan dalam jumlah koloni,
yang berarti jumlah bakteri hidup dalam jumlah bakteri hidup dalam tiap
mililiter cairan yang diperiksa.
Bila telah diperoleh koloni-koloni yang terpisah dapat
dibuat biakan murni dengan cara memindahkan koloni itu kedalam medium pembiakan
miring (slant) untuk diperbanyak atau disimpan untuk keperluan lain.
3. Cara menanam dalam medium pembiakan miring
Dalam hal medium pembiakan miring digunakan untuk
mempelajari salah satu sifat pertumbuhan, maka penanaman tidak digariskan bolak balik, tetapi penanaman
dilakukan dengan menarik garis dari tabung lurus ke atas.
4. Cara pemeriksaan pertumbuhan bakteri
Cara pemeriksaan tumbuhan bakteri dlam medium pembiakan adalh sebagai
berikut (Irianto, 2006) :
a. Medium pembiakan cair
b. Medium pembiakan padat
Pada semua medium pembiakan padat umumnya baik yang
berbentuk lempeng maupun miring perlu diperhatikan (Irianto, 2006) :
a. Bentuk
koloni
b. Ukuran
Koloni
c. Rupa
koloni
d. Permukan
Koloni
e. Tepi
Koloni
f. struktur
bagian tengah
g. Warna
Koloni (Kromogenesis)
h. Bau
Koloni
i. Kepadatan
koloni
Medium pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhan yang mengandung
zat-zat yang umum diperlikan oleh sebagian besar mikroorganisme yang dipakai
juga sebagai komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain. Medium ini
dibuat dari 3 g ekstrak dagimg, 5 g pepton dan 1000 ml air, dinamakan juga
bulyon nutrisi. Dengan penambahan 15 g agar-agar diperoleh apa yang dinamakan
agar natrium atau bulyon agar (Irianto, 2006).
Mikroorganisme yang akan diisolasi dapat berupa biakan murni atau populasi
campuran. Bila biakan yang akan didefenesikan ini tercemar, perlu dilakukan
pemurnian terlebih dahulu. Lazimnya, pemurnian dilakukan dengan cara menggores
suspensi mikroba yang akan diisolasi pada agar lempengan. setelah diperoleh
koloni terpisah, dibuat pewarnaan garam dari beberapa koloni untuk melihat
kemurnia biakan (Bibiana, 2002).
B. Uraian Bahan
1. . Agar (Ditjen POM,
1995)
Nama resmi : Agar.
Nama lain : Agar-agar.
Pemerian : Tidak
berbau atau bau lemah, berasa musilago pada lidah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium
2. Air suling (Ditjen
POM, 1979)
Nama resmi : Aqua Destillata.
Nama lain : Air suling/aquades.
RM/BM : H2O/18,02.
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
3
Alkohol
(Ditjen
POM, 1979)
Nama resmi :
Aetanolum
Nama
lain : Etanol
Rumus
molekul : C2H5OH
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak , bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dan memberikan warna biru tanpa
asap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P, dalam eter P.
Penyimpanan :
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari
nyala api.
Kegunaan : Sebagai antiseptik.
4.
Ekstrak beef (Ditjen POM, 1995)
Nama resmi : Ekstrak daging sapi
Sinonim : Ekstrak beef
Pemerian : Kaldu daging sapi konsentrasi diperoleh dengan
mengekstraksi daging sapi segar tanpa lemak, dengan cara merebus dalam air dan
menguapkan kaldu pada suhu rendah dalam hampa udara sampai terbentuk residu
kental berbentuk pasta. Massa membentuk pasta, berwarna coklat kekuningan
sampai coklat tua, bau dan rasa seperti daging, sedikit asam.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tidak tembus cahaya, tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai protein
5. Pepton
(Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Pepton
Sinonim : Pepton kering
Pemerian : Serbuk kuning kemerahan sampai coklat, bau
khas, tidak busuk
Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna
coklat kekuningan yang bereaksi agak asam, praktis tidak larut dalam etanol (95
%) P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai protein
C. Uraian Sampel
1.
Oreo
a. Komposisi : Gula, tepung terigu, minyak nabati
(mengandung antioksidan TBHQ), bubuk/serbuk coklat, sirup fruktosa, pati
jagung, garam, pengenbang (ammonium dan natrium bikarbonat), pengemulsi
(lesitin kedelai), perisa vanili.
b. No. reg : BPOM RI MD 227110050360 (137
gram)
c. Produkasi : PT. Kraf Indonesia Bekasi, 17530,
Indonesia
2. Susu Ultra
a. Komposisi :Susu sapi segar, sukrosa, bubuk
coklat, pemantap nabati, perisa coklat
b. No. reg : BPOM RI MD 405710197022 (200
ml)
c. Produksi : PT. Ultra Jaya Milk Industry,
TBK
PO Box 1230, Bandung 400R, Indonesia.
3. Mizone
a. Komposisi : Air aqua, fruktosa, gula, base
mizane, perisa inspiring lycheo lemon, pengatur keasaman (asam sitrat), natrium
klorida, kalsium laktat, magnesium sulfat, pengawet kalium sorbet, pengawet
natrium benzoate, pemanis buatan (asesulfam. K (30 mg/saji), sukralosa (2
mg/saji), pectin, sekuestran, vitamin B, vitamin B3, vitamin B6, Vitamin B12,
vitamin C
b.
Netto : 500 ml
c.
Produksi : PT. Tirta Investama, Pandaan
4.
Biskuat
energy
a.
Komposisi : Tepung terigu, gula, minyak nabati
(mengandung antioksidan TBHQ), chip coklat, susu bubuk, sirup glukosa, vitamin
dan mineral, garam, pati jagung, pengembang (natrium asam pirofosfat, natrium
bikarbonat dan ammonium bikarbonat), pengemulsi (lesitin kedelai), perisa
(pisang, coklat, susu, vanilla), bubuk pisang, pewarna (beta karoten Cl 75130)
b.
Netto : 27 gram
c.
Produksi : PT. Kraft Foods Company Indonesia
5.
Marjan
a.
Komposisi : gula pasir, air, sari cocopandan,
perisa,pengatur keasaman, pewarna
D. Uraian Mikroba
1.
Streptococcus
mutans
a. Klasifikasi (Garrity, 2004)
Domain : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
b. Morfologi (Buchanan, 1974)
Streptococcus
mutans
adalah salah satu jenis dari bakteri yang mendapat perhatian khusus, karena
kemampuannya dalam proses pembentukan plak dan karies gigi (Joklik et al.,
1980; Nolte, 1982). Bakteri ini pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh
Clark pada tahun 1924 yang memiliki kecenderungan berbentuk coccus dengan
formasi rantai panjang apabila ditanam pada medium yang diperkaya seperti pada
Brain Heart Infusion (BHI) Broth sebagaimana pada gambar 2.3, sedangkan bila
ditanam di media agar memperlihatkan rantai pendek dengan bentuk sel tidak
beraturan.
2.
Pseudomonas
aeruginosa
a. Klasifikasi (Garitty, 2004)
Kerajaan :Bacteria
Filum: Proteobacteria
Kelas :GammaProteobacteria
Ordo :Pseudomonadales
Famili :Pseudomonadaceae
Genus :Pseudomonas
Tipe spesies :Pseudomonas aeruginosa
Filum: Proteobacteria
Kelas :GammaProteobacteria
Ordo :Pseudomonadales
Famili :Pseudomonadaceae
Genus :Pseudomonas
Tipe spesies :Pseudomonas aeruginosa
b.
Morfologi (Holt JG, 2000)
Bentuk batang bulat 0,5-1,5 menit mikron, ciri-ciri
pertumbuhan pada agar sel putih, dan sel tampak sendiri dan berpasangan, divisi
lebih dari satu dan berkelompok mengembang sampai tak beraturan.
3.
Staphyllococcus
aureus
a.
Klasifikasi
(Garrity
; 2004)
Domain Bacteria :
Procaryotae
Divisi : Schyzophyta
Kelas :
Schycomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococaceae
Marga :
Staphyllococcus
Jenis :
Staphylococcus aureus
b.
Morfologi (Buchanan, 1974)
Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam
susunan yang tidak teratur mungkin sisinya, agak rata karena tertekan. Diameter
kuman antara 0,8-1,0 mikron. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah
dapat terlihat sendiri, berpasangan menggerombol dan bahkan dapat tersusun
seperti rantai pendek. Susunan gerombol yang tidakk teratur biasanya ditemukan
pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat, sedangkan dari pembenihan kaldu
biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai pendek. Kuman ini tidak
bergerak, tidak berspora dan positif gram. Hanya kadang-kadang yang gram
negative dapat ditemukan pada bagian
tengah gerombolan kuman, pada kuman yang telah difagositopsis dan pada biakan
tua yang hampir mati.
Uraian jamur
a.
Candida
albicans
Klasifikasi:
Kingdom :
Eukariotik
Divisio :
Mycota
Class :
Denteromycetes
Ordo :
Pseudosaccharomycetales
Family : Candida
Spesies : Candida
albicans
Morfologi:
Pada sediaan mikroskopik eksudat,
candida tampak sebagai ragi lonjong bertunas, gram positif, ukurannya 2-3 x 4-6
m dan sel -sel bertunas. Gram positif yang memanjang menyerupai hifa
(pseudohifa). Pada agar Saboraud yang dieramkan pada suhu kamar, terbentuk
koloni-koloni lunak yang berwarna krem yang mempunyai bau seperti ragi.
Pertumbuhan permukaan terdiri dari sel-sel yang bertunas yang lonjong. Ini
terdiri dari pseudohifa yang membentuk blastospora pada nodus-nodus dan
kadang-kadang khlamidospora dan ujung-ujungnya. Dapat meragikan glukosa dan
maltosa, menghasilkan asam dan gas. Menghasilkan asam dari sukrosa daan tidak
bereaksi dengan laktosa.
b.
S.
Cerrevisae
Klasifikasi:
Kingdom : Fungi
Divisio :
Ascomycota
Class :
Hemiascomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family :
Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cerevisiae
Morfologi:
merupakan kelompok mikroba yang
tergolong dalam khamir (yeast). S. Cereviceae secara morfologis umumnya
memiliki bentuk elipsodial dengan diameter yang tidak besar, hanya sekitar
1-3µm sampai 1-7µm3.
S.Cerevisiae memiliki dinding sel yang
mengandung a-D-Glukan, kitin, dan manoprotein. Dinding selnya ini diketahui
mempunyai 3 lapisan, yaitu lapisan dalam alkali in-soluble (30-35%),
lapisan tengah alkali-soluble a glukan (20-22%), serta lapisan luar
adalah glikoprotein(30%) yaitu suatu karbohidrat yang tersusun dari manan yang
terfosforilasi3.
accahromyses Cerevisiae bersifat fakultatif
anaerobik mengandung 68-83% air, nitrogen, karbohidrat, lipid, vitamin, mineral
dan 2,5-14% kadar N total. Cara hidupnya kosmopolitan dan mudah dijumpai pada
permukaan buah-buahan, nektar bunga dan dalam cairan yang mengandung gula,
namun ada pula yang ditemukan pada tanah dan serangga. Selain kosmopolitan, S.
Cerevisiae ini dapat pula hidup secara saprofit maupun bersimbiosis6.
c.
Rhizopus
sp
Klasifikasi:
Kingdom
: Fungi
Divisio
: Zygomycota
Class
: Zygomycetes
Ordo
: Mucorales
Familia
: Mucoraceae
Genus
: Rhizopus
Spesies
: Rhizopus oryzae
Morfologi:
Koloni
berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon halus atau sedikit
kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan; sporangiofora tumbuh dari
stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5
sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama
dengan sporangiofora; sporangia globus atau sub globus dengan dinding
berspinulosa (duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila
telah masak, spora-spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi
miselium baru (Saktiyono, 2008). kolumela oval hingga bulat, dengan dinding
halus atau sedikit kasar; spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder;
suhu optimal untuk pertumbuhan 350C, minimal 5-70C dan
maksimal 440C. Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk
mikroba heterofermentatif.
BAB III
KAJIAN
PRAKTIKUM
A. Alat yang digunakan
Pada
percobaan Isolasi dan Inokulasi alat yang digunakan yaitu; Botol coklat, Cawan petri, Inkubator, Lampu spiritus, Ose bulat dan ose lurus, Lumpang dan alu, Tabung reaksi, Rak tabung, Hand sprayer, Spoit, Labu Erlenmeyer, Autoklaf, Spatel, dan Oven.
B. Bahan yang digunakan
Air sungai
pampang, Air sisa
cucian piring, air laut pantai losari, air sumur, Biakan bakteri E. coli , Biakan bakteri Pseudomonas
aeruginosa , Biakan
bakteri Staphylococus aureus, Biakan
bakteri Steptococus mutans,
biskuat energi, ketombe, Kotoran gigi, kotoran
ketiak, kotoran telinga, kertas label, marjan,
Medium NA (Nutrien Agar), Medium
NB
(Nutrien Broth), Medium TEA (Tauge Ekstrak
Agar), oreo,
susu ultra, tanah kuburan cina, tanah rumah sakit wahidin, teh botol sosro.
C. Cara Kerja
1.
Penanaman (Inokulasi) Mikroba Uji
a.
Medium NA tegak
1.
Disiapkan medium NA tegak dengan mengambil sebanyak 5-10 ml
menggunakan spoit.
2.
Dimasukkan ke dalam tabung rekasi dan dibiarkan membeku
dalam posisi tegak.
3.
Ose lurus dipijarkan di atas nyala lampu bunsen, ose lurus yang
telah disterilkan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi Staphylococus
aureus kemudian ditusukkan pada NA tegak dengan cara ose lurus
diusahakan tegak dan lurus dan dilakukan dekat dengan nyala api bunsen dan
ditutup kapas. Ose dipijarkan kembali.
4.
Tabung reaksi diberikan label dan diinkubasi selama 1 x
24 jam pada suhu 37 0C.
b.
Medium NA miring.
1.
Disiapkan medium NA dengan cara mengambil NA sebanyak 5-7
ml menggunakan spoit
2.
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diatur
kemiringannya agar NA miring dapat terbentuk dengan baik.
3.
Ose bulat dipijarkan di atas nyala lampu spiritus,
kemudian ose dimasukkan kedalam tabung yang berisi biakan Staphylocous
aureus dan ditusukkan kedalam NA miring, lalu ose disterilkan.
4.
Tabung reaksi diberikan label dan diinkubasi selama 1x 24
jam pada suhu 37oC.
c.
Medium cair
1.
Diambil 10 ml NB menggunakan spoit steril yang telah disiapkan
kedalam tabung reaksi yang sebelumnya pada mulut tabung reaksi dan labu
Erlenmeyer telah dipijarkan sebentar.
2.
Tabung reaksi dibiarkan
berdiri tegak, dan ose
yang telah disterilkan ditusukkan pada tabung reaksi biakan yang berisi Staphylococus
aureus kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi medium cair.
3.
Tabung reaksi diinkubasi dalam inkubator selama 1 x 24
jam pada suhu 37oC.
2.
Isolasi
Mikroba
a.
Cara
Sebar (Spread Method)
1. Diambil sedikit sampel (Susu ultra) disebar merata
diatas permukaan medium dalam cawan petri
2. Diambil medium TEA sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri yang telah berisi
sampel kemudian
ditutup dan dibiarkan membeku pada suhu kamar. Sebelumnya mulut labu Erlenmeyer
telah dipijarkan sebentar, atau penuangan dilakukan secara aseptis.
3. Diinkubasi
selama 1 x 24 jam dalam inkubator.
b.
Cara
Tuang (Pour Plate Method)
1.
Dituangkan sampel (air cucian piring) sebanyak 1 ml
kedalam cawan petri steril.
2.
Kemudian dituangkan medium TEA kedalam cawan petri
tersebut dengan cara aseptik (dipijarkan sebentar mulut labu erlenmeyer).
3.
Diratakan
permukaan medium dengan
cara menggoyang-goyangkan dengan
putaran yang sama/ seimbang
4.
Medium
dibiarkan membeku .
5.
Diinkubasikan
selama 1 x 24 jam
c.
Cara
Gores
1.
Dituang
medium TEA ke dalam cawan petri steril sebanyak 1 ml kemudian ditutup dan
dibiarkan membeku pada suhu kamar.
2.
Setelah medium membeku, sampel (kotoran gigi) dilarutkan
dengan air steril, digoreskan pada medium.
3.
Medium diinkubasikan selama 1 x 24 jam.
d.
Cara
Tabur
1.
Dituang
medium TEA ke dalam cawan petri steril sebanyak 1 ml kemudian ditutup dan
dibiarkan membeku pada suhu kamar.
2.
Setelah medium membeku, sampel (oreo) ditabur dengan
spatel di atas medium dengan menggunakan ose bulat
3.
Medium diinkubasikan selama 1 x 24 jam.
BAB
IV
KAJIAN
HASIL PRAKTIKUM
A.
Hasil Praktikum
1.
Tabel Pengamatan
a.
Inokulasi
kel
|
Mikroorganisme
|
Metode
|
Bentuk koloni
|
1
|
Pseudomona
aeruginosa
|
agar tegak
|
filiform
|
agar miring
|
achinulate
|
||
cair
|
sediment
|
||
2
|
Staphylococus
aureus
|
agar tegak
|
papiliate
|
agar miring
|
spreading
|
||
cair
|
sediment
|
||
3
|
Streptococus
mutans
|
agar tegak
|
villose
|
agar miring
|
spreading
|
||
cair
|
sedimen aerob
|
||
4
|
E. coli
|
agar tegak
|
papiliate
|
agar miring
|
spreading
|
||
cair
|
sedimen
|
b.
Isolasi
Kel
|
Sampel
|
bentuk
|
elevasi
|
Tepi
|
Struktur
|
metode
|
koloni
|
kimia
|
|||||
1
|
Marjan
|
|
|
|
|
sebar
|
kanal pampang
|
irreguler
|
raised
|
Lobate
|
irreguler
|
tuang
|
|
kotoran ketiak
|
|
|
|
|
gores
|
|
tanah rs. Wahidin
|
circular
|
flat
|
Entire
|
|
tabur
|
|
2
|
susu ultra
|
irreguler
|
umbonate
|
undulate
|
|
sebar
|
air cuci piring
|
circular
|
convex
|
Entire
|
|
tuang
|
|
oreo
|
irreguler
|
raised
|
Entire
|
|
tabur
|
|
kotoran gigi
|
berenag
|
berbukit
|
Siliat
|
|
gores
|
|
3
|
biakuat
|
irreguler
|
umbonate
|
Lobate
|
|
tabur
|
air pantai oosari
|
irreguler
|
convex
|
undulate
|
|
tuang
|
|
4
|
tanah kuburan cina
|
reguller
|
flat
|
undulate
|
|
tabur
|
teh botol sosro
|
circular
|
umbonate
|
Entire
|
|
sebar
|
|
air sumur
|
circular
|
convex
|
Entire
|
|
tuang
|
|
ketombe
|
|
|
|
|
gores
|
B. PEMBAHASAN
Dalam
kehidupan kita sehari-hari selalu kita berhubungan dengan berbagai macam
mikroorganisme, baik bakteri, kapang
maupun khamir. Untuk mempermudah dalam mempelajari jenis dan sifat
mikroorganisme, maka mikroorganisme tersebut harus diisolasi dari lingkungan
dan dipelihara pada medium yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Adapun lingkungan di
sekeliling kita mengandung beraneka ragam mikroorganisme dalam jumlah yang
berbeda-beda. Keadaan lingkungan menentukan jumlah dan jenis mikroorganisme
yang dominan di lingkungan tersebut.
Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui cara-cara penanaman dan isolasi mikroorganisme yang ada dilingkungan
sekitar kita.
Sedangkan manfaat dilakukannya
percobaan ini ialah kita dapat mengetahui bentuk-bentuk koloni dan struktur
dalam dari mikroorganisme yang telah diisolasi dalam medium, dan yang telah
diinakulasi dalam inkubator.
Untuk Percobaan penanaman mikroorgenisme digunakan mikroorganisme Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans karena mikroorganisme inilah yang bersifat patogen secara umum ditemukan
dalam masyarakat, dengan menggunakan medium NA dan PDA karena merupakan medium
yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba tersebut.
Adapun penjelasan tentang isolasi yaitu salah satu cara
atau metode untuk memisahkan mikrooraganisme tertentu dari lingkungan, sehingga
dapat diperoleh biakan yang sifatnya murni, sehingga biakan tersebut disebut kultur murni.
Untuk mikroba uji Psedeumonas aeruginosa digunakan medium NA, dimana bentuk koloninya pada agar tegak berbentuk papilliate dan pada
agar miring bentuknya spreeding sedangkan untuk agar cair bentuknya sediment.
Staphylococcus aureus bentuk koloni pada
agar tegak berbentuk filiform, pada agar miring bentuknya achinulate sedangkan pada agar cair bentuknya sediment. Streptococcus mutans bentuk koloninya pada agar tegak berbentuk villose, pada agar miring bentuknya
spreeding sedangkan pada agar cair berbentuk sediment. Eschericia coli bentuk koloninya pada agar tegak
berbentuk papilliate, pada agar miring berbentuk spreeding sedangkan pada agar cair
berbentuk sediment.
Sedangkan
pengamatan yang diperoleh untuk isolasi mikroba, untuk metode tuang digunakan beberapa sampel
diantaranya yaitu : Air laut pantai losari mempunyai
bentuk koloni irregular, elevasinya berbentuk convex, tepinya berbentuk undulate dan struktur
dalam berbentuk.
Untuk
metede gores digunakan sampel Kotoran telinga memiliki bentuk
koloni, elevasinya berbentuk, bentuk tepinya dan struktur dalam.
Untuk
metede sebar digunakan sampel minuman mizone memiliki bentuk
koloni, elevasinya berbentuk, bentuk tepinya dan struktur dalam.
Untuk
metode Tabur digunakan sampel biskuat memiliki bentuk
koloni irregular, elevasinya berbentuk umbonate, bentuk
tepinya lobate dan struktur dalam.
Pada saat menginkubasi
cawan petri yang berisi medium dan sampel diletakan dengan posisi
terbalik agar uap-uap air yang berada
pada penutup cawan petri tdak jatuh ke dalam sampel yang dapat merusak
petumbuhan dan hasil pengamatan.
Percobaan ini dilakukan secara aseptik dengan harapan
agar pada saat pengerjaan tidak banyak terkontaminasi. Dari hasil pengamatan
dapat kita ketahui bahwa disekitar kita terdapat banyak mikroorganisme.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan :
1. Penanaman (Inokulasi)
A. Bakteri Staphylococus
aureus
1. Untuk medium agar tegak, bentuk koloninya filiform.
2. Untuk medium agar miring, bentuk koloninya achinulate.
3. Untuk medium cair, bentuk
koloninya sedimen
B. Bakteri Pseudomona
aeruginosa
1. Untuk medium agar tegak, bentuk koloninya papiliate.
2. Untuk medium agar miring, bentuk koloninya spreading.
3. Untuk medium cair, bentuk
koloninya sedimen
C. Bakteri Streptococus
mutans
1. Untuk medium agar tegak, bentuk koloninya villose.
2. Untuk medium agar miring, bentuk koloninya spreading.
3. Untuk medium cair, bentuk
koloninya sedimen aerob
D. Bakteri E.
coli
1. Untuk medium agar tegak, bentuk koloninya papiliate.
2. Untuk medium agar miring, bentuk koloninya spreading.
3. Untuk medium cair, bentuk
koloninya sedimen
2. Isolasi
a. Susu ultra bentuk koloninya irreguler, elevasinya umbonate, tepinya
undulate, dan metode yang digunakan yaitu sebar
b. Air cucain piring bentuk koloninya circular,
elevasinya convex, tepinya
entire, dan metode yang digunakan yaitu tuang
c. Oreo bentuk koloninya irreguler, elevasinya raised, tepinya entire, dan metode
yang digunakan yaitu tabur
d. Kotoran gigi bentuk koloninya berenang-renang,
elevasinya berbukit-bukit, tepinya siliat, dan metode yang digunakan yaitu
tuang
DAFTAR PUSTAKA
Bibiana, 2002. Analisis Mikroba,
Laboratorium mikrobiologi Jurusan
farmasi. Makassar.
Buchanan
dan E. Gibbons.,1974,“Determinative
Bacteriology”,The Williams and Wilkins Company
Ditjen POM. 1979. Farmskope
Indonesia III. Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia.
Jakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmskope
Indonesia IV. Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia.
Jakarta.
Djide.
2005. Penuntun praktikum Instrumen
Mikrobiologi Farmasi dasar, Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Garrity. 2004. Taxonomi Outline Of The Prokaryotes.
Spinger New York.
Irianto Koes, 2006. Menguak Dunia
Mikroorganisme jilid II. PT. Yrama Widya. Bandung.
Plezar.2001.Dasar-Dasar
Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta
Purwoko, Tjahjadi. 2007. Fisiologi mikroba. Bumi Aksara. Solo.
Waluyo, 2000.
Kimia Analisis SMF. Depkes RI. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar