A. MAKSUD PRAKTIKUM
Adapun maksud dari praktikum
ini adalah menganalisa kadar SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) dalam darah.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar
SGOT (Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) dalam
darah.
C. PRINSIP PRAKTIKUM
Adapun prinsip dari
percobaan ini adalah penentuan kadar dalam darah dari :
a.
SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
L-aspartat +
2-oksoglutarat ASAT L-glutarat + oksaloasetat
Oksaloasetat + NADH + H+ MDH D-malat +NAD+
b. dan SGPT (Serum
Glutamic Piruvic Transaminase)
L-alanin +
2-oksoglutarat ASAT L-glutamat + piruvat
Piruvat + NADH + H+ MDH
D-laktat +NAD+
Dengan metode
spektrofotometri pada panjang gelombang 365 nm..
D. DESKRIPSI DATA KLINIS
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang secara
normal berada disel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika
hati rusak. Level SDOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati,
seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST). (Poedjiadi, 1994)
Aspartate transaminase (AST) atau serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) adalah enzim yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh,
terutama dalam jantung dan hati; enzim itu dilepaskan ke dalam serum sebagai
akibat dari cedera jaringan, oleh karena itu konsentrasi dalam serum (SGOT)
dapat meningkat pada penyakit infark miokard atau kerusakan aku pada sel-sel
hati (Dorland, 1998).
SGPT
adalah singkatan dari Serum Glutamik
Piruvat Transaminase , SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada
sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini
dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka.
Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan
parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. ( joyce, 1997).
ALT/SGPT suatu
enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa
kerusakan hepatoseluler. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi sebelum ikretik
terjadi. Pada ikretik dan ALT serum>300 unit, penyebab yang paling mungkin
karena gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik (Joyce, 1997).
E. NILAI RUJUKAN DATA KLINIS
1. SGOT
Dewasa : 5-40 U/mL(Frankel), 4-36 IU/L, 16-60 U/mL pada 30o C (Karmen), 8-33 U/L pada 37oC (unit SI), pada wanita nilainya agak sedikit lebih
rendah dari pria. olahraga mempengaruhi peningkatan kadar serum. Anak :
Bayi baru lahir : Empat kali dari nilai normal.
Lansia : Sedikit lebih tinggi dari orang dewasa (Joyce, 1997)
2. SGPT
Dewasa : 5-35 U/mL (Frankel), 5-25 mU/mL (Wrobleweski). 8-50 U/mL pada suhu 30 0C
(Karmen), 4-35 U/L pada suhu 370S (unit S1). Anak : bayi : dapat dua kali tinggi orang dewasa; Anak: sama dengan dewasa.
Lansia : agak lebih tinggi dari dewasa (Joyce, 1997)
F.
INTERPRETASI
DATA KLINIS
Nilai normal SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase) untuk orang dewasa adalah laki-laki : 0 – 37 U/L dan
perempuan : 0 – 31 U/L.
a.
Kelompok 1 = 0,0285 U/L < 0 – 37 U/L (kadar normal)
b.
Kelompok 2 = 0,00356 U/L
masuk dalam ranges 0 – 37 U/L (Kadar normal)
c.
Kelompok 3 = 0,005 U/L
masuk dalam ranges 0 – 37 U/L (Kadar
normal)
d.
Kelompok 4 = 0,0251 U/L
masuk dalam ranges 0 – 37 U/L (Kadar
normal)
Nilai normal SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) untuk
orang dewasa adalah untuk laki-laki : 0 – 42 U/L, perempuan : 0 – 32 U/L
a.
Kelompok 1 = 0,0007 U/L
masuk dalam ranges 0 – 42 U/L (Kadar
normal).
b.
Kelompok 2 = 0,0057 U/L
< 0 – 42 U/L (Penurunan kadar)
c.
Kelompok 3 = 0,001 U/L
masuk dalam ranges 0 – 42 U/L (Kadar
normal)
d.
Kelompok 4 = 0,001 U/L masuk dalam ranges 0 – 42 U/L (Kadar normal)
Masalah klinis SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase):
·
Penurunan kadar : kehamilan, diabetik ketoasidosis, beri-beri.
·
Peningkatan
kadar : Infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis hepar, penyakit dan
trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut, ekslampsia, gagal jantung kongestif
(GJK). Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai AST : Antibiotik, narkotik,
vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), antihipertensi (metildopa [Aldoment],
guanetidin), teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane),
indometasin (Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi oral,
salisilat, injeksi intramuskular (IM) (Joyce, 1997).
Masalah klinis SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase):
·
Peningkatan
Kadar :
·
Peningkatan
paling tinggi : Hepatitis (virus) akut, hepatoksisitas yang menyebabkan
nekrosis hepar (toksisitas obat atau kimia); agak atau meningkat sedang :
sirosis, kanker hepar, gagal jantung kongesif, intoksisitas alkohol akut;
peningkatan marginal : infrak miokard akut (IMA). Antibiotik,
narkotik, metildopa (Aldomet), guanetidin, sediaan digitalis, indometasin
(Indocin), salisilat, rifampisin, flurazepam (Dalamane), propanolol (Inderal),
kontrasepsi oral, timah, heparin (Joyce, 1997)
G. OBAT-OBAT DAN MAKANAN YANG BERPENGARUH
·
Obat
yang berpengaruh
Antibiotik,
narkotik, vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), antihipertensi (metil
dopa [Aldomet], guanetidin), teofilin, golongan digitalis, kostison, flurazepam
(Dalmane), indometasin (Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi
oral, salisilat, injeksi intramuskular (IM).
·
Makanan yang
berpengaruh
Penyebab yang paling umum
dari kenaikan-kenaikan yang ringan sampai sedang dari enzim-enzim hati ini
(SGOT dan SGPT) adalah fatty liver (hati
berlemak),
penyalahgunaan alcohol dan penyebab-penyebab
lain dari fatty liver termasuk diabetes mellitus dan kegemukan (obesity) (http://repository.unand.ac.id).
H. FISIOLOGI
Dua macam
enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati termasuk dalam golongan
aminotrasferase, yakni enzim yang mengkatalisis pemindahan gugusan amino secara
reversible antara asam amino dan asam alfa-keto. Aspartat aminotransferase
(AST) atau glutamat oksaloasetat transaminase (GOT) mengerjakan reaksi antara
asam aspartat dan asam alfa-ketoglutamat. Alanin aminotransferase (AST) atau
glutamat piruvat transaminase (GPT) melakukan reaksi serupa antara alanin dan
asam alfa-ketoglutamat (Hidayat, 2010).
SGOT
( Serum Glutamik Oksaloasetik
Transaminase ) adalah enzim transaminase sering disebut juga AST (Aspartat Amino Transferase) katalisator
perubahan dari asam amino menjadi asam alfa ketoglutarat. Enzim ini berada pada
serum dan jaringan terutama hati dan jantung ( Sutedjo, 2006).
SGPT
(Serum Glutamik Piruvat Transaminase )
merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan
tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (Alanin Aminotransferase) (Sutedjo, 2006).
I. PATOLOGI
SGPT
(Serum Glutamik Piruvat Transaminase )
merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan
tubuh terutama hati. Sering disebut juga ALT (Alanin Aminotransferase). Peningkatan dalam serum darah
mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati (
Sutedjo, 2006).
Kadar ALT/SGPT seringkali
dibandingkan dengan AST/SGOT untuk tujuan diagnostik. ALT meningkat lebih khas
daripada AST pada kasus nekrosis hati dan hepatitis akut, sedangkan AST
meningkat lebih khas pada nekrosis miokardium (infark miokardium akut),
sirosis, kanker hati, hepatitis kronis dan kongesti hati (Akatsuki, 20009).
SGOT
banyak terdapat dalam mitokondria dan dalam sitoplasma, sedangkan SGPT hanya
terdapat dalam sitoplasma. Oleh karena itu, untuk proses lebih lanjut, terjadi
kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak mengeluarkan SGOT atau
AST, sedangkan untuk proses akut SGPR atau ALT lebih dominan dibanding SGOT
atau AST (Panil, 2007).
Berdasarkan
interpretasi, semua sel prinsipnya mengandung enzim ini. Namun, enzim
transaminase mayoritas terdapat dalam sel hati, jantung, dan otak. Pada keadaan
adanya nekrosis sel yang hebat, perubahan permeabilitas membran atau kapiler,
enzim ini akan bocor ke sirkulasi. Sebab ini, enzim ini akan meningkat
jumlahnya pada keadaan nekrosis sel atau proses radang akut atau kronis (Panil,
2007 ).
Tes
faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik yang
bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam
tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati
terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai
normal. Albumin dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan
bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat
(Suwandhi, 2011).
Tes
faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal
hati seperti Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya
kurang dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubin dapat
lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai
normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal,
kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya
masih normal kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin
globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang
(Suwandhi, 2011).
ALT dan AST adalah dua penanda paling dapat diandalkan dari
cedera atau nekrosis hepatoseluler. Tingkat mereka dapat meningkat dalam
berbagai gangguan hati. Dari dua, ALT dianggap
lebih spesifik untuk kerusakan hati karena hadir terutama dalam sitosol hati
dan dalam konsentrasi rendah di tempat lain. AST memiliki bentuk sitosol dan
mitokondria dan hadir di jaringan hati, jantung, otot rangka, ginjal, otak,
pankreas, dan paru-paru, dan sel darah putih dan merah. AST kurang umum disebut
sebagai oksaloasetat transaminase serum glutamic dan ALT piruvat transaminase
sebagai serum glutamat. Meskipun tingkat ALT dan AST bisa sangat tinggi
(melebihi 2.000 U per L dalam kasus cedera dan nekrosis hepatosit yang
berhubungan dengan obat-obatan, racun, iskemia, dan hepatitis), ketinggian
kurang dari lima kali batas atas normal (yaitu, sekitar 250 U per L dan bawah)
jauh lebih umum dalam kedokteran perawatan primer. Kisaran etiologi yang
mungkin pada tingkat elevasi transaminase lebih luas dan tes kurang spesifik.
Hal ini juga penting untuk mengingat bahwa pasien dengan ALT normal dan tingkat
SGOT dapat mempunyai penyakit hati yang signifikan dalam pengaturan cedera
hepatosit kronis (misalnya, sirosis, hepatitis C).( Pault, 2005)
Tingkat- tingkat
yang tepat dari enzim-enzim ini
tidak berkorelasi baik dengan luasnya kerusakan hati atau prognosis. Jadi,
tingkat-tingkat AST (SGOT) dan ALT (SGPT) yang tepat tidak dapat digunakan
untuk menentukan derajat kerusakan hati atau meramalkan masa depan. Contohnya,
pasien-pasien dengan virus hepatitis A akut mungkin mengembangkan
tingkat-tingat AST dan ALT yang sangat tinggi (adakalanya dalam batasan ribuan
unit/liter). Namun kebnyakan pasien-pasien dengan virus hepatitis A akut sembuh
sepenuhnya tanpa sisa penyakit hati. Untuk suatu contoh yang berlawanan,
pasien- pasien dengan infeksi hepatitis C kronis secara khas mempunyai hanya
suatu peningkatan yang kecil dari tingkat- tingkat AST dan ALT mereka. Beberapa
dari pasien- pasien ini mungkin mempunyai penyakit hati kronis yang berkembang
secara diam- diam seperti hepatitis kronis dan sirosis (Gunawan, 2011)
J. PENGAMBILAN SPESIMEN
a.
Pemeriksaan
SGOT
1. Penyiapan
Serum
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dimasukkan
darah ke dalam tabung sentrifuge
c. Disentrifuge
selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d. Diambil
serum darah
e. Dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
2. Pengukuran
absorban blanko
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dipipet
100 µL aquadest
ke dalam kuvet
c. Ditambahkan
1000 µL reagen 1 SGOT
d. Diinkubasi
selama 5
menit pada suhu 37o C
e. Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT,
dihomogenkan
f. Diukur
absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
3. Pengukuran
absorban sampel
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dipipet
100 µL serum
darah ke dalam kuvet
c. Ditambahkan
1000 µL reagen 1 SGOT
d. Diinkubasi
selama 5
menit pada suhu 37o C
e. Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT,
dihomogenkan
f. Diukur
absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
g. Diukur lagi absorbansinya pada menit
ke-2, ke-3, dan ke-4
h. Dicatat nilai absorbansinya
Perhitungan :
b.
Pemeriksaan
SGPT
1. Penyiapan
Serum
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dimasukkan
darah ke dalam tabung sentrifuge
c. Disentrifuge
selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d. Diambil
serum darah dan dimasukkan ke dalm tabung reaksi
e. Dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
2. Pengukuran
Absorban Blanko
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dipipet
100 µL aquadest
ke dalam kuvet
c. Ditambahkan
1000 µL reagen 1 SGPT
d. Diinkubasi
selama 5
menit pada suhu 37o C
e. Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT,
dihomogenkan
f. Diukur
absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm.
3. Pengukuran
Absorban Sampel
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Dipipet
100 µL serum
darah ke dalam kuvet
c. Ditambahkan
1000 µL reagen 1 SGPT
d. Diinkubasi
selama 5
menit pada suhu 37o C
e. Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT,
dihomogenkan
f. Diukur
absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
g. Diukur lagi absorbansinya pada menit
ke-2, ke-3, dan ke-4
h. Dicatat nilai absorbansinya
Perhitungan :
.
K.
METODE
PENGUJIAN
Analyzer kimiawi otomatis. Pengukuran kadar menggunakan prinsip
penyerapan (absorbance) molekul zat warna. SGOT biasanya diukur dengan
reagen 1 (Tris, L-aspartat,MDH,dan LDH) dan Reagen 2 (2-oksoglutarat dan NADH)
serta reagen Piridoksal 5-fosfat FS dan SGPT biasanya diukur dengan reagen 1
(Tris, L-alanin, dan LDH) dan Reagen 2 (2-oksoglutarat dan NADH) serta reagen
Piridoksal 5-fosfat FS. Pengujiann dengan spektrofotometri UV optimal menurut
rekomendasi dari IFCC (Internasional
Federation of Clinical Chemistry).
L.
PERHITUNGAN
NILAI DATA KLINIS
. Kelompok I
§ SGOT
A1 : 0,252
A2 : 0,253
A3 : 0,256
A4 : 0,256
SGOT =
=
=
§ SGPT
A1 : 0,182
A2 : 0,183
A3 : 0,179
A4 : 0,183
SGPT =
=
=
Kelompok
II
§ SGOT
A1 : 0,161
A2 : 0,154
A3 : 0,156
A4 : 0,156
SGOT =
=
=
§ SGPT
A1 : 0,008
A2 : 0,004
A3 : 0,004
A4 : 0,000
SGPT =
=
=
Kelompok
III
§ SGOT
A1 : 0,186
A2 : 0,184
A3 : 0,192
A4 : 0,193
SGOT =
=
=
§ SGPT
A1 : 0,032
A2 : 0,036
A3 : 0,026
A4 : 0,000
SGPT =
=
=
Kelompok
IV
§ SGOT
A1 : 0,086
A2 : 0,086
A3 : 0,121
A4 : 0,114
SGOT =
=
=
§ SGPT
A1 : 0,069
A2 : 0,071
A3 : 0,074
A4 : 0,063
SGPT =
=
=
M. PEMBAHASAN
Darah merupakan komponen
esensial mahluk hidup,mulai dari binatang primitive sampai manusia.Dalam
keadaan fisiologik,darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai (a) pembawa oksigen; (b)mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi dan (c) mekanisme
hemostasis.
Susunan darah terdiri dari serum darah atau plasma yang terdiri dari air
(90%), protein (80% terdiri dari albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen),
mineral ( 0,9% terdiri dari natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dan
kalsium, fosfor, magnesium, dan besi), Gas (oksigen dan karbondioksida),
hormone-hormon, enzim dan antigen.
Serum merupakan bagian dari cairan tubuh yang bercampur dengan
darah. Serum sendiri dapat diartiakan sebagai cairan tanda sel darah dan fator
koagulasi atau fibrinogen.Serum merupakan juga sebuah plasma darah tanpa adanya
fibrinogen. Serum ini terdariadri 4 jenis berdasarkan komponen yang terkandung
didalamnya yaitu, serum albumin,serum globulin, serum lipoprotein dan serum
wewenang. Masing-masing jenis serum memiliki fungsi yang berbeda meskipun dalam
satu larutan plasma darah
Pada pengambilan darah
dilakukan pada vena cubiti. Caranya yaitu dengan membersihkan tempat yang akan
diambil darahnya dengan kapas alkohol,dibiarkan kering kemudian dipasang
torniquit pada lengan atas dan tangan dikepal.pembendungan sebaiknya jangan
terlalu erat,kemudian kulit ditusuk dengan jarum sampai masuk kedalam lumen vena. Selanjutnya
penghisap ditarik perlahan-lahan sampai jumlkah darah yang
dinginkan,pembendungan dilepas kan dan kapas diletakkan diatas jarum kemudian
dicabut.Bekas tusukan ditekan dengan kapas.
SGOT
singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang
biasanya hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah
ketika hati atau jantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi
dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus ) atau dengan serangan
terhadap jantung (misalnya, dari serangan jantung). Beberapa obat juga dapat
meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST).
Pemeriksaan
SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) didasarkan atas reaksi
2-oksoglutarat yang direaksikan dengan L-aspartat dengan bantuan enzim AST
(aspartat transminase) akan menghasilkan L-glutarat dan oksaloasetat. Kemudian
dalam keadaan basa oksaloasetat akan bereaksi dengan NADH yang terdapat pada reagen
2 SGOT yang akhirnya menghasilkan D-malat dan NAD+.
SGPT
adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, SGPT atau juga
dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak
ditemukanpada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi
hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung,
ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada
SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis
didapat sebaliknya.SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Dalam uji SGOT dan SGPT,
hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar
dari kadar normalnya
Pada
pemeriksaan SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) didasarkan atas reaksi
2-oksoglutarat yang direaksikan dengan L-alanin yang terdapat pada reagen 1
SGPT dengan bantuan enzim ALT (alanin transminase) akan menghasilkan L-glutamat
dan piruvat. Kemudian dalam keadaan basa piruvat akan bereaksi dengan NADH yang
terdapat pada reagen 2 SGOT yang akhirnya menghasilkan L-laktat dan NAD+.
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini adalah untuk menentukan kadar SGOT & SGPT dalam
serum dengan metode spektrofotometri dan
mengetahui interpretasi data secara klinis.
Penggunaan
metode Spektrofotometri UV untuk mengukur kadar SGOT/ AST dan SGPT/ ALT dalam
serum karena metode ini sangat mudah dan
cepat, tetapi juga paling mungkin menghasilkan hasil yang tidak akurat.
Pada percobaan ini darah di disentrifuge selama kurang lebih 15 menit
dengan kecepatan 5000 rpm, untuk memisahkan antara serum (lapisan atas) dan
plasma (lapisan bawah). Alasan serum digunakan karena serum tidak mengandung
fibrinogen dimana fibrinogen tersebut terdapat pada plasma yang dapat
mengakibatkan pengukuran absorban meningkat 3-5%.
Nilai rujukan untuk
SGOT
/ AST yaitu dewasa : 5-40 u/ml (frankel),
4-36 iu/l, 16-60 u/ml pada 300c (karmen), 8-33 u/l pada 370c
(unit SI) untuk laki-laki : 0 – 37 U/L dan perempuan : 0 – 31 U/L. Anak : bayi
baru lahir empat kali dari nilai normal, Lansia : sedikit lebih tinggi dari
orang dewasa. Dengan interpretasi data Penurunan
kadar : kehamilan, diabetik ketoasidosis, beri-beri. Peningkatan kadar : infark miokard akut (IMA), ensefalitis,
nekrosis, hepar, penyakit dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut,
eklampsia, gagal jantung kongestif (GJK).
Untuk nilai rujukan SGPT / ALT yaitu dewasa :5-35 u/ml (frankel), 4-25 mu/ml (wrobleweski), 8-50 u/ml pada 300c (karmen), 4-35
u/l pada 370c (unit SI), untuk laki-laki : 0 – 42 U/L, perempuan : 0
– 32 U/L, Anak: bayi : dua kali dari
nilai normal orang dewasa Lansia : agak lebih tinggi daripada dewasa. Dengan
masalah klinis untuk Peningkatan kadar
: peningkatan paling tinggi : hepatitis (virus) akut, hepatotoksisitas yang
menyebabkan nekrosis hepar (toksisitas obat atau kimia); agak atau meningkat
sedang : sirosis, kanker hepar, gagal jantung kongestif, intoksikasi alkohol
akut; peningkatan marginal : infark miokard akut (IMA).
Dari
praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan hasil yaitu kadar SGOT dan
SGPT kelompok I berturut-turut yaitu 0,0285 U/L
dan 0,0007 U/L, kadar SGOT dan SGPT kelompok II berturut-turut
yaitu 0,00356 U/L dan 0,0057 U/L, kadar SGOT dan SGPT kelompok III berturut-turut
yaitu 0,005 U/L dan 0,01 U/L, dan kadar SGOT dan SGPT kelompok IV berturut-turut
yaitu 0,00251 U/L dan 0,01 U/L
Dari data tersebut di atas dimana
semua probandus adalah laki-laki dan perempuan dengan nilai rujukan normal
SGOT(L = 0-37 U/L dan P = 0-31 U/L) dan SGPT masing-masing L= 0-42 U/L dan P=
0-32 U/L, maka dikatakan bahwa kadar SGOT dan SGPT untuk semua probandus berada
dalam range normal.
Penyebab yang paling umum
dari kenaikan-kenaikan yang ringan sampai sedang dari enzim-enzim hati ini
(SGOT dan SGPT) adalah fatty liver (hati berlemak), penyalahgunaan alcohol dan penyebab-penyebab lain dari fatty liver
termasuk diabetes mellitus dan kegemukan (obesity).
N.
KESIMPULAN
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan :
1. Kadar SGOT (transaminase oxaloacetic glutamik
serum) :
Kelompok I = 0,0285 U/L
Kelompok II = 0,00356 U/L
Kelompok III = 0,005 U/L
Kelompok IV = 0,0251 U/L
2. Kadar SGPT (transaminase piruvat glutamik serum) :
Kelompok I = 0,0007 U/L
Kelompok II = 0,0057 U/L
Kelompok II = 0,01 U/L
Kelompok IV = 0,01 U/L
Dengan
nilai rujukan Kadar SGOT pada dewasa normal 0 – 37 U/L (L) dan 0 – 31 U/L (P)
sedangkan kadar SGPT normal 0 – 42 U/L (L) dan 0 – 32 U/L (P),sehingga
probandus dari semua kelompok masuk range.
.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2012.”Tuntunan
Praktikum Kimia Klinik “. Universitas Muslim Indonesia : Makassar
Gunawan.
2011. http://www.totalkesehatananda.com/darahhati2.html. jakarta. Diakses
tanggan 25 juni 2011
Joyce. L,
1997. Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik. EGC : Jakarta
Pearce, Evelyn., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis. Gramedia: Jakarta
Tjay tan hoan. 2002. “Obat-Obat Penting
edisi V”. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
Poedjiadi,
1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. UI Press : Jakarta
Sutedjo,
A.Y. 2006. Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium. Cetakan I, Amara Books, Yogjakarta
http://labkesehatan.com. Diakses tgl 4/7/12.
LAMPIRAN
A.
Data Tabel
Klp
|
SGOT
|
Nilai
|
SGPT
|
Nilai
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
I
|
0,252
|
0,253
|
0,265
|
0,256
|
0,0285
|
0,182
|
0,183
|
0,179
|
0,183
|
0,007
|
II
|
0,161
|
0,154
|
0.156
|
0,156
|
0,00356
|
0,008
|
0,004
|
0,004
|
0,000
|
0,0057
|
III
|
0,186
|
0,184
|
0,192
|
0,193
|
0,005
|
0,032
|
0,036
|
0,026
|
0,000
|
0,01
|
IV
|
0,086
|
0,086
|
0,121
|
0,114
|
0,0251
|
0,069
|
0,071
|
0,074
|
0,063
|
0,01
|
B.
Komposisi
Reagen
1. Reagen SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) (Anonim, 2011)
a. Reagen 1
TRIS pH 7,65 110 mmol/L
L-aspartat 320
mmol/L
MDH (Malat dehidrogenase) ≥
800 U/L
LDH (Laktat dehidrogenase) ≥
1200 U/L
b. Reagen 2
2 – oksoglutarat 65 mmol/L
NADH 1 mmol
Pridoksal 5 – fosfat FS
Buffer yang baik pH 9,6 100
mmol/L
Piridoksal – 5 – fosfat 13 mmol/L
2.
Reagen
SGPT (serum glutamic piruvat
transaminase) (Anonim, 2011)
a. Reagen 1
TRIS pH 7,15 140 mmol/L
L – alanin 700
mmol/L
LDH (Laktat dehidrogenase) ≥
2300 U/L
b. Reagen 2
2 – oksoglutarat 85 mmol/L
NADH 1 mmol/L
Piridoksal 5 – fosfat FS
Buffer
yang baik pH 9,6 100 mmol/L
Piridoksal – 5 – fosfat 13
mmol/L
C. Skema
Kerja
a. Pemeriksaan
SGOT/ AST
1. Penyiapan serum
Disiapkan alat danbahan
Dimasukkan darah ke
dalam tabung sentrifuge
Disentrifuge selama ± 15 menit
dengan kecepatan 6000 rpm
Diambil serum
darah dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Pengukuran
absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan
Dipipet 100 µl aquadest ke dalam kuvet
Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGOT
Diinkubasi pada suhu 37o C
selama 5 menit
Ditambahkan 250µl reagen 2 SGOT
Diinkubasi
selama 15 menit pada suhu 37oC
Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm.
3. Pengukuran
absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan
Dipipet
100 µl serum ke dalam kuvet
Ditambahkan
1000 µl reagen 1 SGOT
Diinkubasi
pada suhu 37o C selama 5 menit
Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGOT
Diinkubasi
selama 15 menit pada suhu 37oC
Diukur absorban pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 546 nm.
Diukur lagi
absorbannya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4,dicatat absorbansinya
b. Pemeriksaan
SGPT/ ALT
1. Penyiapan
serum
Disiapkan alat dan bahan
Dimasukkan darah ke
dalam tabung sentrifuge
Disentrifuge selama ±15 menit dengan
kecepatan 6000 rpm
Diambil serum
darah dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Pengukuran
absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan
Dipipet 100 µl aquadest ke dalam kuvet
Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGPT
Diinkubasi pada suhu 37o C
selama 5 menit
Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT
Diinkubasi
selama 15 menit pada suhu 37oC
Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 365 nm.
3. Pengukuran
absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan
Dipipet 100 µl serum ke dalam kuvet
Ditambahkan 1000 µl reagen 1 SGPT
Diinkubasi pada suhu 37o C
selama 5 menit
Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT
Diinkubasi
selama 15 menit pada suhu 37oC
Diukur absorban pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 546 nm.
Diukur lagi
absorbannya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4,dicatat absorbansinya
klo sgot 48 & sgpt 135, it artinya apa dokter.
BalasHapusterimakasih atas infonya
BalasHapusflux