Entri Populer

Jumat, 11 Oktober 2013

laporan pemeriksaan SGPT dan SGOT

A.   MAKSUD PRAKTIKUM
Adapun maksud dari praktikum ini adalah menganalisa kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase)  dalam darah.
B.   TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun  tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) dalam darah.
C.   PRINSIP PRAKTIKUM
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah penentuan kadar dalam darah dari :
a.    SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
L-aspartat + 2-oksoglutarat    ASAT       L-glutarat + oksaloasetat
Oksaloasetat + NADH + H+      MDH       D-malat +NAD+
b.    dan  SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase)
L-alanin + 2-oksoglutarat    ASAT       L-glutamat + piruvat
Piruvat + NADH + H+      MDH       D-laktat +NAD+
Dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 365 nm..
D.   DESKRIPSI DATA KLINIS
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang secara normal berada disel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak. Level SDOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST). (Poedjiadi, 1994)
Aspartate transaminase (AST) atau serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) adalah enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan hati; enzim itu dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan, oleh karena itu konsentrasi dalam serum (SGOT) dapat meningkat pada penyakit infark miokard atau kerusakan aku pada sel-sel hati (Dorland, 1998).
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat Transaminase , SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. ( joyce, 1997).
ALT/SGPT suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoseluler. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi sebelum ikretik terjadi. Pada ikretik dan ALT serum>300 unit, penyebab yang paling mungkin karena gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik (Joyce, 1997).


E.   NILAI RUJUKAN DATA KLINIS
1.  SGOT
Dewasa : 5-40 U/mL(Frankel), 4-36 IU/L, 16-60 U/mL pada 30o C (Karmen), 8-33 U/L pada 37oC (unit SI), pada wanita nilainya agak sedikit lebih rendah dari pria. olahraga mempengaruhi peningkatan kadar serum. Anak : Bayi baru lahir : Empat kali dari nilai normal.
Lansia : Sedikit lebih tinggi dari orang dewasa (Joyce, 1997)
2.  SGPT
Dewasa    : 5-35 U/mL (Frankel), 5-25 mU/mL (Wrobleweski). 8-50 U/mL pada suhu 30 0C (Karmen), 4-35 U/L pada suhu 370S (unit S1). Anak      : bayi : dapat dua kali tinggi orang dewasa; Anak: sama dengan dewasa.
Lansia       : agak lebih tinggi dari dewasa (Joyce, 1997)
F.    INTERPRETASI DATA KLINIS
Nilai normal SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) untuk orang dewasa adalah laki-laki : 0 – 37 U/L dan perempuan : 0 – 31 U/L.
a.     Kelompok 1      = 0,0285 U/L < 0 – 37 U/L  (kadar normal)
b.     Kelompok 2     = 0,00356 U/L masuk dalam ranges 0 – 37 U/L (Kadar normal)
c.     Kelompok 3     = 0,005 U/L masuk dalam ranges 0 – 37 U/L  (Kadar normal)
d.     Kelompok 4     = 0,0251 U/L masuk dalam ranges 0 – 37 U/L  (Kadar normal)
Nilai normal SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) untuk orang dewasa adalah untuk laki-laki : 0 – 42 U/L, perempuan : 0 – 32 U/L
a.       Kelompok 1   = 0,0007 U/L masuk dalam ranges 0 – 42 U/L  (Kadar normal).
b.       Kelompok 2   = 0,0057 U/L < 0 – 42 U/L (Penurunan kadar)
c.       Kelompok 3   = 0,001 U/L masuk dalam ranges 0 – 42 U/L  (Kadar normal)
d.       Kelompok 4   = 0,001 U/L masuk dalam ranges 0 – 42 U/L  (Kadar normal)
Masalah klinis SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase):
·         Penurunan kadar : kehamilan, diabetik ketoasidosis, beri-beri.
·         Peningkatan kadar : Infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis hepar, penyakit dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut, ekslampsia, gagal jantung kongestif (GJK). Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai AST : Antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), antihipertensi (metildopa [Aldoment], guanetidin), teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi intramuskular (IM) (Joyce, 1997).
Masalah klinis SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase):
·        Peningkatan Kadar :
·        Peningkatan paling tinggi : Hepatitis (virus) akut, hepatoksisitas yang menyebabkan nekrosis hepar (toksisitas obat atau kimia); agak atau meningkat sedang : sirosis, kanker hepar, gagal jantung kongesif, intoksisitas alkohol akut; peningkatan marginal : infrak miokard akut (IMA). Antibiotik, narkotik, metildopa (Aldomet), guanetidin, sediaan digitalis, indometasin (Indocin), salisilat, rifampisin, flurazepam (Dalamane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral, timah, heparin (Joyce, 1997)
G.   OBAT-OBAT DAN MAKANAN YANG BERPENGARUH
·         Obat  yang berpengaruh
Antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), antihipertensi (metil dopa [Aldomet], guanetidin), teofilin, golongan digitalis, kostison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi intramuskular (IM).
·         Makanan yang berpengaruh
Penyebab yang paling umum dari kenaikan-kenaikan yang ringan sampai sedang dari enzim-enzim hati ini (SGOT dan SGPT) adalah fatty liver (hati berlemak), penyalahgunaan alcohol dan  penyebab-penyebab lain dari fatty liver termasuk diabetes mellitus dan kegemukan (obesity) (http://repository.unand.ac.id).




H.   FISIOLOGI
Dua macam enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati termasuk dalam golongan aminotrasferase, yakni enzim yang mengkatalisis pemindahan gugusan amino secara reversible antara asam amino dan asam alfa-keto. Aspartat aminotransferase (AST) atau glutamat oksaloasetat transaminase (GOT) mengerjakan reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat. Alanin aminotransferase (AST) atau glutamat piruvat transaminase (GPT) melakukan reaksi serupa antara alanin dan asam alfa-ketoglutamat  (Hidayat, 2010).
SGOT ( Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase ) adalah enzim transaminase sering disebut juga AST (Aspartat Amino Transferase) katalisator perubahan dari asam amino menjadi asam alfa ketoglutarat. Enzim ini berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung ( Sutedjo, 2006).
SGPT (Serum Glutamik Piruvat Transaminase ) merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (Alanin Aminotransferase)    (Sutedjo, 2006).





I.      PATOLOGI
SGPT (Serum Glutamik Piruvat Transaminase ) merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (Alanin Aminotransferase). Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati ( Sutedjo, 2006).
Kadar ALT/SGPT seringkali dibandingkan dengan AST/SGOT untuk tujuan diagnostik. ALT meningkat lebih khas daripada AST pada kasus nekrosis hati dan hepatitis akut, sedangkan AST meningkat lebih khas pada nekrosis miokardium (infark miokardium akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis dan kongesti hati (Akatsuki, 20009).
SGOT banyak terdapat dalam mitokondria dan dalam sitoplasma, sedangkan SGPT hanya terdapat dalam sitoplasma. Oleh karena itu, untuk proses lebih lanjut, terjadi kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak mengeluarkan SGOT atau AST, sedangkan untuk proses akut SGPR atau ALT lebih dominan dibanding SGOT atau AST (Panil, 2007).
Berdasarkan interpretasi, semua sel prinsipnya mengandung enzim ini. Namun, enzim transaminase mayoritas terdapat dalam sel hati, jantung, dan otak. Pada keadaan adanya nekrosis sel yang hebat, perubahan permeabilitas membran atau kapiler, enzim ini akan bocor ke sirkulasi. Sebab ini, enzim ini akan meningkat jumlahnya pada keadaan nekrosis sel atau proses radang akut atau kronis (Panil, 2007 ).
Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Albumin dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat  (Suwandhi, 2011).
Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati seperti Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang (Suwandhi, 2011).
ALT dan AST adalah dua penanda paling dapat diandalkan dari cedera atau nekrosis hepatoseluler. Tingkat mereka dapat meningkat dalam berbagai gangguan hati. Dari dua, ALT dianggap lebih spesifik untuk kerusakan hati karena hadir terutama dalam sitosol hati dan dalam konsentrasi rendah di tempat lain. AST memiliki bentuk sitosol dan mitokondria dan hadir di jaringan hati, jantung, otot rangka, ginjal, otak, pankreas, dan paru-paru, dan sel darah putih dan merah. AST kurang umum disebut sebagai oksaloasetat transaminase serum glutamic dan ALT piruvat transaminase sebagai serum glutamat. Meskipun tingkat ALT dan AST bisa sangat tinggi (melebihi 2.000 U per L dalam kasus cedera dan nekrosis hepatosit yang berhubungan dengan obat-obatan, racun, iskemia, dan hepatitis), ketinggian kurang dari lima kali batas atas normal (yaitu, sekitar 250 U per L dan bawah) jauh lebih umum dalam kedokteran perawatan primer. Kisaran etiologi yang mungkin pada tingkat elevasi transaminase lebih luas dan tes kurang spesifik. Hal ini juga penting untuk mengingat bahwa pasien dengan ALT normal dan tingkat SGOT dapat mempunyai penyakit hati yang signifikan dalam pengaturan cedera hepatosit kronis (misalnya, sirosis, hepatitis C).( Pault, 2005)
Tingkat-  tingkat  yang  tepat dari enzim-enzim ini tidak berkorelasi baik dengan luasnya kerusakan hati atau prognosis. Jadi, tingkat-tingkat AST (SGOT) dan ALT (SGPT) yang tepat tidak dapat digunakan untuk menentukan derajat kerusakan hati atau meramalkan masa depan. Contohnya, pasien-pasien dengan virus hepatitis A akut mungkin mengembangkan tingkat-tingat AST dan ALT yang sangat tinggi (adakalanya dalam batasan ribuan unit/liter). Namun kebnyakan pasien-pasien dengan virus hepatitis A akut sembuh sepenuhnya tanpa sisa penyakit hati. Untuk suatu contoh yang berlawanan, pasien- pasien dengan infeksi hepatitis C kronis secara khas mempunyai hanya suatu peningkatan yang kecil dari tingkat- tingkat AST dan ALT mereka. Beberapa dari pasien- pasien ini mungkin mempunyai penyakit hati kronis yang berkembang secara diam- diam seperti hepatitis kronis dan sirosis (Gunawan, 2011)
J.    PENGAMBILAN SPESIMEN
a.     Pemeriksaan SGOT
1.  Penyiapan Serum
a.  Disiapkan alat dan bahan
b.  Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
c.   Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d.  Diambil serum darah
e.  Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2.  Pengukuran absorban blanko
a.  Disiapkan alat dan bahan
b.  Dipipet 100 µL aquadest ke dalam kuvet
c.   Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGOT
d.  Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37o C
e.  Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT, dihomogenkan
f.    Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
3.  Pengukuran absorban sampel
a.  Disiapkan alat dan bahan
b.  Dipipet 100 µL serum darah ke dalam kuvet
c.   Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGOT
d.  Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37o C
e.  Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT, dihomogenkan
f.    Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
g.  Diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4
h.  Dicatat nilai absorbansinya
Perhitungan :
b.     Pemeriksaan SGPT
1.  Penyiapan Serum
a.  Disiapkan alat dan bahan
b.  Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
c.   Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d.  Diambil serum darah dan dimasukkan ke dalm tabung reaksi
e.  Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2.  Pengukuran Absorban Blanko
a.  Disiapkan alat dan bahan
b.  Dipipet 100 µL aquadest ke dalam kuvet
c.   Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGPT
d.  Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37o C
e.  Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan
f.    Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm.
3.  Pengukuran Absorban Sampel
a.    Disiapkan alat dan bahan
b.  Dipipet 100 µL serum darah ke dalam kuvet
c.   Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGPT
d.  Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37o C
e.  Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan
f.    Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
g.  Diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4
h.  Dicatat nilai absorbansinya
Perhitungan :
.
K.   METODE PENGUJIAN
Analyzer kimiawi otomatis. Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat warna. SGOT biasanya diukur dengan reagen 1 (Tris, L-aspartat,MDH,dan LDH) dan Reagen 2 (2-oksoglutarat dan NADH) serta reagen Piridoksal 5-fosfat FS dan SGPT biasanya diukur dengan reagen 1 (Tris, L-alanin, dan LDH) dan Reagen 2 (2-oksoglutarat dan NADH) serta reagen Piridoksal 5-fosfat FS. Pengujiann dengan spektrofotometri UV optimal menurut rekomendasi dari IFCC (Internasional Federation of Clinical Chemistry).


L.    PERHITUNGAN NILAI DATA KLINIS
.  Kelompok I
§  SGOT
A1          : 0,252
A2          : 0,253
A3              : 0,256
A4          : 0,256
SGOT =
 =
 =
§  SGPT
A1          : 0,182
A2          : 0,183
A3              : 0,179
A4          : 0,183
SGPT =
 =
 =




Kelompok II
§  SGOT
A1          : 0,161
A2          : 0,154
A3              : 0,156
A4          : 0,156
SGOT =
 =
 =
§  SGPT
A1          : 0,008
A2          : 0,004
A3              : 0,004
A4          : 0,000
SGPT =
 =
 =
Kelompok III
§  SGOT
A1          : 0,186
A2          : 0,184
A3              : 0,192
A4          : 0,193
SGOT =
 =
 =
§  SGPT
A1          : 0,032
A2          : 0,036
A3              : 0,026
A4          : 0,000
SGPT =
 =
 =
Kelompok IV
§  SGOT
A1          : 0,086
A2          : 0,086
A3              : 0,121
A4          : 0,114
SGOT =
 =
 =

§  SGPT
A1          : 0,069
A2          : 0,071
A3              : 0,074
A4          : 0,063
SGPT =
 =
 =    

M.   PEMBAHASAN
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup,mulai dari binatang primitive sampai manusia.Dalam keadaan fisiologik,darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai (a) pembawa oksigen; (b)mekanisme pertahanan tubuh  terhadap infeksi dan (c) mekanisme hemostasis.
Susunan darah terdiri dari serum darah atau plasma yang terdiri dari air (90%), protein (80% terdiri dari albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen), mineral ( 0,9% terdiri dari natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dan kalsium, fosfor, magnesium, dan besi), Gas (oksigen dan karbondioksida), hormone-hormon, enzim dan antigen.
Serum merupakan bagian dari cairan tubuh yang bercampur dengan darah. Serum sendiri dapat diartiakan sebagai cairan tanda sel darah dan fator koagulasi atau fibrinogen.Serum merupakan juga sebuah plasma darah tanpa adanya fibrinogen. Serum ini terdariadri 4 jenis berdasarkan komponen yang terkandung didalamnya yaitu, serum albumin,serum globulin, serum lipoprotein dan serum wewenang. Masing-masing jenis serum memiliki fungsi yang berbeda meskipun dalam satu larutan plasma darah
Pada pengambilan darah dilakukan pada vena cubiti. Caranya yaitu dengan membersihkan tempat yang akan diambil darahnya dengan kapas alkohol,dibiarkan kering kemudian dipasang torniquit pada lengan atas dan tangan dikepal.pembendungan sebaiknya jangan terlalu erat,kemudian kulit ditusuk dengan jarum sampai    masuk kedalam lumen vena. Selanjutnya penghisap ditarik perlahan-lahan sampai jumlkah darah yang dinginkan,pembendungan dilepas kan dan kapas diletakkan diatas jarum kemudian dicabut.Bekas tusukan ditekan dengan kapas.
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang biasanya hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau jantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus ) atau dengan serangan terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung). Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST).
Pemeriksaan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) didasarkan atas reaksi 2-oksoglutarat yang direaksikan dengan L-aspartat dengan bantuan enzim AST (aspartat transminase) akan menghasilkan L-glutarat dan oksaloasetat. Kemudian dalam keadaan basa oksaloasetat akan bereaksi dengan NADH yang terdapat pada reagen 2 SGOT yang akhirnya menghasilkan D-malat dan NAD+.
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya
Pada pemeriksaan SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) didasarkan atas reaksi 2-oksoglutarat yang direaksikan dengan L-alanin yang terdapat pada reagen 1 SGPT dengan bantuan enzim ALT (alanin transminase) akan menghasilkan L-glutamat dan piruvat. Kemudian dalam keadaan basa piruvat akan bereaksi dengan NADH yang terdapat pada reagen 2 SGOT yang akhirnya menghasilkan L-laktat dan NAD+.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk menentukan kadar SGOT & SGPT dalam serum dengan metode spektrofotometri dan mengetahui interpretasi data secara klinis.
Penggunaan metode Spektrofotometri UV untuk mengukur kadar SGOT/ AST dan SGPT/ ALT dalam serum karena metode ini  sangat mudah dan cepat, tetapi juga paling mungkin menghasilkan hasil yang tidak akurat.
Pada percobaan ini darah di  disentrifuge selama kurang lebih 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm, untuk memisahkan antara serum (lapisan atas) dan plasma (lapisan bawah). Alasan serum digunakan karena serum tidak mengandung fibrinogen dimana fibrinogen tersebut terdapat pada plasma yang dapat mengakibatkan pengukuran absorban meningkat 3-5%.
Nilai rujukan untuk SGOT / AST yaitu dewasa  : 5-40 u/ml (frankel), 4-36 iu/l, 16-60 u/ml pada 300c (karmen), 8-33 u/l pada 370c (unit SI) untuk laki-laki : 0 – 37 U/L dan perempuan : 0 – 31 U/L. Anak : bayi baru lahir empat kali dari nilai normal, Lansia : sedikit lebih tinggi dari orang dewasa. Dengan interpretasi data Penurunan kadar : kehamilan, diabetik ketoasidosis, beri-beri. Peningkatan kadar : infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis, hepar, penyakit dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut, eklampsia, gagal jantung kongestif (GJK).
Untuk nilai rujukan SGPT / ALT yaitu dewasa   :5-35 u/ml (frankel), 4-25 mu/ml (wrobleweski),  8-50 u/ml pada 300c (karmen), 4-35 u/l pada 370c (unit SI), untuk laki-laki : 0 – 42 U/L, perempuan : 0 – 32 U/L,  Anak: bayi : dua kali dari nilai normal orang dewasa Lansia : agak lebih tinggi daripada dewasa. Dengan masalah klinis untuk Peningkatan kadar : peningkatan paling tinggi : hepatitis (virus) akut, hepatotoksisitas yang menyebabkan nekrosis hepar (toksisitas obat atau kimia); agak atau meningkat sedang : sirosis, kanker hepar, gagal jantung kongestif, intoksikasi alkohol akut; peningkatan marginal : infark miokard akut (IMA).
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan hasil yaitu kadar SGOT dan SGPT kelompok I berturut-turut yaitu 0,0285 U/L dan 0,0007 U/L, kadar SGOT dan SGPT kelompok II berturut-turut yaitu 0,00356 U/L dan 0,0057 U/L, kadar SGOT dan SGPT kelompok III berturut-turut yaitu 0,005  U/L dan 0,01 U/L, dan kadar SGOT dan SGPT kelompok IV berturut-turut yaitu 0,00251 U/L dan 0,01 U/L
            Dari data tersebut di atas dimana semua probandus adalah laki-laki dan perempuan dengan nilai rujukan normal SGOT(L = 0-37 U/L dan P = 0-31 U/L) dan SGPT masing-masing L= 0-42 U/L dan P= 0-32 U/L, maka dikatakan bahwa kadar SGOT dan SGPT untuk semua probandus berada dalam range normal.
Penyebab yang paling umum dari kenaikan-kenaikan yang ringan sampai sedang dari enzim-enzim hati ini (SGOT dan SGPT) adalah fatty liver (hati berlemak), penyalahgunaan alcohol dan  penyebab-penyebab lain dari fatty liver termasuk diabetes mellitus dan kegemukan (obesity).




N.   KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan :
1.     Kadar  SGOT (transaminase oxaloacetic glutamik serum) :
Kelompok I         = 0,0285 U/L
Kelompok II        = 0,00356 U/L
Kelompok III       = 0,005 U/L
Kelompok IV      = 0,0251 U/L
2.     Kadar  SGPT (transaminase piruvat glutamik serum) :
Kelompok I         = 0,0007 U/L
Kelompok II        = 0,0057 U/L
Kelompok II        = 0,01 U/L
Kelompok IV      = 0,01 U/L
Dengan nilai rujukan Kadar SGOT pada dewasa normal 0 – 37 U/L (L) dan 0 – 31 U/L (P) sedangkan kadar SGPT normal 0 – 42 U/L (L) dan 0 – 32 U/L (P),sehingga probandus dari semua kelompok masuk range.
.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.”Tuntunan Praktikum Kimia Klinik “. Universitas Muslim Indonesia : Makassar
Gunawan. 2011. http://www.totalkesehatananda.com/darahhati2.html. jakarta. Diakses tanggan 25 juni 2011

Joyce. L, 1997. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. EGC : Jakarta

Pearce, Evelyn., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia: Jakarta
Tjay tan hoan. 2002. “Obat-Obat Penting edisi V”. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
Poedjiadi, 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. UI Press : Jakarta
Sutedjo, A.Y. 2006. Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium. Cetakan I, Amara Books, Yogjakarta
http://repository.unand.ac.id. Diakses tgl 4/7/12.
http://labkesehatan.com. Diakses tgl 4/7/12.










LAMPIRAN
A.   Data Tabel
Klp
SGOT
Nilai
SGPT
Nilai
1
2
3
4
1
2
3
4
I
0,252
0,253
0,265
0,256
0,0285
0,182
0,183
0,179
0,183
0,007
II
0,161
0,154
0.156
0,156
0,00356
0,008
0,004
0,004
0,000
0,0057
III
0,186
0,184
0,192
0,193
0,005
0,032
0,036
0,026
0,000
0,01
IV
0,086
0,086
0,121
0,114
0,0251
0,069
0,071
0,074
0,063
0,01


B.   Komposisi Reagen

1.    Reagen SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase)  (Anonim, 2011)
a.    Reagen 1
TRIS                                                    pH 7,65           110 mmol/L
L-aspartat                                                                    320 mmol/L
MDH (Malat dehidrogenase)                                      ≥ 800 U/L
LDH (Laktat dehidrogenase)                                      ≥ 1200 U/L
b.    Reagen 2
2 – oksoglutarat                                                          65 mmol/L
NADH                                                                         1 mmol
Pridoksal 5 – fosfat FS
Buffer yang baik                                 pH 9,6             100 mmol/L
Piridoksal – 5 – fosfat                                                 13 mmol/L
2.    Reagen SGPT (serum glutamic piruvat transaminase)  (Anonim, 2011)
a.    Reagen 1
TRIS                                                    pH 7,15           140 mmol/L
L – alanin                                                                     700 mmol/L
LDH (Laktat dehidrogenase)                                      ≥ 2300 U/L
b.    Reagen 2
2 – oksoglutarat                                                          85 mmol/L
NADH                                                                         1 mmol/L
Piridoksal 5 – fosfat FS
Buffer yang baik                                 pH 9,6             100 mmol/L
Piridoksal – 5 – fosfat                                                 13 mmol/L

C.   Skema Kerja
a.   Pemeriksaan SGOT/ AST
1.    Penyiapan serum
Disiapkan alat danbahan

Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge

Disentrifuge selama ± 15 menit dengan kecepatan 6000 rpm

Diambil serum darah dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

2.    Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 100 µl aquadest ke dalam kuvet

Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGOT

Diinkubasi pada suhu 37o C selama 5 menit

Ditambahkan 250µl reagen 2 SGOT


Diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
3.   Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 100 µl serum ke dalam kuvet
Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGOT

Diinkubasi pada suhu 37o C selama 5 menit
 

Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT

Diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

Diukur lagi absorbannya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4,dicatat absorbansinya


b.  Pemeriksaan SGPT/ ALT
1.   Penyiapan serum
Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge

Disentrifuge selama ±15 menit dengan kecepatan 6000 rpm
Diambil serum darah dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2.    Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 100 µl aquadest ke dalam kuvet


 


Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGPT

Diinkubasi pada suhu 37o C selama 5 menit

Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT

Diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm.

3.   Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 100 µl serum ke dalam kuvet

Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGPT

Diinkubasi pada suhu 37o C selama 5 menit

Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT

Diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

Diukur lagi absorbannya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4,dicatat absorbansinya

2 komentar: