Entri Populer

Minggu, 13 Oktober 2013

laporan fitokimia kromatografi kolom



LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II
Isolasi dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak Daun Bunga Terompet (Mandevillae sanderi) menggunakan Kromatografi Kolom Konvensional,Kromatografi Cair Vakum dan
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
 






OLEH :
NAMA              :     Murdianto Usi RL
STAMBUK      :     150 2010 170
KELOMPOK   :     II (DUA)
KELAS             :     L 1
ASISTEN          :     IRAMAYASARI S.Farm,Apt

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI - FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013


BAB I
PENDAHULUAN
I.1   Latar Belakang  
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi.
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. 
Beberapa kelabihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1   Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah
1.         Untuk mengetahui dan memahami cara pemisahan senyawa pada ekstrak daun bunga terompet (Mandivella sanderi) menggunakan kromatografi kolom konvensional.
2.         Untuk mengetahui dan memahami cara memisahkan sampel ekstrak daun bunga terompet (Mandivella sanderi) dengan menggunakan kromatografi kolom cair vakum.
3.      Untuk mengetahui dan memahami metode penentuan komponen kimia secara kromatografi lapis tipis preparatif yang terdapat dalam fraksi kasar n-heksan daun bunga terompet (Mandivella sanderi)
 1.2.2   Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah
1.         Untuk menentukan nilai Rf masing-masing noda kromatogram dari sampel ekstrak daun bunga terompet (Mandivella sanderi) dengan menggunakan meode kromatografi kolom konvensional
2.         Untuk menentukan nilai Rf masing-masing noda kromatogram dari sampel ekstrak daun bunga terompet (Mandivella sanderi) dengan menggunakan meode kromatografi kolom cair vakum
3.         untuk memisahkan campuran senyawa dalam fraksi kasar n-heksan daun bunga terompet (Mandivella sanderi) dengan metode kromatografi lapis tipis praparatif dan untuk mengetahui nilai Rf.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Ilmiah (http://www.plantamor.com/index.php?plant=1940)
Kingdom               :     Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom          :     Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi          :     Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                     :     Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                     :     Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas              :     Asteridae
Ordo                      :     Gentianales
Famili                    :     Apocynaceae
Genus                    :     Mandevilla
Spesies                  :     Mandevilla sanderi
Ciri - ciri Umum Bunga Terompet
Bunga terompet merupakan tumbuhan berkeping dua/ dikotil. Berikut ini ciri-ciri dari bunga terompet, yaitu (http://deztriya.blogspot.com/2012/04/tumbuhan-biji-terbuka-dan tertutup.html) :
Ciri Umum
Penjelasan
Biji
·     Biji mempunyai lembaga dengan 2 lembaga
Lembaga/ kecambah
·     Akar lembaga tumbuh terus menjadi akar tungggang yang bercabang-cabang dan akhirnya membentuk sistem akar tunggang
·     Ujung akar lembaga dan ujung pucuk lembaga tidak mempunyai pelindung khusus
Batang
·     Batang dari pangkal ke ujung seperti kerucut panjang, bercabang-cabang, buku-buku dan ruas tidak jelas
Daun
·     Daun tunggal atau majemuk, seringkali disertai daun penumpu, jarang mempunyai upih
·     Daun duduknya tersebar atau berkarang
·     Tulang daun menjari atau menyirip
Bunga
·     Bagian-bagian bunga berjumlah 2, 4 atau 5
Anatomi
·     Baik akar maupun batang mempunyai kambium, sehingga dapat tumbuh membesar (pertumbuhan sekunder)
·     Letak berkas pembuluh melingkar

Mandevilla Sandersi tanaman rambat berbunga dengan banyak pilihan warna.Tanaman rambat memang banyak digunakan untuk menciptakan suasana rumah yang asri. Disitu memang tanaman rambat akan lebih mendukung konsep tersebut karena mampu tumbuh rimbun dan mempunyai bunga yang berwarna cerah. Kesan yang muncul selain teduh juga mampu memberikan kombinsai warna yang menawan. Mandevilla sendiri disebut juga sebagai bunga terompet karena bunga yang muncul mirip seperti terompet. Tanaman ini diyakini berasal dari wilayah Florida, Amerika Serikat dengan kombinasi warna yang beragam mulai dari merah, putih, dan pink. Bentuk kelopak juga cukup beragam salah satunya mampu tumbuh menumpuk seperti halnya adenium dokson atau bunga mawar. Tanaman yang cukup melegenda di dunia landscape dan eksterior ini mempunyai karakter membutuhkan sinar matahari penuh untuk tumbuh. Kondisi ini tentu sangat cocok dengan fungsi tanaman sebagai naungan. Apalagi bila lokasi rumah berada di daerah perkotaan yang punya suhu udara sangat panas.
Menurut Badrun Sutiyuko dari Aghissa Florist Banjarmasin yang menjual mandevilla, tanaman ini meski berasal dari wilayah yang dingin namun bisa tumbuh baik dengan lingkungan yang panas. Bahkan semakin banyak terkena sinar matahari warna yang muncul akan makin cerah. Secara fisiologis tanaman ini hampir tidak berbeda dengan tanaman merambat lainnya yaitu punya batang yang menjulur dan akar yang menempel pada tempat naungan. Kelebihan yang paling menonjol pada tanaman ini adalah bentuk bunga yang cukup besar. Meski disebut juga sebagai bunga terompet namun bentuk kelopak bunga juga hampir mirip dengan kembang sepatu (hibiscus rosa-sinensis L.)
Tanaman yang di luar negeri juga disebut sebagai brazilian jasmine ini punya bentuk yang cukup menarik dimana untuk kelopak bunga akan memutar dan menutup satu dengan lainnya. Bunga akan muncul diujung tangkai sehingga semakin rimbun tanaman maka bunga akan muncul makin banyak dan serempak (bunga kompak).
Pada bagian daun mandevilla punya karakter yang meruncing dengan serat daun yang menonjol. Disini daun yang tumbuh tidak terlalu mendominasi dibandingkan mekarnya bunga. Tidak seperti tanaman rambat lainnya yang lebih mendominasi adalah daun sementara bunga hanya muncul di beberapa bagian saja.
Tanaman yang masuk dalam keluarga apocynaceae ini memang membutuhkan sinar matahari secara penuh untuk tumbuh. Sehingga saat menanam mandevilla diusahakan menghadap ke arah timur atau barat untuk mendapatkan sinar matahari yang bagus. Keunikan lain tanaman ini adalah mampu berbunga terus tanpa henti dalam satu tahunnya.
Untuk kelangsungan hidup tanaman ini juga mampu tumbuh dengan baik meski sudah berusia antara 3-4 tahun. Jelas kelebihan ini jauh dari jenis tanaman lainnya yang mati setelah berbunga. Bahkan selain merambat mendevilla juga bisa tumbuh secara menjuntai karena mempunyai batang yang lemas.
Manfaat bunga terompat, biasanya digunakan akar,daun dan bunga terompet untuk obat-obatan.Bunga terompet memiliki getah berwarna putih, getah bunga terompet memilki manfaat untuk pencegah kuman/bakteri dan juga obat penyakit kanker.
Bunga terompet mengandung Hyoscyamine, atropine, scopolamine, sebagai zat anticholinergics (zat penghilang kesadaran).Selain memilki warna kuning juga ada bunga terompet berwarna putih, merah muda, ungu, orange melalui stek ataupun penyilangan.
Ciri-ciri Bunga Terompet, Bunga terompet memiliki bentuk bunga yang dapat mencapai ukuran diameter 5-7,5 cm, Bunga terompet mampu tumbuh sampai lebih dari 2 meter, Bunga terompet memilki tangkai bungaberwarna hijau muda dan mempunyai daun agak kasar, Bunga terompet mekar setiap tahun.
Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008)
1.    Kromatografi Kolom Konvensional
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben  terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna (Kasiman, 2006).
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom, penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fase gerak0, dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau di dorong dengan tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Sudjadi, 1986).
Kromatografi kolom dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi dan siap di pakai. Cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom atau pada lapisan prapenjerap dan dihisap perlahan-lahan kedalam kemasan dengan memvakumkannya. Kolom dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulam fraksi (Sudjadi, 1986).
Kolom keromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan kran. Ukuran keseluruhan kolom beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang-kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin juga sampai 100 kalinya. Nisbah panjang terhadap lebar sebagian besar ditentukan oleh mudah sukarnya pemisahan, nisbah lebih besar untuk pemisahan yang lebih sukar. Ukuran kolom dan banyaknya penjerap ditentukan oleh bobot campuran linarut yang akan dipisahkan. Sifat, derajat, atau tingkat keaktifan penjerap, dan ukuran partikelnya betul-betul penting dalam pengembangan sistem kromatografi. Ukuran penjerap biasanya lebih besar daripada untuk KLT. Kemasan kolom biasanya 63-250 mikro meter untuk kolom yang dijalankan oleh gaya gravitasi (Raymond, 2006).
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam (Hargono, 1986):
1.    Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapaskemudian ditambahkan cairan pengelusi.
2.    Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yangakan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secarakontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.
Kolom dapat dibuat dari berbagai jenis material, seperti stainless steel, aluminium, tembaga, gelas dan paduan silika. Sebagian besar sistem kolom modern terbuat dari gelas atau paduan silika. Kolom konvensional dibuat dari material pendukung yang dilapisi fase diam dari berbagai pembebanan yang dikemas di dalam kolom. Kolom kapiler terdiri dari tabung kapiler panjang yang didalamnya dilapisi dengan fase diam (fase diam dapat juga direkatkan langsung pada permukaan silika). Sebagian besar kolom kapiler terbuat dari paduan silika yang dilapisi polimer di bagian luarnya. Paduan silika sangat mudah pecah sedangkan lapisan polimer tersebut bertindak sebagai pelindungnya (Seno, 1997).
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar  terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom (Seno, 1997).
2.  Kromatografi Cair Vakum
Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid chromatography (VLC) atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak semipolar (Raymond, 2006).
Suction coloumn merupakan alat kromatografi yang merupakan modifikasi kromatografi kolom serapan. Prinsip pemisahannya sama dengan kromatografi kolom serapan. Bedanya terletak pada adanya isapan pompa vakum di bagian bawah kolom ini. Alat ini dirancang mengingat pada kromatografi kolom serapan yang pengerjaannya memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan komponen kimia berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa vakum. Seperti halnya kromatografi kolom serapan, senyawa yang akan dipisahkan dilarutkan dengan pelarut yang cocok kemudian dimasukkan dalam kolom isap, selanjutnya ditambahkan eluen, eluen yang mengalir turun yang disebabkan oleh isapan pompa vakum. Hasil pemisahan ditampung dalam setiap fraksi. Volume penampungan 25 ml/fraksi dan untuk berat sampel q 10 - 30 gram volume penampungan 50 ml/fraksi. Adsorben yang digunakan sedikit lebih berbeda yaitu 35 gram silica gel 7733 dan 10 gram silika gel 7731 (Gritter, 1991).
Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal(Harborne, 1987).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi dua macam, yaitu(Sarker, 2006):
a)    Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.


b)   Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan.
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam yang sama (Sarker, 2006).
Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu (Kasiman, 2006):
1.    Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100μl/menit).
2.    Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
3.    Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.

3.  Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah tehnik analisis yang digunakan untuk memisahkan sebuah campuran ataupun persenyawaan kimia. Tehnik ini ditemukan pada tahum 1906 oleh Mikhail Tswett seorang ahli botani dari Italia yang lahir di Rusia. Tehnik pemisahan ini dilakukan terhadap pigmen tumbuhan (klorofil), dengan cara menuangkan ekstrak petroleum eter dari daun tumbuhan diatas sebuah kolom kaca yang berisi serbuk kalsium karbonat dalam arah yang tegak lurus (Najib, 2013).
Dalam perkembangan selanjutnya metode ini tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi noda, akan tetapi juga untuk mengisolasi ekstrak. Metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini paling sederhana dan murah untuk mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam, dengan menggunakan lempeng yang besar terbuat dari kaca dengan ukuran 20 x 20 cm (Najib, 2013).
Metode kerjanya meliputi penotolen ekstrak bahan alam dalam bentuk pita pada lempeng. Hal ini memungkinkang sampel dalam jumlah besar dapat muat pada lempeng KLT, lempeng dikembangkan dalam pelarut yang telah diketahui mampu memisahkan komponen, yang paling penting adalah harus digunakan metode deteksi yang tidak merusak sampel (Najib, 2013).
Pada KLT preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi plat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu tahan warna, dan penjerap yang mengandung pita dikerok dari plat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penjerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit, dan untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi KLT kuantitatif (Gritter, 1991).
Keuntungan KLTP adalah salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah  dan memakai peralatan paling dasar. Kerugian KLTP adalah pengambilan senyawa dari plat yang dilanjutkan dengan pengekstraksian penjerap memerlukan waktu lama dan jika senyawa beracun harus dikerok dari plat akan menimbulkan banyak masalah serius. Serta adanya zat pencemar dan sisa dari plat sendiri setelah pengsekstraksian pita yang mengandung senyawa yang dipisahkan dengan pelarut (Hostettmann, 1995).
Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparative. Hampir setiap campuran kimia, mulai dari bobot molekul rendah sampai tinggi, dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan beberapa metode kromatografi. Jenis pemisahan, apakah analitik atau preparatif, tidak ditentukan oleh ukuran cuplikan, melainkan lebih oleh keperluan khusus. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran (Gritter, 1991).

Kadang-kadang kita berhasil memisahkan campuran tertentu dengan beberapa kali pengembangan memakai sistem pelarut yang sama yang nisbi nonpolar, padahal campuran itu tidak dapat dipisahkan dengan sekali pengembangan yang memakai sistem pelarut yang lebih polar. Jumlah cuplikan lebih banyak dapat dipisahkan dengan cara pengembangan berganda sehingga hal ini sangat penting pada KLT preparatif (Gritter, 1991).
Kromatografi pada lapisan berbentuk khusus. Kadang-kadang lapisan KLT perlu diraut menjadi berbagai bentuk. Pada lapisan belandas kaca, bentuk itu dapat dibuat dengan spatula atau alat yang diruncing. Lapisan berlandas plastik dapat dipotong-potong memakai gunting (Gritter, 1991).
Ketika pelarut muncul dari bagian lapisan yang sempit (tempat menotolkan cuplikan), pelarut dipaksa bergerak menyamping dan sekaligus menegak. Ini berarti cuplikan akan berbentuk pita, bukan bercak bundar. Pita ini lebih tajam dan lebih mudah dilihat, dan kita dapat menunjukkan komponen yang lebih banyak (Gritter, 1991).
·      Kristalisasi
Kristalisasi digunakan untuk mendapatkan bahan dalam bentuk Kristal murni.Oleh karena itu pembentukan Kristal menyebabkan zat terlarut memisah dari lelehan atau larutan dimana yang tidak murni tetap tertinggal dalam larutan,maka kristalisasi juga merupakan proses pemisahan (Harborne,1987).
Bila terdapat senyawa tunggal, beberapa senyawa dapat mengkristal. Kristal dapat dimurnikan dengan pengkristalan kembali (rekristalisasi). Teknik ini dilakukan pada produk yang kotor, mula-mula dilarutkan dalam sejumlah pelarut ppanas (umumnya digunakan solven dimana produk tersebut kurang larut dibandingkan kotorannya). Jika larutan panas tersebut dibiarkan mendingin produk yang murni memisah dari campuran, sehingga tersisa kotoran dalam larutannya. Kristal-kristal yang terbentuk dari produkm disaring dan dikeringkan (Najib, 2013).
Jika sebuah fraksi dipekatkan dan didinginkan serta pelarutnya dibiarkan menguap lambat,Kristal dapat membentuk senyawa yang murni Kristalisasi dapat dilakukan dengan sedikit penggosokan pada bagian dalam dinding kaca selanjutnya membiarkannya di tempat dingin,bahkan dalam lemari pendingin.Beberapa deposit mungkin merupakan kristalin dan harus di cek dengan bantuan lensa tangan untuk meyakinkan bahwa deposit tersebut bukan bahan yang amorf yang berasal dari larutan saat pendinginan terjadi (Harborne,1987).
Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal (Harborne, 1987).

·      Uji Kemurnian
a.    KLT 2 Dimensi
Merupakan salah satu metode untuk mengetahui kemurnian  suatu senyawa dari hasil isolat, yang di mana bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai karakterisktik kimia yang hampir sama. Karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino, selain itu 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan, sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analilt yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda (Sastrohamidjojo, 1985).
KLT dua arah adalah cara yang memungkinkan pemakaian lapisan fase diam yang lebih luas untuk memisahkan campuran yang mengandung banyak komponen. Selain itu, dua sistem pelarut yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan pada campuran tertentu, jadi memungkinkan pemisahan campuran yang mengandung komponen yang kepolarannya sangat berbeda. Ekstrak ditotolkan dan dielusi seperti pada KLT normal kemudian diputar 900 untuk pengembangan kedua (Gibbons, 2006).
Penyerap umum yang digunakan adalah silica gel, aluminium oksida, keiselgur, selullosa dan turunannya. Poliamida dll.  Silica gel adalh penyerap umum yang banyak digunakan karena mempunyai daya pemisahan yang baik, hal ini telah diseleksi oleh Stahl untuk pertama kali 1958 (Stahl, 1985).
Salah satu aplikasi untuk mengetahui kemurnian senyawa hasil isolat dengan metode ini yaitu dengan mengelusi  noda pada 2 arah yang berbeda dan menggunakan eluen yang berbeda, isolate dikatakan murni apabila noda yang dinampakkan adalah tunggal (Stahl, 1985).
b.    Multi Eluen
Multi eluen merupakan penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda (Sastrohamidjojo, 1985).
Prinsipnya,  ”like dissolve like” yang dapat digunakan untuk pemilihan pelarut dalam menentukan jenis senyawa kimia yang mungkin terekstraksi dari organisme. Dimana pelarut non polar akan mengestraksi senyawa-senyawa non polar akan terekstraksi oleh pelarut polar, serta dapat juga digunakan untuk menganalisis kemurnian suatu isolat/senyawa kimia yang diperoleh dari hasil isolasi dari bahan alam (Sastrohamidjojo, 1985).
KLT Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda. Dalam multi eluen, setelah pengembang tunggal menaik,kromatogram diangkat dari chamber dan dikeringkan, biasanya selama 5-10 menit. Kromatogram tersebut kemudian dielusi lagi dalam eluen segar dari pelarut yang sama dalam arah yang sama untuk jarak yang sama.Proses ini, yang dapat diulang berkali-kali, meningkatkan resolusi komponen dengan nilai RF bawah 0,5. Beberapa pengembang dilakukan dengan pelarut yang berbeda dalam arah yang sama, masing-masing yang menjalankan jarak yang sama atau berbeda, disebut elusi bertahap.Sebuah fase kurang polar dapat digunakan pertama, diikuti oleh fase yang lebih polar, atau sebaliknya. Pemindahan material nonpolar kebagian atas lapisan,meninggalkan zat terlarut polar terganggu darimana dia berasal. Setelahkering, zat terlarut polar dipisahkan olehpengembang dengan eluen(Cazes, 2004).
Multieluen adalah untuk mendapatkan resolusi yang baik dari hasil KLT.Memfokuskan zona pemisahan multi eluen, cocok digunakan untuk sampel yang memiliki noda dengannilai Rf di bawah 0.5. Sampel disentrifuge terlebih dahulu dengan menggunakan methanol p.a, sebabuntuk menjamin kemurnian senyawa. Sebab, methanol p.a merupakanpelarut yang khusus digunakan untuk analisis dan bebas dari pengotor.Berbeda dengan methanol teknis yang bisa saja mengandung pengotor seperti plasticizer dari wadah yang digunakan untuk menampung pelarut. agar seluruh area lempeng dapat digunakan sehingga senyawa yang masih menumpuk dalam satu noda, dapat ter-elusi kembali melalui sisi lempeng yang lain(Mary, 1996).





BAB III
PROSEDUR KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang dipakai
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, chamber, gunting, gelas ukur,  kolom kaca, lampu UV 254 nm dan 366 nm, lempeng KLT,  mistar, pensil 2B, pinset, pipa kapiler, sendok tanduk besi, statif,  timbangan analitik, dan vial.
III.1.2 Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, DPPH, ekstrak n-heksan daun bunga terompet (Mandivella sanderi), eluen, n-heksan : EtoAC dengan perbandingan 7:3 , 6:4 , 5:5 , 4:6 , 3:7 , 2:8 , 1:9 dan 0:10 , label, silica gel, tissue
III.2 Cara Kerja
Cara kerja kromatografi  kolom konvensional :
1)   Pengemasan Alat isolasi
Kolom dipasang tegak lurus pada statif,kemudian dibebas lemakkan menggunakan metanol. Bagian bawah kolom dilapisi kapas kemudian silika gel dimasukkan sampai terisi ½ dari kolom.lalu diketuk – ketuk sampai tidak terbentuk gelembung gas.


2)   Pemisahan/isolasi :
Silika gel ditimbang berdasarkan perbandingan 1 gram ekstrak : 100 gram silika gel (tergantung ketersediaan ektrak dan kapasitas kolom) . Dalam praktikum ini digunakan metode basah dimana silika gel disuspensikan menggunakan eluen n-hexan : EtoAC dengan perbandingan 10 : 0. Kemudian suspensi dari silika gel dimasukkan ke dalam kolom lalu dimampatkan.
Ekstraksi ditimbang berdasarkan perbandingan 1 g ektrak : 100 g silika gel dan dikemas menggunakan metode basah yaitu sampel disuspensikan dengan eluen dengan perbandingan 9 : 1 selapis diatas permukaan kertas saring, selanjutnya dielusi sampai menghasilkan fraksi – fraksi dan ditampung ke dalam vial. Eluen yang sebelumnya yang  telah habis diganti dengan eluen 8 : 2 , kemudian secara berturut – turut  dilanjutkan dengan eluen perbandingan 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, dan 0:10. Hasil kromatografi kolom berupa fraksi. Fraksi – fraksi digabung dan dianggap satu fraksi berdasarkan warna atau profil KLT.
3)   Pengujian fraksi aktif antioksidan dengan metode KLT (Gibbons, 2006)
Senyawa antioksidan adalah komponen penting dalam makanan dan berkontribusi dalam kesehatan manusia. Sifat antioksidan dari suatu senyawa bahan alam dapat diketahui dengan menggunakan metode uji KLT (TLC Assay). Senyawa yang mempunyai kemampuan antioksidan akan mampuh menstabilkan radikal 2,2-diphenyl-picrylhydrazyl (DPPH). Indikasi ini terdeteksi beberapa menit setelah penyemprotan DPPH menyebabkan terbentuknya warna kuning dengan latarbelakang ungu.
b. Kromatograsi Cair Vakum
c. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Fraksi aktif (dari KKK dan KCV) dilarutkan dengan n-heksan. Dibuat perbandingan eluen (9:1 atau 8:2). Didisiapkan lempeng KLTP, lempeng yang digunakan biasanya berukuran 20 x 20 cm. Setelah itu fraksi ditotolkan pada lempeng berbentuk pita pada garis penotolan yang telah dibuat sebelumnya. Setelah raksi ditotolkan pada lempeng, kemudian dikembangkan dengan eluen yang sesuai dan dapat memisahkan komonen kimia
Setelah pengembangan/elusi, pita-pita tersebut dideteksi dan diberi tanda kemudian dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai isolat. Kemudian isolate tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu disentrifuge. Selanjutnya dilakukan pengujian antioksidan pada lempeng KLT dengan metode DPPH.
1.      Pengerjaan Kromatografi
1.Penyiapan lempeng silika gel
            Dibuat lempeng dari silika gel dengan ukuran 7 cm x 1 cm menggunakan mistar dan lempeng silika gel dipotong dengan cutter yang sebelumnya telah diukur dan dilakukan penjenuhan chamber kemudian disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya , chamber diisi eluen n-heksan : etil dengan perbandingan 8 : 2 dengan kepolaran yang berbeda kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutup dan dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring hingga melewati penutup kaca (chamber telah jenuh)
2.      Penotolan sampel pada lempeng
            Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom cair vakum dularutkan dengan n-heksan kemudian masing-masing fraksi  diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan dan lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan seelah itu Dilakukan pengelusian terhadap lempeng yang telah ditotol dengan fraksi-fraksi n-heksan menggunakan eluen n-heksan:etil (8:2) dan bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan menggunakan pinset dan diamati secara langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV 254, UV 366, dan menyemprot lempeng dengan menggunakan DPPH.





BAB IV
Hasil Pengamatan
IV. 1 Gambar Hasil Pengamatan
A.    Kromatografi Kolom Konvensional
a. Fraksi 1




b.      Fraksi 2                           c. Fraksi 3
 




c. Fraksi 4








d.      Fraksi 5




e. Fraksi 6                         f. Fraksi 7




g. Fraksi 8
 








h. Fraksi 9
 








Keterangan gambar :
Fraksi 1                : Vial 1 - 17
Fraksi 2                : Vial 18
Fraksi 3                : Vial 19 - 21
Fraksi 4                : Vial 22-29
Fraksi 5                : Vial 30 - 35
Fraksi 6                : Vial 36
Fraksi 7                : Vial 37 40
Fraksi 8                : Vial 41 - 50
Fraksi 9                : Vial 51- 60
Gambar Fraksi di Sinar UV
a. Sinar Tampak






b.      Sinar UV 254











c. Sinar UV 366








Perhitungan Nilai Rf
Rf =
a.      Sinar Tampak
Tidak ada noda yang tampak
b.      Sinar UV 254
Tidak ada noda yang tampak
c.       Sinar UV 366
Tidak ada noda yang tampak
B.     Kromatografi Cair Vakum (KCV)
-       Gambar Fraksi
a.      Fraksi 1                                        b. Fraksi 2                   c. Fraksi 3

IV. 2 Perhitungan



d.      Fraksi 4                                                        e. Fraksi 5                         e.Fraksi 6





f.       Fraksi 7                                                     g. Fraksi 8               






H.    Fraksi 9






Keterangan gambar :
Fraksi 1           : Eluen n-Heksan : etil asetat (15 : 1)
Fraksi 2           :Eluen n-Heksan : etil asetat (10 : 1)
Fraksi 3           :Eluen n-Heksan : etil asetat (5 : 1)
Fraksi 4           :Eluen n-Heksan : etil asetat (1 : 1)
Fraksi 5           : Eluen n-Heksan : etil asetat (0 : 5)
Fraksi 6           :Eluen n-Heksan : etil asetat (0 : 50)
Fraksi 7           : Pelarut Metanol 1
Fraksi 8           : Etil asetat : Metanol (1 : 1)
Fraksi 9           : Pelarut Metanol 2
Gambar di sinar UV
a.      Sinar tampak






b.      Sinar UV 254





c.       Sinar UV 366
 






            Perhitungan Nilai Rf
Rf =
a.      Sinar Tampak
-       Fraksi 4
Noda 1 : 4,1. Nilai Rf =  = 0,745
Noda 2 : 4,6. Nilai Rf =  = 0,836
Noda 3 : 5,1. Nilai Rf =  = 0,927
-       Fraksi 5
Noda 1 : 4,8. Nilai Rf =  = 0,872
Noda 2 : 5,1. Nilai Rf =  = 0,927




b.      Sinar UV 254
-       Fraksi 4
Noda 1 : 4,1. Nilai Rf =  = 0,745
Noda 2 : 4,6. Nilai Rf =  = 0,836
Noda 3 : 5,1. Nilai Rf =  = 0,927
-       Fraksi 5
Noda 1 : 4,8. Nilai Rf =  = 0,872
Noda 2 : 5,1. Nilai Rf =  = 0,927
c.       Sinar UV 366
-       Fraksi 4
Noda 1 : 4,1. Nilai Rf =  = 0,745
Noda 2 : 4,6. Nilai Rf =  = 0,836
Noda 3 : 5,1. Nilai Rf =  = 0,927
-       Fraksi 5
Noda 1 : 4,8. Nilai Rf =  = 0,872
Noda 2 : 5,1. Nilai Rf =  = 0,927




BAB V
PEMBAHASAN
Kromatografi merupakan suatu pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, atau penukaran ion pada zat berpori, menggunakan cairan atau gas mengalir.
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu adalah : Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa ini membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan fasa lainnya merembes melewati dan melalui lapisan stasioner tersebut. Pemisahan secara kromatografi memanfaatkan sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat adalah kecenderungan molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk melekat dalam cairan (adsorpsi), dan kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian)
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun bunga terompet (Mandivella sanderi ). Dalam fitokimia dilakukan suatu proses ekstraksi, isolasi dan identifikasi dari suatu komponen kimia dari tumbuhan dan biota laut yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional yang berkembang menjadi obat modern. Menggunakan cara yang bervariasi tergantung dari sifat fisika dan kimia komponen tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan proses pemurnian dengan kristalisasi dengan tujuan mendapatkan senyawa kimia yang penampakannya bagus dan kelihatan lebih banyak. Metode fitokimia sangat penting artinya dalam bidang farmasi sebagai salah satu cara meneliti senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan.
Dalam  kromatografi,eluent  adalah  fasa  gerak  yang  berperan  penting  pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam  (adsorbent). Interaksi antara adsorbent eluent sangat menentukan terjadinya  pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan  komponen secara  kromatografi  dipengaruhi  oleh  laju  alir eluent  dan  jumlah umpan.
Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom juga dapat diterapkan pada KLT. Konsep ”lempeng teori” lebih sukar digambarkan, tetapi pemisahan ini dilakukan oleh keseimbangan berturutan cuplikan dalam dua fasa, satu diantaranya bergerak terhadap yang lainnya. Terjadi proses penyebaran molekul cuplikan karena proses nonideal.
Sifat kromofor dari struktur senyawa ini mudah dikenali di bawah lampu UV sehingga memudahkan identifikasi dalam kromatografi lapis tipis. Pada metode isolasi senyawa Î²-karoten dengan cara refluks yaitu tejadi penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan zat pelarut (kloroform) lalu dipanaskan dan diberikan batu didih agar pemanasan berlangsung secara merata. Uap-uap pelarut terkondensasi pada kondensor menjadi molekul-molekul pelarut yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, dan akan akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat. Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, setelah itu  filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan cara evaporasi. Evaporasi yaitu proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat.
a.       Kromatografi Kolom Konvensional (KKK)           
Pada metode ini, kolom diisikan dengan adsorben yang berupa padatan dalam hal ini adalah silika gel yang dicampurkan dengan pelarut n – heksan hingga membentuk bubur silika (slurry). Slurry dimasukkan dengan hati-hati kedalam kolom kromatografi yang telah diisikan n-heksan yang sebelumnya telah disumbat dengan kapas dan kertas saring yang berfungsi sebagai penahan adsorben agar tidak keluar bersama eluen. Pengisian kolom harus dikerjakan secara seragam dan sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya gelembung-gelembung udara. Jika terdapat gelembung-gelembung udara dalam kolom maka akan berpotensi menyebabkan pecahnya kolom.
Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi. Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaloran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau system bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan kran.
Hal lain yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pemecahan kolom adalah dengan menambahkan eluen secara kontinu agar udara tidak masuk kedalam kolom. Kolom yang padat diindikasikan dengan warna slurry yang semakin memutih dan kecepatan alir eluen yang semakin lambat. Jika kolom sudah memadat, larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom . Mekanisme yang terjadi pada kromatografi kolom ialah sample akan terelusi oleh eluen (n-heksan) melalui fase diam silika gel. Senyawa organik terelusi oleh eluen proses elusi terjadi karena keseimbangan distribusi zat analit pada fase gerak n-heksan dan fase diam selika gel. Elusi terus berlangsung hingga tidak ada lagi yang tinggal dalam kolom. Proses elusi ini menghasilkan eluat yang diharapkan mengandung banyak betakaroten. 
Kelebihan kromatografi kolom :
1.    Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative
2.    Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran
3.    Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi
Kekurangan kromatografi kolom :
 1.  Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual
 2.  Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming)
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatlan hasil kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen berdasarkan tingkat kepolaran yang lebih tinggi yang selanjutnya akan diisolasi kembali dengan metode yang cocok. Pada sinar UV tidak menampakkan noda, hal tersebut dapat disebabkan adanya faktor kesalahan
b.      Kromatografi Cair Vakum
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida
Setelah ekstrak dievaporasi kemudian dilanjutkan proses pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas kering dengan penjerap silika gel KL 254 dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah (n-heksana) dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai. Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom dan dihisap perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan mengvakumkannya. Kolom, dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, mulai dengan pelarut yang kepolarannya rendah (n-heksana) lalu kepolaran ditingkatkan perlahan-lahan dengan cara elusi gradien antara n-heksana:etil asetat:metanol, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi.
Pengaruh lebarnya kolom pada KVC mengakibatkan fraksi sampel turun satu persatu, dan bila pelarutnya telah habis maka harus dibuat pelarut dengan kosentrasi sama, dan diturunkan kembali fraksinya. Sedangkan panjang kolom, mengakibatkan semakin panjang kolom maka waktu atau cepat lambatnya turun fraksi senyawa.
Adapun keuntungan dan kerugian dari kromatografi kolom adalahsebagai berikut :
a.Keuntungan
1.Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbandingdengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100μl/menit)
2.Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
3.Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekatkarenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampelterbatas missal sampel klinis
b.Kerugian KCV (Kromatografi Vakum Cair) :
1.Membutuhkan waktu yang cukup lama
2.Sampel yang dapat digunakan terbatas
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatkan hasil kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen. Berdasarkan hasil noda yang tampak ada 2 fraksi yang menampakkan noda pada fraksi 4, noda 1 : 4,1 cm memiliki nilai Rf = 0,745, noda 2 : 4,6 cm memiliki nilai Rf = 0,836, noda 3 : 5,1 cm memiliki nilai Rf = 0,927. Sedangkan pada fraksi 5, noda 1 : 4,8 cm memiliki nilai Rf = 0,872, dan pada noda 2 : 5,1 cm memiliki nilai Rf = 0,927. Senyawa tersebut selanjutnya akan diisolasi kembali dengan menggunakan metode pemisahan yang cocok, seperti  Kromatografi Preparatif.
C.  Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam.
Cuplikan pada KLTP dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri ( heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5% - 10%. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita.
KLTP klasik mempunyai beberapa kekurangan, kekurangan yang utama adalah pengambilan senyawa dari pelat yang dilanjutkan dengan pengekstrasian dari penjerap. Jika senyawa beracun harus dikerok dari pelat, dapat menimbulkan masalah yang serius (misalnya Adolf dkk. 1982). Kekurangan yang lainya ialah jangka waktu yang diperlukn untuk pemisahan dan adanya pencemar dan sisa dari pelat sendiri setelah pengekstrasian pita yang mengandung senyawa yang dipisahkan dengan pelarut (Szekely 1983).
Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, beberapa pendekatan yang melibatkan kromatografi sentrifugal telah dicoba. Pada prinsipnya kromatografi sentrifugal adalah kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleh gaya sentrifugal.
Adapun keuntungan dan kerugiaan KLTP yaitu :
keuntungan :
Salah satu pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah danmemakai peralatan paling dasar adalah kromatografi lapis tipis preparatif.
Kerugian:
Ketebalan dari lempeng menyebabkan waktu yang dibutuhkan menjadilebih lama dibadingkan dengan KLT pada umumnya.
Setelah fraksi senyawa didapatkan, selanjutnya dengan menggunakan KLT kita menghitung Rf (retention fraksion), dimana bila didapat senyawa yang Rfnya sama atau pola nodanya sama, maka kemungkinan senyawa itu adalah sama. Dan terakhir, kita uji fitokimia dari senyawa tersebut (ekstraks n- heksana kulit batang nangka). Namun langkah ini tidak dapat dilakukan karena waktu yang tidak mengizinkan lagi.
Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian Kromatigrafi yaitu :
a. Pada UV 254 nm
          Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.

b. Pada UV 366 nm
            Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c.    Penyemprotan dengan DPPH
Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan adalah metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini menggunakan  kontrol positif  sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel.           

Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena :
1.   Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat
2.   Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa
3.   Lempeng yang tidak rata


BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
A. Kromatografi Kolom Konvensional
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatlan hasil kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen berdasarkan tingkat kepolaran yang lebih tinggi yang selanjutnya akan diisolasi kembali dengan metode yang cocok. Pada sinar UV tidak menampakkan noda, hal tersebut dapat disebabkan adanya faktor kesalahan.
B.  Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatkan hasil kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen. Berdasarkan hasil noda yang tampak terdapat 2 fraksi yang menampakkan noda yaitu pada fraksi 4 dan fraksi 5 .Pada Fraksi 4, noda 1 memiliki nilai Rf = 0,745, noda 2 memiliki nilai Rf = 0,836, dan  noda 3 memiliki nilai Rf = 0,927. Sedangkan pada fraksi 5, noda 1 memiliki nilai Rf = 0,872, dan pada noda 2 memiliki nilai Rf = 0,927. Senyawa tersebut selanjutnya akan diisolasi kembali dengan menggunakan metode pemisahan yang cocok, seperti  Kromatografi Preparatif.


V.2 Saran
Diharapkan kebersihan dan bahan lebih dilengkapi dilaboratorium agar praktikum lebih lancar.




















DAFTAR PUSTAKA
Hayani, E., 2007. “Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara Kromatografi Kolom”.Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono.1985. Kromatografi Edisi kedua, Liberty. Yogyakarta

Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. JICA. Malang
Sumar Hendayana. 2010. Kimia Pemisahan. PT Remaja Rosdakarya,. Bandung.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta






Tidak ada komentar:

Posting Komentar