BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan kita tergantung pada kemampuan kita
mengendalikan mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dikendalikan yaitu dengan
dibasmi, dihambat atau juga ditiadakan dari lingkungan dengan proses yang
dinamakan sterilisasi. Sterilisasi adalah suatu usaha atau proses untuk
mematikan semua mikoorganisme yang hidup.
Sterilisasi
terhadap ruangan dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan mikroorganisme
yang terdapat dalam suatu ruangan tertentu sehingga ruangan tersebut dapat
dinyatakan steril dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain
untuk operasi, untuk produksi sediaan obat steril dan pengemasan obat steril.
Dalam percobaan ini dilakukan
uji sterilisasi dengan menggunakan Enkas, sinar UV, dan Laminary Air Flow
(LAF). Di mana ketiga metode diatas memiliki mekanisme
tersendiri dalam meminimalkan atau membunuh mikroorganisme.
Ruang steril sangat
penting dalam bidang kesehatan, contoh ruang steril antara lain ruang bedah,
ruang pasca operasi, termasuk dalam industri farmasi, khususnya sediaan steril
(injeksi dan lain-lain). Ruang-ruang tersebut dibutuhkan adanya pengujian
sterilisasi yang baku. Untuk pengujian tersebut dibutuhkan adanya kesterilannya
sebab diharapkan tidak adanya kontak bakteri dengan bahan atau alat yang
digunakan yang pada akhirnya akan merugikan bagi manusia.
- Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat sterilisasi
dari ruangan LAF (Laminator Air Flow), enkas dan lampu UV?
- Maksud Praktikum
Untuk melakukan uji sterilitas dan LAF, lampu UV, dan enkas
D. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan sterilitas
ruangan lampu UV, Laminary Air Flow (LAF), dan enkas.
- Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui cara
pengujian ruang steril dan menentukan tingkat sterilitas dari ruangan seperti
UV, LAF(Laminary Air Flow), dan enkas.
F. Kerangka
Pikir
Ruang steril
|
Steril
|
Sterilitas
|
Memenuhi syarat atau tidak
|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori
Umum
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap
benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan
mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat
dimatikan setempat (in situ) oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide,
etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia, oleh sinar
lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga daapat disingkirkansecara
mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tingggi atau oleh filtrasi (Irianto, 2006).
Sterilisasi dan densifektan sering digunakan di rumah
sakit dan laboratorium berbatas atau mengontrol pertumbuhan dari mikroorganisme
yang berpotensi pathogen untuk perlindungan dari pasien dan staf. Dua prosedur
ini tidak terhindarkan dan sebaiknya tidak dihindari (Steven, 2003):
Sterilisasi digunakan ketika inaktivasi dari semua
mikrooorganisme yang bersifat absolute. Sterilisasi dimaksudkan aktif secara
fisika, kimia mekanik. Umumnya metode pengeringan dan pemanasan digunakan
dirumah sakit dan laboratorium (Steven, 2003).
Untuk bekerja dalam ruang lingkup kecil
disarankan menggunakan kamar steril (books steril, kapel steril). Ukuran dan
konstruksinya sanagt bervariasi. Lemari yang terbuat dari logam ringan atau
bahan sintesis yang dilengkapi dengan dinding gelas atau pleksigelas lebar ini
menjamin kondisi yang kedap udara, sehingga tidak ada mikroorganisme dan
ruang kerja yang dapat masuk kedalam
kamar. Dibagian depannya, mereka memiliki dua lubang, yang dipasangi manset
atau sarung tangan karet kedap kuman secara permanen. Dengan bantuan sarung
tangan tersebut bagian dalam boks dapat diraih sehingga kerja aseptik yang
diperlukan dapat dilakukan. Melalui bagian sisi atau atas yang dapat dibuka,
alat-alat yang akan digunakan bekerja dan telah disterilkan sebelumnya
(timbangan, mortir, corong, sendok dan lain-lain) serta obat dan bahan pembantu
yang akan diracik, dimasukkan kedalam boks. Setelah ruangan disemprot dengan
bahan desinfeksi. Ruang bagian dalam dapat
dipasangi lampu UV yang sinarnya mampu mendukung pembebasan kuman-kuman. Juga modifikasi boks
yang digunakan pada pekerjaan yang melibatkan radioaktif, kontruksi serupa
dapat dimanfaatkan (Pelczar,
2005).
Ruang steril merupakan suatu keadaan ruang yang bebas dari
semua bentuk kehidupan mikroba yang patogen maupun yang non-patogen termasuk
sporanya. Ruang steril sangat penting dalam bidang kesehatan. Seperti pada
ruang steril antara lain ruang bedah, ruang pascaoperasi termasuk dalam bidang
industri farmasi, yang terkhusus pada sediaan steril contohnya injeksi.
Ruang-ruang tersebut dibutuhkan pengujian sterilisasi yang baku (Djide, 2003).
Bahan ataupun peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi, harus
dalam keadaan steril. Artinya pada bahan tersebut tidak didapatkan mikroba lain
yang tidak diharapkan, baik yang akan menggangggu/merusak media ataupun
mengganggu kehidupan dan proses yang sedang berlangsung (Suriawiria, 2005).
Dalam kegiatan sehari – hari terutama yang berhubungan
dengan industri dikenal istilah sterilisasi komersian yaitu suatu proses untuk
membunuh semua mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan atau pembusukan
produk seperti pada industri makanan atau produk – produk farmasi antara lain
obat – obatan (Djide, 2003 ).
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.
Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe
mikroorganismenya, yaitu tergantung dari asam nukleat, protein, atau membrane
mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant
(Sylvia,2006).
Steril akan didapatkan melalui sterilisasi, sedang cara sterilisasi yang
umum dilakukan adalah (Suriawiria, 2005):
1. Sterilisasi
secara fisik
2. Sterilisasi
secara kimia
3. Sterilisasi
secara mekanik
Sterilisasi
dapat dibagi 2 yaitu : (Irianto, 2002)
1.
Sterilisasi kering, cara sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara
yaitu :
a.
Pemijaran, pemijaran
diterapkan pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip (spatula) logam.
b.
Jilatan api (Flaming),
diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek, dan kaca
penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen tanpa membiarkannya
memijar.
c.
Tanur Uap Panas (Hot-Air
Oven), sebagian besar sterilisasi kering dilakukan dengan alat ini. Biasanya
digunakan suhu 160-165ºC selama 1 jam. Cara ini baik dilakukan terhadap
alat-alat kering terbuat dari kaca dan terhadap bahan-bahan kering dalam
tempat-tempat tertutup
2.
Sterilisasi Panas, cara
sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a.
Penggodogan dalam air, cara
ini hanya cukup untuk mematikan mikroorganisme yang tidak berspora. Penggodokan
dalam air tidak menjamin sterilitas, tetapi dianggap cukup memuaskan untuk
tujuan tertentu, dimana sterilitas mutlak tidak esensial dan cara-cara lain
tidak mungkin dilakukan.
b.
Uap Mengalir, Uap mengalir
bebas digunakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat menahan uap
itu tanpa tekanan. Cara ini adalah suatu proses sterilisasi dengan menggunakan
ua pada suhu 100ºC, yang dialirkan pada benda yang akan disterilkan untuk
beberapa menit berkali-kali (3 sampai 4 kali) dengan selang waktu 24 jam.
c.
Uap dalam Tekanan, pensterilan
dengan uap dalam tekanan dilakukan dalam autoklaf. Dalam autoklaf ini uap
berada dalam keadaan jenuh, dan peningkatan tekanan mengakibatkan suhu yang
tercapai menjadi lebih tinggi, yaitu di bawah takanan 15 ib (2 atmosfer).
Metode pengendalian adalah suatu metode untuk mematikan
mikroorganisme dan ditunjukan terhadap pemusnahan sepenuhnya mikrooganisme dari
daerah manapun yang kemungkinannya terjadi infeksi. Metode tersebut dikenal
dengan nama desinfeksi. Tujuan desinfeksi adalah memusnahkan
agen – agen penyakit, sedangkan istilah sterilisasi adalah istilah mutlak yang
artinya mematikan semua jenis mikroorganisme (Djide, 2003 ).
B.
Uraian Bahan
1.
Agar (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Agar
Nama lain : Agar-agar
Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti
selaput dan berlekatan, atau berbentuk keeping, serpih atau butiran; jingga
lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat atau tidak berwarna;
tidak berbau atau berbau lemah; rasa berlendir; jika lembab liat; jika kering
rapuh.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air;
larut dalam air mendidih.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Sebagai bahan pembuat medium
2.
Air suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus bangun : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna;
tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
Keguaan :
Sebagai pelarut
3.
Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain :
Alkohol, etanol
RM/BM : C2H6O
/ 46,07
Rumus bangun : CH3-CH2-OH
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih,
mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk dan
jauh dari nyala api.
Kegunaan :
Sebagai antiseptik
4.
Ekstrak Beef (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Beef ekstrak
Sinonim : Kaldu nabati, kaldu hewani
Pemerian : Massa
berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua, berbau dan
berasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
Kegunaan :
Sebagai bahan pembuat medium
5.
Fenol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Phenolum
Nama lain : Fenol
BM/RM : 94,11 / C6H5OH
Pemerian : Hablur
bentuk jarum atau massa hablur; tidak berwarna atau merah jambu; bau khas;
kaustik.
Kelarutan :
Larut dalam 12 bagian air; mudah larut dalam etanol P, dalam kloroform
P, dalam eter P, dalam gliserol P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Kegunaan :
sebagai antiseptik
6.
Pepton (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Pepton daging
Sinonim : Pepton daging, pepton kering
Pemerian :
Serbuk ringan coklat kekuningan, atau granul mirip daging, tidak berbau
busuk.
Kelarutan :
Bebas larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform dan
eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan kedap udara.
Kegunaan : Sebagai bahan pembuat medium
C. Prosedur
Praktikum
A.
Menyiapkan Media (Rusli, 2012)
1. Disiapkan medium NA sebanyak yang dibutuhkan, kemudian
disterilkan pada suhu 121ºC selama 15 menit.
2. Medium yang telah steril dituang ke dalam cawan petri
steril sebanyak yang dibutuhkan sejumlah 15-20 ml/cawan petri. Kemudian
diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam suhu 37ºC.
3. Dilakukan pengamatan, media yang tidak ditumbuhi mikroba
disiapkan sebagai media uji.
B. Pengujian Sterilisasi Ruangan (LAF, Enkas, dan Lampu
UV) (Rusli, 2011)
1. Pengujian Awal Ruangan
a.
Disiapkan ruangan yang akan
diuji kesterilannya tanpa penyemprotan desinfektansia terlebih dahulu.
b.
Diletakkan masing-masing satu
cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut ruangan uji, kemudian dibuka
1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15 menit.
c.
Selanjutnya cawan petri
ditutup, kemudian diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24-48 jam dengan posisi
terbalik.
d.
Dilakukan pengamatan ada
tidaknya kontaminasi mikroba di ruangan uji.
2. Pengujian Akhir Ruangan
a.
Sebelum dilakukan pengujian,
terlebih dahulu ruangan uji disemprot dengan desinfektansia, dibiarkan selama
15 menit.
b.
Diletakkan masing-masing satu
cawan petri uji pada bagian tengah dan tiap sudut ruangan uji, kemudian dibuka
1/3 bagian dari cawan petri uji, dibiarkan selama 15 menit.
c.
Selanjutnya cawan petri
ditutup, kemudian diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24-48 jam dengan posisi
terbalik.
d.
Dilakukan pengamatan ada
tidaknya kontaminasi mikroba di ruangan uji.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.
Alat
yang Dipakai
Adapun alat yang dipakai pada praktikum ini yaitu autoklaf, cawan petri, enkas, inkubator, LAF
(Laminator Air Flow), lampu UV dan spoit.
B.
Bahan
yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
alkohol 70%, kertas label, medium PDA (potato Dextrose Agar) , medium NA
(Nutrient Agar) dan tissu.
C.
Cara
Kerja
a.
Pembuatan Medium
1.
Nutrient Agar (NA)
Disiapkan alat dan abahan yang akan digunakan.Ditimbang masing-masing
bahan daging sebanyak 0,75 gram dan pepton 1,25
gram. Bahan-bahan tersebut di atas kemudian dilarutkan dengan menggunakan air
suling sebanyak 250 mL ke dalam Erlenmeyer dan diaduk sampai homogen. Dipanaskan
dan ditambahkan agar sebanyak 3,75 gram sambil diaduk selama 15 menit. Erlenmeyer
kemudian ditutup dengan menggunakan kapas. Disterilkan dengan menggunakan
auoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
2. Potato
Dextrose Agar (PDA)
Disiapkan alat dan abahan yang akan digunakan. Ditimbang PDA
sintetik sebanyak 9,75 gram.Dilarutkan dengan
menggunakan air suling sebanyak 250 ml ke dalam Erlenmeyer dan diaduk sampai homogen. Dipanaskan
sambil diaduk selama 15 menit. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan menggunakan
kapas. Disterilkan dengan menggunakan auoklaf pada suhu 121oC selama
15 menit.
b.
Penyiapan Ruang Sterilisasi
1. Lampu
Ultraviolet
Disiapkan alat dan bahan. Disemprotkan alkohol 70% pada ruangan UV dan dipaparkan selama 30 menit
dengan penyalaan lampu UV
3. Laminary
Air Flow (LAF)
Disiapkan alat dan bahan. Disemprotkan alkohol 70% pada perangkat Laminary Air Flow (LAF) dan di
On-kan dan dibiarkan selama 30 menit .
4. Enkas
Disiapkan alat dan bahan. Disemprotkan alkohol 70% pada enkas dan dibiarkan selama 30 menit.
c. Uji
Sterilitas Ruangan
Disiapkan
alat dan bahan. Diamasukkan 10 ml NA dan 10 ml PDA pada masing-masing 3 cawan petri steril. Dibiarkan memadat. Dimasukkan
cawan petri berisi medium NA dan PDA tersebut pada 3 ruangan yakni enkas, LAF dan lampu UV. Dibuka tutup cawan
petri hingga 1/3 bagian selama 15 menit pada ketiga
ruangn tersebut yang sudah
terlebih dahulu disemprot dengan alkohol.
Diinkubasikan selama 1 x 24 jam dengan
suhu 37°C untuk cawan petri yang berisi medium
NA dan 3 x 24 jam dengan suhu 27°C untuk cawan
petri yang berisi medium PDA. . Diamati ada tidaknya koloni mikroba
BAB
IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A.
Hasil Praktikum
1.
Gambar Pengamatan
1).
Kelompok 1
a. Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
Cawan petri
Medium
PDA
Koloni
jamur
b. Medium
PDA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
|
Cawan petri
Medium PDA
Koloni Jamur
c. Medium
PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
Cawan petri
Koloni
jamur
Medium PDA
d. Medium
NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
e. Medium
NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
f.
Medium
NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Metode : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
2).
Kelompok 2
a. Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
b. Medium
PDA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
|
Cawan petri
Medium PDA
Koloni Jamur
c. Medium
PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
d. Medium
NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
e. Medium
NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
||
|
f.
Medium
NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
3)..
Kelompok 3
a. Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
Cawan petri
Medium
PDA
Koloni
jamur
b. Medium
PDA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
|
Cawan petri
Medium PDA
Koloni Jamur
c. Medium
PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
Cawan petri
Koloni
jamur
Medium PDA
d. Medium
NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
d. Medium
NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
e.
Medium
NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Metode : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
4).
Kelompok 4
a. Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
Cawan petri
Medium
PDA
Koloni
jamur
b. Medium
PDA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
|
Cawan petri
Medium PDA
Koloni Jamur
c. Medium
PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
Cawan petri
Koloni
jamur
Medium PDA
d. Medium
NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
e. Medium
NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
f.
Medium
NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Metode : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
5).
Kelompok 5
a. Medium PDA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
Cawan petri
Medium
PDA
Koloni
jamur
b.
Cawan petri
Medium PDA
Koloni Jamur
|
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
|
c. Medium
PDA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : PDA
|
Cawan petri
Koloni jamur
Medium PDA
d. Medium
NA Enkas
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
e. Medium
NA LAF
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Medium : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
f.
Medium
NA Lampu-UV
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
|
|
Metode : NA
|
Cawan petri
Koloni bakteri
Medium NA
2.
Tabel Pengamatan
a. Sterilitas ruangan pada medium NA
KELOMPOK
|
JUMLAH
KOLONI BAKTERI
|
||
LAF
|
SINAR UV
|
ENKAS
|
|
I
|
37
|
20
|
30
|
II
|
102
|
28
|
33
|
III
|
74
|
20
|
22
|
IV
|
44
|
13
|
27
|
V
|
66
|
31
|
18
|
b. Sterilitas ruangan pada medium PDA
KELOMPOK
|
JUMLAH
KOLONI JAMUR
|
||
LAF
|
SINAR UV
|
ENKAS
|
|
I
|
4
|
7
|
11
|
II
|
22
|
19
|
15
|
III
|
2
|
1
|
-
|
IV
|
16
|
12
|
15
|
V
|
8
|
8
|
9
|
B. Pembahasan
Uji sterilitas ruangan adalah salah satu percobaan dimana
dilakukan uji mikroba dalam suatu ruangan untuk melihat tingkat sterilitas dari
ruangan , ruangan yang mana yang memiliki tingkat kesterilan yang paling tinggi
(palin sedikit terdapat mikroba atau tidak sama sekali). Dari hasil uji yang
dilakukan maka suatu ruangan dapat dikelompokkan dalam kelas – kelas tertentu
sesuai dengan tingkat kontaminasi dari ruangan tersebut.
Pada percobaan ini digunakan lampu UV, Laminary Air Flow
(LAF), dan enkas sebagai media
sterilisator. Pada ruangan engkas disemprotkan terlebih dahulu alkohol 70%. Karena pada konsentrasi tersebut alkohol memiliki daya bakterisid dan
fungisid, sehingga mikroba yang terdapat dalam ruangan tersebut dapat dimatikan
(terutama bakteri dan jamur).
Dan pada percobaan ini, cawan petri yang telah berisi medium NA dan PDA
dimasukkan ke dalam 3 ruangan yang ingin diuji tingkat sterilitasnya, kemudian dibuka 1/3 bagian dari cawan petri.
Maksud dari perlakuan ini yakni untuk memberikan kesempatan pada mikroba untuk
masuk ke dalam cawan petri sehingga dapat diamati, yang mana apabila cawan
petri dibuka sepenuhnya dikhawatirkan mikroba akan masuk terlalu banyak
sehingga menyebabkan kesulitan dalam mengamatinya.
Umumnya cahaya mempunyai daya merusak sel mikroba yang tidak mempunyai
pigmen fotosintesis. Sedangkan cahaya dengan panjang gelombang pendek dapat
berpengaruh terhadap jasad hidup. Sinar dengan gelombang panjang juga mempunyai
daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Jika energi
radiasi di absorbsi oleh sel mikroba akan dapat menyebabkan terjadinya ionisasi
komponen sel. Ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan
kematian perubahan genetik atau dapat pula menghambat pertumbuhan. Perubahan
genetik di sini oleh radiasi ultraviolet
dapat menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas
mutagenik pada sel-sel yang masih hidup. Bagian
ultraviolet pada spectrum meliputi semua radiasi dari 15 sampai 390 nm. Panjang
gelombang sekitar 265 nm memiliki efisiensi bakterisidal tertinggi.
Laminary Air Flow (LAF) adalah alat
yang mengatur pergerakan udara di mana udara yang berisi mikroba akan di tarik
keluar dengan arah tekanan horizontal, sehingga setiap mikroba yang berada
dalam ruang tersebut tidak dapat bertahan lama karena akan terus di tarik
keluar. LAF ini dilengkapi saringan sehingga mikroba yang telah keluar tidak
akan dapat kembali lagi.
Enkas, Alat ini merupakan ruang tempat inokulasi dimana tempat ini dimaksudkan
untuk meminimalkan kontak dengan udara luar pada saat membuat penamaan mikroba.
Dilakukan dalam ruang karena kemungkinan udara luar mengandung mikroba akan
masuk kedalam medium sehingga muncul mikroba yang tidak diinginkan.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan maka dapat dilihat bahwa untuk bakteri, pada sinar UV
yaitu pada kelompok 1 PDA sebanyak 13, dan NA sebanyak 23. Pada enkas PDA
sebanyak 21 dan NA sebanyak 36. Pada LAF PDA sebanyak 3 dab NA sebanyak 8. Pada
kelompok 2 dimana pada UV PDA sebanyak 21 dan NA 52, pada enkas PDA sebanyak 20
dan NA sebanyak 18, pada LAF PDA sebanyak 1 dan pada NA sebanyak 1. Pada
kelompok 3 pada UV sebanyak 17 dan NA sebanyak 28, pada enkas PDA sebanyak 23
dan NA sebanyak 61, pada LAF PDA sebanyak 4 dan NA sebanyak 12. Pada kelompok 4
UV pada PDA sebanyak 21 dan NA sebanyak 19, pada enkasa PDA sebanyak 11 dan NA
sebanyak 14 dan pada LAF PDA sebanyak 2 dan NA sebanyak 8.
Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa yang paling bagus untuk sterilisasi
ruangan berturut-turut ruangan lampu LAF, UV, dan Enkas.
Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah sinar LAF karena jumlah koloninya paling sedikit.
Kelompok 3 , pada LAF sebanyak
66 koloni, sinar UV 31 koloni dan enkas 18 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang
paling baik adalah sinar enkas karena jumlah koloninya paling sedikit. Dari 5
kelompok yang telah melakukan uji sterilitas maka dapat dikatakan bahwa ruangan
sinar UV memiliki tingkat sterilitas yang paling baik terhadap bakteri.
Pada medium PDA atau jumlah koloni jamur yang telah
diamati Untuk kelompok I yakni pada LAF sebanyak 4 koloni, sinar UV 7 koloni
dan enkas 11 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah LAF karena
jumlah koloninya paling sedikit. Kelompok II, pada LAF sebanyak 22 koloni,
sinar UV 19 koloni dan enkas 15 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling
baik adalah enkas karena jumlah koloninya paling sedikit. Kelompok III, pada
LAF sebanyak 2 koloni, sinar UV 1 koloni dan enkas 0 koloni. Jadi tingkat
sterilitas yang paling baik adalah enkas karena tidak ada koloni yang terdapat.
Kelompok IV, pada LAF sebanyak 16 koloni, sinar UV 12 koloni dan enkas 15
koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah sinar UV karena jumlah
koloninya paling sedikit. Kelompok V, pada LAF sebanyak 8 koloni, sinar UV 8
koloni dan enkas 9 koloni. Jadi tingkat sterilitas yang paling baik adalah
sinar enkas karena jumlah koloninya paling sedikit. Dari 5 kelompok yang telah
melakukan uji sterilitas maka dapat dikatakan bahwa ruangan sinar UV memiliki
tingkat sterilitas yang paling baik terhadap jamur.
Dari hasil tersebut dapat
dinyatakan bahwa yang paling bagus untuk
sterilisasi ruangan berturut-turut ruangan lampu UV, enkas, dan LAF.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa cara sterilisasi ruangan
yang paling efektif berturut-turut adalah dengan Laminary Air Flow (LAF ), lampu UV, dan enkas
B.
Saran
Diharapkan selain
penggunaan alkohol 70% atau fenol 5% sebaiknya digunakan larutan yang lain juga
tetapi konsistensinya hampir sama dengan larutan tersebut agar praktikan juga
mengetahui tingkat mematikan sebagai bakterisid dan fungisid serta disarankan
penggunaan ruangan yang lain selain tiga ruangan yang telah di ujikan untuk
mengetahui juga seberapa besar tingkat kesterilannya juga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2011. “Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Dasar”. Fakultas Farmasi.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Djidje, M.N., Sartini.,
(2003).Instrumentasi Mikrobiologi
Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, F. MIPA,
UNHAs, Makassar, 50
Irianto, Koes. 2002.Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme.
Yramata Widya. Jakarta.
Irianto, Koes. 2006.Mikrobiologi
Menguak Dunia Mikroorganisme. Yramata Widya. Jakarta.
Pratiwi, Sylvia. 2006. ” Mikrobiologi
Farmasi”. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta
Suriawaria,
unus.2005 .MikrobiologiDasar .Papas
SinarSinanti : Jakarta
LAMPIRAN
I.
Skema
Kerja
1.
Sterilisasi Ruangan
Medium Steril
Enkas
|
LampuUV
|
LAF
|
(Sebelum & setelah disterilkan)
|
(Sebelum & setelah disterilkan)
|
(Sebelum & setelah disterilkan)
|
Biarkan 15 menit
Letakkan medium steril
Buka 1/2 bagian
Biarkan 15 menit
Tutup cawan
Inkubasi terbalik
1 x 24 jam, 37ºC (untuk medium NA)
3 x 24 jam, suhu kamar (untuk medium PDA)
Pengamatan
Lampiran
Komposisi Medium
1.
Medium NA (Nutrien Agar)
Peptone 5,0
g
Ekstrak beef 3,0 g
Agar 15 g
Aquadest 1000 ml
2.
Medium PDA (potato dextrose agar)
D- glukosa 20 g
Agar 15 g
Aquadest 1000 ml
Pembuatan :
Larutkan 39 g/liter, otoklaf
Hotels Near Harrah's Casino & Spa - Mapyro
BalasHapusHotels 1 - 12 of 전라북도 출장샵 67 — Looking 나주 출장안마 for hotels near Harrah's Casino 삼척 출장샵 & Spa? At Mapyro, we have the option to book your stay 충청북도 출장마사지 early or in-midday to find hotels near the casino and 용인 출장샵